Remaja Pembunuh Anak Serahkan Diri

Siswi SMP yang Bunuh Anak Masih Jalani Tes Kejiwaan, Tim Forensik Ungkap Peluang Kesembuhan Pelaku

Gadis berinisial NF (15), siswi SMP yang membunuh anak lima tahun di Sawah Besar kini masih ditangani tim kedokteran di RS Polri Kramat jati, Jaktim.

Penulis: Muji Lestari | Editor: Kurniawati Hasjanah
TribunJakarta.com/Dion Arya Bima Suci
Wakil Kapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo memperlihatkan buku catatan milik gadis NF (15) yang membunuh teman kecilnya APA (6) di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Muji Lestari 

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Penyelidikan kasus pembunuhan yang dilakukan gadis remaja, NF terhadap anak berinisial APA (5) masih terus berjalan.

Gadis berinisial NF (15), siswi SMP yang membunuh anak lima tahun di Sawah Besar kini masih ditangani tim kedokteran di RS Polri Kramat jati, Jakarta Timur.

Dikatakan Kasat reskrim Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Tahan Marpaung, butuh 14 hari untuk melakukan observasi dan memeriksa kejiwaan NF.

"Kurang-lebih butuh empat belas hari untuk tes kejiwaannya," kata Tahan, sapaannya, saat ditemui awak media, di area Gambir, Jakarta Pusat, Kamis pagi (12/3/2020).

Sampai hari ini, terhitung masa pemeriksaan kejiwaan NF telah berjalan tiga hari.

"Sama hari ini sudah ada tiga hari berarti," ucap Tahan.

Pengakuan Polisi Gadungan Peras & Perkosa Wanita di Hotel, Kekurangan Modal Nikah Jadi Alasan Pelaku

Tahan juga mengungkapkan, sejauh ini NF masih bersikap kooperatif dengan pihak kepolisian.

Begitu juga dengan keluarga NF yang tak pernah mangkir jika dibutuhkan keterangan oleh kepolisian.

"Mereka semua kooperatif. Kalau dimintai keterangan atau informasi yang kurang, selalu berikan penjelasan," ujar Tahan.

Tahan menambahkan, tim kedokteran dari RS Kramat Jati perlu waktu sampai betul-betul mendapat hasil kejiwaan NF, datanya valid.

"Sampai betul-betul datanya valid itu," tuturnya.

Peluang Kesembuhan NF

Pemeriksaa kejiwaan NF telah berjalan tiga hari.

Tim dokter psikiatri jiwa forensik RS Polri Kramat Jati masih memeriksa kejiwaan NF dalam kasus pembunuhan yang dilakukannya.

Terlepas dari perkara yang menjerat remaja tersebut, bila NF dinyatakan mengidap gangguan jiwa, ia masih memiliki kesempatan besar untuk hidup normal.

Berani Hadapi King Kobra, Panji Petualang Kocar-kacir saat Lihat Ini, Denny Cagur: Rontok Karisma Lu

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti mengatakan NF dapat sembuh bila mendapat penanganan medis.

"Bisa sembuh, harus didampingi (penanganan medis) terus. Semua orang sakit kan bisa sembuh, kecuali dia enggak mau sembuh," kata Hastry di RS Polri Kramat Jati, Kamis (12/3/2020).

Dalam konteks kasus pembunuhan, pembunuh berantai sekali pun dapat sembuh dan sudah sudah terbukti dalam sejumlah kasus.

Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti saat memberi keterangan di Jakarta Timur, Rabu (11/3/2020)
Kepala Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati Kombes Sumy Hastry Purwanti saat memberi keterangan di Jakarta Timur, Rabu (11/3/2020) (TribunJakarta/Bima Putra)

"Banyak contoh kasusnya (pelaku pembunuhan sembuh), orang yang sudah dipulangkan dari RS Jiwa kan karena dianggap sudah sembuh," ujarnya.

Kesembuhan pelaku dari gangguan jiwa yang diidapnya jadi pembeda ilmu psikiatri jiwa forensik dengan Kriminologi.

Meski sama-sama dilibatkan penyidik mengungkap kasus, Kriminologi tak berkutat pada ranah kesembuhan pelaku kriminal.

"Kalau psikiatri forensik dia ngasih obat, karena dia dokter. Ketika sudah tahu gangguan jiwa dikasih obat," tuturnya.

Fakta-fakta Pasutri Bunuh Diri Bersama, Ternyata Keduanya Tewas di Hari Vonis Sidang Perceraian

Kriminolog Sebut NF Adalah Korban

Kriminolog anak, Haniva Hasna menyebut, ada empat faktor pelaku NF menjadi korban dalam kasus pembunuhan tersebut.

Ia mengatakan, NF merupakan korban dari keluarga dan lingkungan yang tak memahami dirinya.

"Dia ini korban, jadi jangan bilang dia pelaku, kenapa jadi pelaku? karena dia korban."

"Korban dari agensi keluarganya tadi, dan lingkungan," ujar Haniva Hasna, dikutip dari YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC), Rabu (11/3/2020),

Wakil Kapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo memperlihatkan buku catatan milik NF (15), ABG perempuan yang membunuh APA (6), teman adiknya di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020). (Inset) Film Chucky dan Slender Man, film horor yang suka ditonton NF.
Wakil Kapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo memperlihatkan buku catatan milik NF (15), ABG perempuan yang membunuh APA (6), teman adiknya di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Jumat (6/3/2020). (Inset) Film Chucky dan Slender Man, film horor yang suka ditonton NF. (TribunJakarta.com/Dion Arya Bima Suci)

Ia menyebut, kedekatan pelaku dengan keluarga berperan besar dalam menentukan tindakannya.

"Pada saat dia enggak ada kedekatan, enggak ada tanggung jawab," ungkapnya.

"Saat anak tidak merasa punya kedekatan apapun dengan orangtuanya, dia akan bebas melakukan apapun," jelas Haniva.

Menurutnya, pelaku tidak merencanakan kehidupannya ke depan setelah lulus dari bangku SMP.

"Yang kedua, komitmen dia apa? 15 tahun harusnya dia sudah memikirkan SMA apa, dia harus memikirkan jurusannya apa, tujuan hidupnya apa, enggak ada sama sekali," katanya.

Sampaikan Bela Sungkawa, Irma Darmawangsa Datangi Rumah Korban Pembunuhan Siswi SMP di Sawah Besar

Selanjutnya, perbuatan NF itu menunjukkan tidak adanya kedekatan pelaku dengan masyarakat dan pihak sekolah.

"Ketiga, involvement, keterlibatan dia di masyarakat, keterlibatan dia di sekolah, berarti tidak ada sama sekali," lanjutnya.

Ia menyebut, keyakinan beragama juga bisa memengaruhi seseorang untuk mengurungkan niat melakukan kejahatan.

Namun, menurutnya, NF juga tidak memiliki faktor yang keempat ini.

"Terakhir adalah believe, agama, norma, aturan, enggak ada sama sekali," imbuh Haniva.

(TribunJakarta/Bima/Muji)

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved