Pabrik Tembakau Gorila Digerebek
Polisi Sebut Tembakau Gorila dari Home Industri di Apartemen Bandung 10 Kali Lebih Bahaya dari Ganja
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Audie Latuheru mengatakan efek tembakau sintetis atau tembakau gorila lebih bahaya dari ganja.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Suharno
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, PALMERAH - Polisi menyebut efek tembakau sintetis atau tembakau gorila lebih bahaya dari ganja.
"Efeknya bisa tiga sampai 10 kali ganja, tergantung pembuat meracik kandungan kimianya," kata Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Audie Latuheru di kantornya, Jalan S Parman, Slipi, Jakarta Barat, Selasa (3/3/2020).
Audie menjelaskan, sebenarnya tembakau gorila bahan dasarnya sama dengan tembakau pada umumnya.
Namun, yang membedakan lantaran tembakau tersebut kemudian dicampur dengan beberapa kandungan kimia, diantaranya alkohol metanol dan etanol.
"Jadi perlu saya jelaskan mungkin banyak yang belum tahu.
Tembakau gorilla itu tembakau biasa yang dicampur dengan bahan kimia tertentu atau yang disebut cannabinoid, dicampur juga dengan metanol.
Kemudian direndam tembakaunya dan dikeringkan," papar Audie.
Sementara itu, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Barat Kompol Ronaldo Maradona Siregar menjelaskan, berdasarkan uji Puslabfor terhadap tembakau gorila yang diungkap dari home industri di sebuah apartemen di Bandung, Jawa Barat kandungannya sangat berbahaya.
"Dari penjelasan Labfor saat lami lakukan penggeledahan dan olah TKP di Bandung, itu dampaknya bisa tiga sampai 10 kali lipat dibanding ganja biasa. Sangat berbahaya," kata Ronaldo.
Selain lebih berbahaya dari ganja, Ronaldo menyebut, saat dikonsumsi, tembakau gorila juga tak menimbulkan bau.
"Dan ini pada saat dikonsumsi, tidak tercium bau ganja sebagaimana ganja organik, jadi seperti tembakau biasa," kata Ronaldo.
Ronaldo menuturkan, berdasarkan pemerikaaan sementara, sindikat home industri tembakau gorila yang diungkap pihaknya sudah beroperasi selama enam bulan.
Pelaku memang menyewa apartemen untuk menjadikannya home industri pembuatan tembakau gorila.
"Harganya satu kilo berkisar Rp 25 hingga Rp 40 juta," kata Ronaldo.