Kisah Riska di Cianjur, Pernah Tinggal di Gubuk Hampir Roboh hingga Bayar Lahiran Pakai Uang Koin
Kisah memilukan dialami pasangan suami istri di Kampung Mekarsari RT05/02, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, Cianjur.
Penulis: Muji Lestari | Editor: Rr Dewi Kartika H
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM, CIANJUR - Kisah memilukan dialami pasangan suami istri di Kampung Mekarsari RT05/02, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, Cianjur.
Pasangan suami istri bernama Yanto Kuswonto (30) dan Riska (27) ini diketahui berasal dari keluarga kurang mampu.
Riska mengatakan, sehari-hari suaminya bekerja pelayan toko di kawasan kota Cianjur.
• Punya Misi Sejahterakan Rakyat, Ternyata Segini Jumlah Saldo Rekening Raja Keraton Agung Sejagat
Dalam sebulan suaminya hanya digaji sebesar Rp 900 ribu.
Jika dihitung, jatah perharinya hanya Rp 30 ribu.
Riska sadar dirinya saat itu tengah mengandung, dan memerlukan biaya untuk proses persalinannya.
Alhasil sisa dari biaya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari biasanya dimasukkan Riska dan suami ke dalam celengan.
Sehingga ketika tiba saatnya Riska melahirkan, mereka sudah memiliki biaya hasil menabung di celengan selama sembilan bulan.
Bayar Biaya Lahiran Pakai Uang Koin
Tiba saatnya Riska menjalani proses persalinan di Puskesmas.
Riska mengatakan, saat anaknya lahir suaminya langsung memecahkan celengan dan memasukkannya ke dalam kresek untuk biaya lahiran.
Mereka memiliki uang koin hasil menabung di celengan selama sembilan bulan.
"Jumlahnya sekitar Rp 500 ribu, langsung dimasukkan ke dalam kresek dan dibawa ke Puskesmas," ujar Riska.

Riska mengatakan, total biaya persalinannya semua Rp 1,4 juta.
Uang koin senilai Rp 500 ribunya jelas tidak cukup untuk melunasi biaya tersebut.
Namun pihak puskesmas akhirnya mau berbaik hati dan memberi keringanan kepada Riska dan bayinya.
"Uang koin dikembalikan lagi dan saya diberi santunan Rp 200 ribu sama kepala puskesmas," ujarnya.
• Menelusuri Tempat Horor di York, Raffi Ahmad Ngibrit Temukan Ini di Depan Hotelnya
Pernah Tinggal di Rumah Panggung yang Hampir Roboh
Riska dan suaminya tinggal di rumah yang dibagi tiga, yakni untuk ibu yang dipakai warung, dirinya, dan adiknya.
Panjang tanah totalnya ada 10 meter.
Satu bagian mendapat masing-masing tiga meter.
Dulu, kata Riska, rumahnya panggung dan mau roboh.
Sempat mau ada bantuan perbaikan rumah tidak layak huni namun tak kunjung tiba.
Punya Utang Rp 27 Juta
Riska mengaku keluarganya punya utang sebesar Rp 27 juta.
Uang itu dipinjamnya untuk memperbaiki rumah panggungnya yang hampir roboh.
"Akhirnya daripada roboh kami pinjam ke bang emok, total pinjaman kami Rp 27 juta untuk membangun rumah yang kami bagi tiga meter untuk adik dan ibu ini," katanya.
Utang untuk membangun rumah kepada bang emok kini mempunyai empat kali tagihan dalam sebulan.
Ada yang dibayar setiap hari Senin dan Kamis, lalu ada yang harus dibayar setiap dua minggu.
"Kami meminjam kepada tiga bang emok, ada yang harus dibayar setiap Senin dan Kamis, lalu ada yang per dua minggu, kalau ditotal perbulan kami harus bayar cicilan Rp 1,8 juta," kata Riska.
Riska mengatakan, antara penghasilan suami yang hanya pekerja toko bergaji Rp 900 ribu memang sangat jauh dengan utang yang harus dibayar Rp 1,8 juta perbulan.
"Ibu saya yang sudah renta terpaksa membuka warung untuk mencari penghasilan tambahan," kata Riska.
• Tanggapi Kasus TKW Purwakarta Disiksa Majikan di Arab, Disnaker Sebut Status Neng Oyah
Riska mengatakan, total utang masih besar dan berharap ada bantuan agar meringankan beban keluarga.
"Sekarang lahir anak dan tentu ada biaya yang harus diperlukan untuk sehari-hari," katanya.
Riska mengatakan, sejak rumahnya panggung yang mau roboh ia tak masuk ke dalam keluarga yang menerima PKH demikian juga dengan ibunya yang sudah renta.
Demikian halnya dengan program baru Bantuan Pangan Non Tunai beras.
"Kami tak pernah dapat bantuan PKH maupun BPNT, sekarang kami terlilit utang bank emok karena bangun rumah yang mau roboh, kami sangat berharap bantuan," katanya.
Pihak Desa Kaget Warganya Bayar Persalinan Pakai Uang Koin
Sekdes Rahong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur, Rudi Salam SIP, mengaku kaget dan penasaran saat ada warganya yang membayar biaya persalinan menggunakan uang koin.
"Sebenarnya itu pasien istri, istri jadi bidan desa, setelah dirujuk ke Puskesmas sama istri selanjutnya biasa proses persalinan," ujar Rudi, Kamis (16/1/2020) saat ditemui di Desa Rahong.
Rudi mengatakan, setelah proses persalinan ternyata sang suami membawa sekeresek uang receh pecahan Rp 1.000.
"Setelah itu saya penasaran mengecek kenapa uang receh dipakai untuk membayar, saya memeriksa bersama petugas puskesmas," kata Rudi.
Menurutnya, setelah ia berbicara dengan sang suami, memang ia telah lama merencanakan pembayaran dengan uang koin yang ditabung di celengan.
"Setelah ditanya ternyata sudah berniat lama ia akan membayar biaya persalinan dengan uang koin," ujar Rudi.
Rudi mengapresiasi niat sang suami, meski datang dari kalangan tak mampu namun ia sudah merencanakan biaya persalinan istrinya di fasilitas kesehatan.
"Dilihat dari program memang sudah siaga walaupun keadaan ekonominya belum mampu pihak desa bangga punya warga seperti itu," kata Rudi.
Rudi mengatakan, kemarin langsung ada respons dari kepala puskesmas.
Meski dikembalikan bukan berarti menolak namun pihak puskesmas juga bangga ada orang yang tahu program kesehatan walaupun dari kalangan tak mampu.
"Dilihat dari penghasilan belum memadai tapi saya salut ia bisa mandiri ingin menggunakan fasilitas kesehatan untuk istrinya," kata Rudi.
(TribunJakarta/TribunJabar)