Guru Pukuli Murid di Depan Umum
Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri di Bekasi Pukuli Muridnya: Penulis Buku yang Dikenal Temperamental
Aksi kekerasan terhadap siswa terjadi di salah satu SMA Negeri di Kota Bekasi. Sang guru dikenal temperamental.
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Pangkal masalah ini bermula ketika terdapat 172 siswa terlambat masuk ke sekolah pada, Selasa, (11/2/2020), siswa itu terdiri dari 100 orang perempuan dan 72 orang laki-laki.
Mereka yang terlambat masuk biasanya akan dikumpulkan terlebih dahulu di halaman sekolah untuk dihukum berupa baris berbaris atau diberikan wejangan-wejangan.
Tetapi, pagi itu oknum guru I memilih cara yang berbeda, dia justru melakukan aksi kekerasan terhadap siswa yang telat hingga seorang siswa merekam kejadian itu dan viral di media sosial.
Bogem Wakil Kepala Sekolah Melayang
Gara-gara telat masuk ke sekolah, seorang siswa SMA negeri di Kota Bekasi, kena bogem Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan.
Rekaman video kekerasan di lingkungan sekolah yang viral di media sosial tersebut, berlangsung di halaman sekolah pada Selasa (11/2/2020).
Video tersebut pertama kali diunggah akun Instagram @bekasikinian, setelah viral dan mendapat banyak tanggapan warganet, unggahan tersebut dihapus.
Setelah viral, video yang terlanjur beredar itu muncul kembali di sejumlah akun seperti terlihat di akun Facebook Kartoloyo Wujanarko.
Tampak di video tersebut ratusan siswa dikumpulkan di halaman sekolah, didampingi sejumlah guru yang berdiri di hadapan mereka.
Seorang siswa laki-laki yang berdiri di depan teman-temannya mendapat hukuman dari seorang guru.
Tampak siswa laki-laki ini menerima bogem mentah tepat di kepalanya, namun korban tidak berdaya.
Terdengar suara bentakan dari guru yang memukul siswa tadi sampai terdengar di video itu.
TribunJakarta.com mencoba mendatangi langsung sekolah pada Rabu (12/2/2020) untuk mengkonfirmasi kebenaran insiden tersebut.
Irna Tiqoh, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, membenarkan apa yang ada di video tersebut terjadi di sekolahnya.
"Kejadian itu memang benar terjadi di sekolah kami," terang Irna kepada wartawan.