Polemik Pembangunan Hotel di TIM
Deretan Kalimat Protes di Besi Pembatas Proyek Revitalisasi TIM: Parkir di mana Gua?
"Parkir di mana gua?" begitu satu di antara tulisan pada papan pembatas revitalisasi TIM.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muhammad Rizki Hidayat
TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Proyek revitalisasi area Taman Ismail Marzuki Jakarta Pusat semakin gencar, Kamis (6/2/2020).
Papan pembatas yang tingginya sekira 200 sentimeter ini pun menutup rapat area revitalisasi.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi pukul 09.00 WIB, terlihat beberapa coretan hingga grafiti seakan sebagai bentuk protes terhadap revitalisasi ini.

"Parkir di mana gua?" begitu satu di antara tulisan pada papan pembatas revitalisasi TIM.
Sebuah tulisan seperti dialog antara dua orang pun berada di sana.
Ditulis pada kertas cokelat berukuran kira-kira lebarnya 20 sentimeter dan tingginya 50 sentimeter.
"Kita mau tulis apa nih di sini. Itu aja, rencana mau bangun hotel," tertulis pada papan pembatas.

"Husst, jangan. Yaudah gak jadi. (Diam untuk beberapa waktu). Kasihan parkirannya habis," lanjut tulisan tersebut.
TribunJakarta.com pun merangkum beberapa grafiti di sana.
Deretan foto pembangunan Hotel di TIM
Pemerintah Provinsi atau Pemprov DKI Jakarta melalui PT Jakpro akan membangun hotel bintang lima di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini, Jakarta Pusat.
Pantauan TribunJakarta.com di lokasi hari ini atau Selasa (26/11/2019), batu-batu besar berbentuk kotak menumpuk di atas lahan pembangunan hotel.

Tak hanya itu, sejumlah alat pengangkut barang berat dan besi-besi pun berada di sana.
Beberapa pekerja berpakaian lengkap sibuk bekerja.
Ada yang memotong besi, memukul batu dengan palu, dan sebagainya.

Satu di antara beberapa pohon tampak gersang, tak berdaun, dan kering kerontang.
Karena itu, TribunJakarta.com merangkum foto-foto suasana pembangunan hotel di TIM.

Pembangunan Hotel ditolak seniman, ini sikap Jakpro
Pembangunan hotel bintang lima di kawasan Taman Ismail Marzuki (TIM) ditentang oleh para seniman.
Tak hanya itu, para seniman juga tak ingin kawasan pusat kesenian dan kebudayaan itu nantinya dikelola oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Direktur Utama (Dirut) Jakpro Dwi Wahyu Daryoto pun mengaku siap melepas proyek revitalisasi TIM jika para seniman tidak menginginkan kehadiran pihaknya.
Hal ini ia sampaikan saat rapat dengan Komisi B DPRD DKI Jakarta di Gedung DPRD DKI, Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Saat itu, Sekretaris Komisi B Pandapotan Sinaga menyinggung menolakan seniman terhadap kehadiran Jakpro di TIM.
"Ada penolakan dari seniman, Jakpro enggak boleh masuk (mengerjakan proyek TIM)," ucapnya, Jumat (29/11/2019).
Pernyataan tersebut pun dibalas dingin oleh Direktur Utama (Dirut) Jakpro Dwi Wahyu Daryoto.
"Ya enggak papa pak, nanti dana penyertaan modal daerah (PMD) saya kembalikan," ujar Dwi saat rapat.
Pernyataan ini pun kembali dibalas oleh Pandapotan yang mengebut, dana tersebut tidak perlu dikembalikan lantaran proyek revitalisasi TIM sudah dianggarkan dalam APBD.
"Saya rasa enggak mungkin diberhentikan (proyek revitalisasi TIM) karena PMD sudah masuk," kata politisi PDIP itu.
Dwi pun kembali menjawab pernyataan itu, bahkan Mantan Direktur Aset Pertamina itu mempersilahlan bila ada pihak lain yang mau melanjutkan proyek revitalisasi TIM.
"Kalau ada yang mau gantikan, saya balikin PMD-nya. Saya kasih ke yang mau menggantikan," balasnya.
Seperti diketahui, pembangunan hotel bintang lima dalam proyek revitalisasi TIM mendapat penolakan dari sejumlah pihak, termasuk DPRD DKI Jakarta.
DPRD DKI pun memangkas usulan dana PMD dalam Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 untuk revitalisasi TIM yang awalnya sebesar Rp 600 miliar menjadi hanya Rp 200 miliar.
Pemotongan dana sebesar Rp 400 miliar ini pun menyebabkan PMD yang diterima oleh Jakpro untuk 2020 mendatang hanya sebesar Rp 2,7 triliun dari usulan awal Rp 3,1 triliun.
(*)