Tiga Pria Baku Hantam di Zebra Cross
Ingin Viral Garap Konten Receh Demi Panjat Sosial, Dosen dan Mahasiswanya Terancam 10 Tahun Penjara
Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Heru Novianto, mengatakan kedua dalang seorang pria dan perempuan.
Penulis: Muhammad Rizki Hidayat | Editor: Wahyu Aji
"Jutaan tiap hari melintas di MH Thamrin, akan membuat resah. Mengapa kepolisian turun langsung, untuk melakukan penyidikan untuk kasus ini agar tak terulang," tegas Susatyo.
Dia pun mengimbau agar pemilik akun media sosial tak sembarangan membikin konten.
"Kami harapkan semua akun-akun dan channel youtube dan menyebarkan terkait viralnya kasus kekerasan di ruas protokol Thamrin ini, segera dihentikan dan dihapus," kata dia.
FG Adalah Dosen dan YA Mahasiswanya

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi Heru Novianto, menyatakan FG merupakan dosen di kampus terkenal di perbatasan Tangerang dan Jakarta.
"Pelaku FG statusnya sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta," kata Heru.
"Satunya lagi, YA mahasiswanya, 21 tahun, dia juga sebagai penyebar video di media sosial," lanjutnya.
Heru melanjutkan, ide awal rekasaya baku hantam ini dimulai dari FG.
Kemudian FG meminta tolong YA guna merekam video baku hantam yang direkayasa tersebut.
"Mereka sepakat, lalu FG menuju Jalan MH Thamrin dan mencari orang yang mau dibayar," kata Heru.
FG pun menawarkan uang ratusan ribu kepada Didi, Irawan, Toto, dan Wahid.
"Akhirnya empat pelaku lainnya mau dibayar dan melakukan rekayasa tersebut," kata Heru.
Sopir Bajaj

Didi, Irawan, Toto, dan Wahid merupakan sopir bajaj yang kerap mangkal di dekat gedung Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Wajah keempat sopir bajaj ini tampak melas, bingung, dan seolah tak tahu harus melakukan apa.