Virus Corona di Indonesia
Masker Langka di Bekasi, Wakil Wali Kota Minta Gelar Operasi Pasar Khusus Masker
Merebaknya virus corona di Indonesia membuat sejumlah warga memburu masker untuk kebutuhan aktivitas sehari-hari.
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN - Merebaknya virus corona di Indonesia membuat sejumlah warga memburu masker untuk kebutuhan aktivitas sehari-hari.
Hal ini membuat keberadaan masker lian langka hingga terjadi kenaikan harga.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto, mengatakan, pihaknya fenomena kelangkaan masker ini tentu disebabkan suplai dan permintaan yang tidak sesuai.
Untuk itu, dia meminta kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat untuk menggelar operasi pasar masker untuk masyarakat Kota Bekasi.
"Masker ini kita terus lalukan apa permohonan permintaan kepada Kemekes juga pada Dinkes Provinsi untuk kemudian di dropping, jadi memang harus ada operasi pasar terhadap masker," kata Tri di RSUD Kota Bekasi, Kamis (5/3/2020).
Operasi Pasar sejatinya kerap dilakukan namun barang-barang yang dijual adalah sembako atau kebutuhan pokok.
Selama virus corona merebak, masker tak ubahnya menjadi kebutuhan pokok yang diburu warga sehingga terjadi peningkatan kebutuhan sedangkan suplai barang yang ada tidak mencukupi.
"Ya memang harus ada satu proses intervensi yang saya kira dari pemerintah pusat, sama seperti pada saat kelangkaan beras misalnya, ya dilakukan saja operasi beras. Ini memang yang harus dilakukan adalah operasi masker," tegas dia.
"Sekarang kalau memang kementerian memiliki barang yang banyak sebar aja sebanyak-banyaknya. Kan ini demand (permintaan) and supply (ketersediaan barang), pada saat permintaan tinggi pasti harganya mahal," sambungnya.
Adapun harga masker di Kota Bekasi semenjak kabar virus corona merebak mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.
Harga masker merek sensi (masker warna hijau) yang umum digunakan naik menjadi Rp200.000 hingga Rp300.000 dari yang semula harganya di kisaran Rp20.000 per dus.
RSUD Kota Bekasi Punya Fasilitas Lengkap Tapi Tak Jadi Rujukan Corona
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmadjid milik Pemerintah Kota Bekasi memiliki fasilitas lengkap seperti ruang isolasi serta rawat inap dengan jumlah cukup banyak.
Tetapi rumah sakit tersebut tetap tidak dipilih sebagai rumah sakit rujukan penanganan pasien suspect virus corona oleh pemerintah pusat dalam hal ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Menanggapi hal itu, Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, kedudukan RSUD Kota Bekasi dalam penanganan kasus virus corona hanya sebatas pelayanan isolasi saja untuk selanjutnya pasien dirujuk ke rumah sakit besar di Jakarta.
"Jadi saya kira ada fasilitas yang sudah ditetapkan kepada kemenkes dan sudah ditindaklanjuti kepada gubernur," kata Tri saat mengunjungi RSUD Kota Bekasi, Kamis (5/3/2020).
"Saya kira kita mempersiapkan diri saja sama apa yang disampaikan kali ini bahwa RSUD kita harusnya sudah masuk tipe A enggak apa-apa kita melayani tipe B yang penting adalah ujungnya masyarakat dapat terlayani," jelasnya.
Terkait dengan penanganan pasien kasus corona, Pemerintah Kota Bekasi telah menginstruksikan jajaran RSUD serta puskesmas di tiap-tiap wilayah, untuk mengantisipasi adanya penyebaran wabah penyakit tersebut.
"Terkait dengan proses wabah penyakit corona ini seluruh aparatur di jajaran RSUD dan Dinkes kita siap mengantisipasi," tegas dia.
Tri juga menghimbau kepada masyarakat, agar tidak mudah panik selama menghadapi wabah virus corona.

Sebab, penyakit asal Kota Wuhan China ini memiliki proses yang tidak sederhana untuk menular dari individu ke individu lain.
"Lebih penting kemudian kita mencegahnya dengan berbagai upaya terkait dengan penyakit ini tapi kita juga tidak harus panik karena memang proses daripada penyeberannya pun melalui proses yang saya kira tidak sederhana," ujarnya.
Masyarakat Kota Bekasi kata Tri, untuk yang sehat tidak perlu mengenakan masker, berika masker pada orang yang benar-benar membutuhkan atau dalam keadaan sakit.
"Selanjutnya adalah sikap ketika batuk dan bersin, bagaimana harus dijaga jangan sampai ketika batuk dan bersin tidak ditutup, lalu biasakan hidup sehat, perbanyak minum air putih," kata Tri.
Gelar Simulasi Penanganan Kasus Pasien 'Suspect' Corona
Dalam rangka kesiapan menghadapi wabah virus corona, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi menggelar simulasi penanganan pasien corona, Kamis, (5/3/2020).
Simulasi dilakukan secara menyeluruh mulai dari kedatangan pasien ke rumah sakit, penanganan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) hingga ke pemantantauan medis dan ruang isolasi.
Anggarjito selaku dokter ahli yang merupakan tim satuan tugas khusus penanganan pasien corona RSUD Kota Bekasi, mengatakan, simulasi ini adalah bagian dari upaya rumah sakit untuk memastikan kesiapan pelayanan jika terdapat pasien dicurigai menderita virus corona hingga dinyatakan suspect.
"Kita menilai pasien itu curiga dengan resiko tinggi terhadap korona artinya kita bilang masih dalam tahap pengawasan (suspect), kita lakukan analisis awal, kita lakukan pemeriksaan, kita masukan ke dalam isolasi," kata Anggarjito.
Penanganan pasien corona seperti yang disimulasikan menurut dia sesuai dengan standar operasional yang sudah diberikan Kementerian Kesehatan.
"Kalau memang dia (pasien) pengawasan dan sesuai dengan dari kemenkes bahwa kita tidak sebagai rumah sakit rujukan ya kita rujuk itu juga dengan resiko tinggi ya, kita rujuk ke rumah sakit yang ditunjuk oleh Kemenkes," jelasnya.
Kedudukan RSUD Kota Bekasi dalam penanganan pasien corona sebatas screening awal hingga penanganan ruang isolasi yang sudah disiapkan.
"Di isolasi kita ada sekitar tiga sampai empat bed (tempat tidur), dalam waktu enam jam (di isolasi) kita harus sudah menilai, mendiagnosa pasien masuk dalam corona dengan resiko tingga atau pengawasan (suspect)," paparnya.
Seluruh tim medis dalam penanganan corona juga nampak dilengkapi alat pelindung diri mulai dari pakaian, sarung tangan, kacamata, penutup kepala hingga alas kaki.
"Ruang isolasi sendiri di desain dengan tekanan negatif, dengan hepafilter, jelas berbeda dengan ruangan lain, kalau dengan kondisi ini kan pasien corona penularannya dengan droplets (tetesan) jadinya akan berisiko terhadap penularan," tegas dia.
"Jadi dia (ruang isolasi) memfiltrasi dan menciptakan tekanan negatif -30, jadi bisa langsung tarik keluar untuk kuman-kumannya itu," tambahnya.
Di RSUD Kota Bekasi sejauh ini belum kedapatan ada pasien suspect corona yang ditangani. Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, pemerintah kota sejauh ini sudah menginstruksi seluruh runah sakit termasuk RSUD untuk siaga dalam pelayanan penanganan pasien suspect corona.
• Terkait Virus Corona, Penumpang KAI di Stasiun Gambir Minta Hand Sanitizer Disediakan
• Soal Kondisi 10 PDP Terkait Virus Corona, RSUP Persahabatan: Bisa Diatasi
• Korean Air Batalkan Seluruh Penerbangan ke Bandara Soekarno-Hatta Hingga April Karena Virus Corona
"Saya kira mulai dari SOP sudah disiapkan kemudian surat edaran walikota sudah disiapkan itu adalah merupakan rujukan yang harus dilakukan oleh aparatur dan staf di RSUD," kata Tri di RSUD Kota Bekasi.
"Termasuk ada simulasinya hari ini bagai mana kita proses kalau ada warga Kota Bekasi mereka datang ke rumah sakit kemudian terjadi memang dinyatakan suspect," jelas dia.