Kisah Walim Merantau ke Ibu Kota Jualan Perabot Keliling Demi Modal Sawah, Kerap Kesasar di Jakarta
Melihat sekilas sosok Walim (67) yang sedang duduk di tepian jalan, tentunya dapat membuat hati menjadi iba. Ini kisah sang perabot keliling.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK GEDE - Melihat sekilas sosok Walim (67) yang sedang duduk di tepian jalan, tentunya dapat membuat hati siapa saja menjadi iba.
Terlebih raut wajah yang sudah menunjukan usia tuanya, serta air mata yang terus saja keluar, seolah menampakan dirinya sedang menangis.
Beberapa kali sempat terlihat ia di datangi oleh sejumlah orang yang melintas untuk menanyakan keadaannya.
"Saya baik-baik aja dan bukan nangis. Ini selampai memang untuk usap air mata, karena saya sedang sakit mata," ujarnya kepada TribunJakarta.com, Jumat (17/1/2020).
Ya, akibat sakit mata, kondisi mata Walim memerah.
Namun, selebihnya ia mengatakan baik-baik saja dan tetap bisa berdagang.
Tepat di dekat posisinya duduk, memang terlihat sebuah gerobak yang berisikan sejumlah perabotan.
Dijelaskannya, Walim baru saja tiba di Ibu Kota sejak lima hari yang lalu dari Majalengka, Jawa Barat.
Guna menambah modal untuk sawahnya, ia rela datang ke Jakarta dan menjual perabotan hingga ke kawasan Bekasi Selatan.
"Jadi ceritanya saya ini di ajak orang sekampung namanya Hardina. Di Jakarta saya di tawari jualan perabotan ini," ungkapnya.
"Yuk, siapa yang mau ke Jakarta?. Di sana sudah enggak banjir, jualan (perabotan) pasti laku," ucap Hardina kala itu kepada Walim.

"Mau sih buat modal, tapi ongkos ke Jakartanya enggak ada," sahuta Walim segera.
"Kalau enggak ada ongkos, saya ada," jawab Hardina.
Akhirnya, Walim diberikan ongkos sebesar Rp 100 ribu untuk menuju alamat yang diberikan oleh Hardina, bos perabotan.