Sisi Lain Metropolitan
Cerita Wawan, Nyambi Jadi Tukang Sampah Usai Pulang Sekolah: Sempat Malu, Tak Lagi Minta Jajan
Di usia masih belia, Wawan rela menjadi tukang sampah keliling di wilayah Ciracas, Jakarta Timur.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, CIRACAS - Pemalu, itulah satu hal yang bisa digambarkan ketika bertemu dengan Muhammad Setiawan.
Wawan, sapaannya merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang tahun ini genap berusia 17 tahun.
Saat ini, Wawan tercatat sebagai siswa kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pangudi Rahayu.
Setiap pagi hingga siang hari, waktunya dihabiskan di sekolah untuk menimba ilmu.
Rutinitas tersebut tak jauh berbeda dari pelajar pada umumnya.
Bedanya, di usia yang masih belia, Wawan rela bekerja sebagai tukang sampah keliling di wilayah Ciracas, Jakarta Timur.
"Masih sekolah saya. Kayak gini buat cari uang saku sendiri aja," ujarnya kepada TribunJakarta.com, Selasa (4/2/2020).
Di awal terjun sebagai tukang sampah, Wawan menuturkan merasakan malu yang teramat parah.
Pikirannya kala itu pun bercabang. Terlebih pemikiran ketika bertemu teman-temannya saat ia sedang mengambil sampah di rumah warga.
"Pertama-tama saya malu. Malu bangetlah. Nanti kalau ada teman lewat, teman lihat gimana ya," sambungnya.
Lambat laun, ia menjadi anak yang cuek. Baginya terserah orang lain mau berpikir apa soal dirinya.
Ia pun tak takut lagi jika harus kehilangan banyak teman karena profesinya sebagai tukang sampah diketahui.
"Akhirnya pas sudah 3 bulan saya cuek. Ya memang rasa malu masih ada. Tapi teman saya untungnya ngerti dan salut sama saya. Mereka salut saya mau kerja kotor begitu," jelasnya.
Berawal dari ajakan kakak

Selama ini, menjadi tukang sampah tak pernah terbersit di pemikirannya.
Sebab, cita-citanya sejak dulu hanyalah bekerja di bidang otomotif dan ingin merubah kehidupan keluarganya menjadi lebih baik.
Namun, sekira tiga bulan lalu, kakaknya, Joko mengajaknya untuk membantunya mengangkut sampah warga.
"Ikut ayuk, bantuin angkut sampah. Nanti gua (saya) kasih duit (uang)," ucap Joko yang ditirukan Wawan.
"Iya sudah," jawab Wawan.
"Nah dari ajakan abang saya aja itu saya mau. Kalau dia enggak ajak ya mana mau lah," katanya.
Penghasilan Wawan setiap bulannya tak menentu. Bila ada warga yang membayar sampah, maka ia akan mendapatkan jatah perhari sekira Rp 30 ribu.
"Kalau bayarannya ya enggak tentu. Kadang harian, mingguan atau bulanan. Gimana abang saya aja karena kan saya hitungannya bantuin dia. Yang penting sekolah saya enggak keganggu aja," katanya.
Kendati demikian, dalam satu bulan upah maksimal yang di dapat Wawan berkisar Rp 500 ribu.
• Pelarangan Penerbangan dari dan ke China Mulai Berlaku Mulai Rabu Dini Hari, Kargo Tetap Diterima
• Baca Kumpulan Doa Ini Supaya Dimudahkan saat Tes CPNS, Termasuk Doa Agar Tidak Mudah Lupa
• Pelaku Penjambretan Gunakan Helm Ojol untuk Mengelabui Polisi
"Uang segitu banyak ya buat saya. Sejak 3 bulan lalu saya mulai jajan pakai uang sendiri. Jadi bapak cuma bayarin biaya sekolah aja. Tapi saya tetap bagi orang tua sama dua adik saya kalau dikasih upah sama abang," tandasnya.