Dana Bos Sering Terlambat, Kepala Sekolah di Tangerang Hingga Gadai Laptop untuk Bayar Gaji Guru
Satibi harus memutar otak bagaimana agar operasional sekolah bisa berjalan. Meski anggaran dari pemerintah pun lama pencairannya
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Satibi mencurahkan perasaan hatinya menjabat sebagai Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Putera Bangsa, Kota Tangerang.
Kegetiran pun dirasakannya ketika penyaluran dana bantuan sekolah (BOS) berlangsung seret dan ia pun terpaksa harus berhutang.
Realita memprihatinkan ini dialami Satibi selama bertahun - tahun. Dirinya meminjam uang agar kegiatan belajar mengajar di sekolahnya itu tetap berjalan.
"Sering terlambatnya dana BOS dari pemerintah pusat itu buat saya ketar-ketir," ujar Satibi saat dijumpai Warta Kota di SMP Putera Bangsa, Kota Tangerang, Kamis (13/2/2020).
Satibi harus memutar otak bagaimana agar operasional sekolah bisa berjalan. Meski anggaran dari pemerintah pun lama pencairannya.
"Saya harus mementingkan gaji guru, itu hal yang paling utama," ucapnya.
Menurutnya jika para guru tak kunjung diberikan gaji, kegiatan belajar mengajar pun akan tersendat. Dan guru - guru itu enggan mengajar bila upahnya telat diberikan.
"Pusing kan jadinya, kasihan juga guru - guru kalau tidak digaji. Sudah gajinya kecil, eh ini malah terlambat dibayarkan," kata Satibi.
Ia mengaku para guru di SMP Putera Bangsa, Kota Tangerang ini gajinya minim. Hanya sekitar Rp. 150 ribuan saja dalam sebulan.
"Itu pun tergantung jam mengajarnya. Di sini hanya ada 14 guru," ungkapnya.
Satibi menyebut perkenomian di sekolahnya itu tak stabil. Pasalnya jumlah murid sangat sedikit.
"Total murid di sini hanya 40 orang saja. Makanya keuangannya tidak sehat," tutur Satibi tampak raut wajahnya murung.
Oleh karena itu Satibi kerap kali berhutang. Ia sering meminjam uang kepada pihak Yayasan sekolah tersebut.
"Ya mau tidak mau pinjam uang ke Yayasan. Kalau Yayasan lagi enggak punya uang, ya terpaksa pinjam uang ke luar," bebernya.
Satibi menerangkan SMP Putera Bangsa tersebut hanya ada tiga ruang rombongan belajar saja. Gedung sekolah pun tampak memprihatinkan.
Tapi dengan adanya pembangunan Tol Kunciran - Bandara Soekarno Hatta, sekolah itu terdampak pembebasan lahan. Dan akhirnya kini dibangun gedung baru yang berlokasi di Jalan Benteng Betawi, Tanah Tinggi, Kota Tangerang.
"Saya terbantunya dengan adanya Bosda atau bantuan operasional daerah dari Pemkot Tangerang. Karena Pemkot Tangerang membebaskan anak murid untuk bayaran dari SD sampai SMP. Jadinya kadang terbantu dengan anggaran itu. Kalau tidak ada itu makin ketar - ketir saja," papar Satibi.
• Terkenal Galak, Guru Pelaku Kekerasan di Kota Bekasi Tetap Disayang Sejumlah Siswa
• Oknum Guru SDN di Matraman yang Pukul Murid Diberhentikan Sementara
• Pemprov DKI Punya Mobil Robot Penakluk Api dari 2 Negara, Harga Rp 40 M, Ini Keunggulannya
Gadai Laptop
Nasib lebih miris dialami oleh Kepala SMP swasta di Kabupaten Tangerang. Pria yang meminta identitasnya disembunyikan itu mengaku menggadai harta bendanya untuk menutupi biaya operasional sekolah.
"Dana BOS telat, saya terpaksa gadai laptop," ujarnya kepada Warta Kota, Kamis (13/2/2020).
Uang hasil gadaiannya tersebut diperuntukan membayar gaji para guru. Bahkan ia sudah berkali-kali menggadai barang elektroniknya ini.
"Gadainya ke saudara. Ditebus kalau sudah ada uangnya. Tapi kalau seret lagi, ya terpaksa gadai lagi," kata Kepala Sekolah tersebut.
Menurutnya saat diterapkan sistem zonasi, membuat sekolah swasta itu semakin kekurangan murid. Lambat laun jumlah siswa di sekolah itu pun semakin berkurang.
"Adanya PPDB (penerimaan peserta didik baru) sistem zonasi jadinya di sini murid semakin sedikit. Orang - orang di sekitar sini kebanyakan jadi sekolah negeri. Sekolah swasta ini jadi sepi. Paling dapat murid 10 orang lebih saja," katanya. (dik)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul KISAH Kepala Sekolah Tangerang, Gadai Laptop Gara-gara Sering Terlambatnya Dana BOS