Sisi Lain Metropolitan
Alasan Habibi Jadi PPSU Petugas Kebersihan Kelurahan Lebak Bulus & Enggan Balik Tekuni Profesi Pilot
Habibi memilih bekerja sementara waktu sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Kelurahan Lebak Bulus, Cilandak
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, CILANDAK - Khairil Habibi (26) enggan terjun kembali menjadi seorang pilot bila ada lowongan di maskapai penerbangan.
Habibi beralasan ia sudah tak mampu lagi bersaing dengan banyaknya lulusan pilot setiap tahunnya.
Ia juga tak menjamin seseorang yang lulus dari sekolah penerbang bisa menjadi pilot di maskapai penerbangan.
Nyatanya, banyak teman-teman seangkatannya yang menganggur selepas lulus.
"Saya tidak mampu bersaing karena per tahunnya banyak sekali lulusan. Dan banyak sekali juga yang menganggur," ungkapnya kepada TribunJakarta.com pada Selasa (4/2/2020).
Namun, ia masih mempertimbangkan bila ada tawaran untuk bekerja sebagai pemandu pesawat atau marshaller.
Bikin Skripsi Sebelum Keluar
Ia memilih untuk bekerja sementara waktu sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Kelurahan Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
Pria yang pernah mengemban pendidikan di salah satu sekolah penerbangan ternama di Indonesia itu, masih kuliah jurusan hukum.
Rencananya, ia ingin mengambil skripsi dengan topik yang berkenaan tentang salah satu Perda DKI.
"Saya sementara aja kerja di PPSU sembari menyelesaikan kuliah," ungkapnya.
Ide penelitiannya mengenai Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah.
Dalam Perda tersebut, pelanggar yang tertangkap basah membuang sampah di lingkungan dapat diganjar denda Rp 500 ribu.
Namun, realitasnya berbanding terbalik.
"Ketika pelanggar itu ditangkap terus dibawa ke kelurahan hanya dicatet sesuai KTP kemudian dilepas," katanya.
Punya Bisnis Sampingan

Selain itu, Habibi tak hanya bekerja sebagai petugas PPSU. Ia juga memiliki sejumlah bisnis sampingan.
Penghasilannya tak hanya ditopang dari seorang petugas kebersihan semata, melainkan dua bisnis yang sedang ditekuninya.
"Saya masih ada dua usaha, usaha laundry dan sejumlah tempat jus," sambung pria yang bisa mengemudikan pesawat cessna dan helikopter tersebut.
Dalam hidup, kata Habibi, ia tak hanya bekerja melainkan juga berbisnis.
"Bukan hanya kerja, tapi harus punya bisnis lain buat pegangan dalam hidup. Boleh jadi pekerja, tapi minimal juga harus punya bisnis," ujarnya.
Menjadi Pemandu Pesawat
Selepas lulus, Habibi mendapatkan lisensi terbang. Ia pun telah melamar ke berbagai maskapai penerbangan di Indonesia.
Ia mengatakan ada tiga maskapai ternama Indonesia yang diajukan akan tetapi lowongan itu sedang tak tersedia.
Berlarut-larut menunggu tak menampakkan titik terang, Habibi memutuskan beralih profesi.
Ia memilih mengemban pendidikan lagi di sekolah penerbangan serupa untuk mengambil lisensi pemandu pesawat atau marshaller.
Selama dua bulan, Habibi bisa menamatkan pendidikan itu.
"Selepas lulus saya sempat bekerja di Bandara Hang Nadim sebagai pemandu pesawat dan helikopter selama satu tahun," ungkapnya.
Habibi merasakan bekerja di Batam berjarak jauh dengan rumah asalnya di kawasan Cinere.
Apalagi, ia bertemu jodoh di sana dan hendak menikah.
Ia memutuskan untuk meminta mutasi ke sekitaran pulau Jawa.
Namun, tak ada bandara di sana yang memiliki lowongan untuk pemandu pesawat.
"Akhirnya saya keluar," ujarnya.
Jadi Petugas Kebersihan

Setelah menikah, Habibi pernah bekerja sebentar di sebuah perusahaan e-commerce.
Ia kemudian melabuhkan diri ke Kantor Kelurahan Lebak Bulus sebagai petugas kebersihan.
Awalnya, pihak keluarga tak setuju dengan pekerjaan yang dipilih Habibi.
"Istri saya dan keluarga mulanya enggak setuju. Tapi saya ingin mencari pengalaman baru. Saya juga masih penasaran kerja jadi petugas kebersihan," tambahnya.
Dari segi penghasilan, pendapatannya sebagai pemandu pesawat dan petugas kebersihan jelas berbeda.
Di lingkungan pekerjaan, Habibi harus menyesuaikan pergaulannya dengan pekerja di lapangan dan belajar membersihkan lingkungan.
Pasalnya, ia mengakui belum pernah memegang sapu untuk membersihkan sampah.
Ia juga ditugaskan untuk mengendarakan mobil operational PPSU.
"Dulu awal-awal saya ditugaskan membersihkan sampah di sekitar wilayah Lebak Bulus," ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, ia diminta oleh pihak kelurahan untuk bekerja di bagian dalam kantor kelurahan.
Ia membantu membuat desain untuk keperluan kelurahan.
Kendati demikian, ada banyak pelajaran hidup yang didapat dari bekerja bersama rekan-rekan PPSU di lapangan.
Ia tak memandang sebelah mata rekan-rekannya lantaran mereka belajar dari pengalamannya selama hidup.
Misalnya, seorang petugas PPSU bisa membuat alat yang bisa menghidupkan kembali mesin pompa air yang rusak.
"Mesin pompa air yang rusak, harganya bisa mencapai 2 juta, bisa diakalin. Dia belajar dari pengalaman. Belum tentu profesor punya ilmu ini," ujarnya.
Selain itu, Habibi belajar akan kesederhanaan hidup. Ia mengetahui setiap orang memiliki kesulitan dalam hidupnya masing-masing.
Tak terkecuali sebagian petugas PPSU, mereka masih bisa tersenyum dan tertawa bersama-sama seolah tak ada beban dalam hidupnya.
"Saya belajar arti kesederhanaan. Selama bekerja di sini saya banyak mendapatkan banyak pelajaran hidup," katanya.