Virus Corona di Indonesia
Sepakat Tunggu Jakarta, Kota Bogor Siap Lockdown dan Kota Bekasi Pakai Nama Isolasi Kemanusiaan
Yang menjadi catatan penting adalah DKI saat ini menjadi episentrum penyebaran atau perluasan Covid-19.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM - Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim menjelaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor memutuskan akan mengambil skenario yang sama jika pemerintah pusat menyetujui karantina wilayah atau lockdown DKI Jakarta.
Untuk itu Pemkot Bogor sudah menyiapkan sejumlah langkah penerapan kebijakan tersebut.
Contohnya rencana manajemen dan rekayasa lalu lintas karantina wilayah mulai dilakukan pada hari ini, Senin (30/3/2020).
Ia pun mengimbau kepada warga untuk tetap mengikuti instruksi yang sudah disampaikan dengan melakukan physical distancing.
Dedie menuturkan, skenario-skenario tersebut dilakukan untuk mempersiapkan Kota Bogor menghadapi kemungkinan diterapkannya local lockdown.
Meski begitu, penerapan karantina wilayah di kota hujan tersebut baru akan dilakukan jika wilayah DKI Jakarta memberlakukannya terlebih dahulu.
"Saya harap warga jangan panik. Pemkot sudah menyiapkan segala keperluan, termasuk pasokan untuk kebutuhan logistik dan yang lain," ucap Dedie, Senin.
2 skema rekayasa lalu lintas
Pertama, pemerintah daerah akan melakukan karantina wilayah terbatas di pusat kota.
Pada skema pertama ini, penyekatan arus lalu lintas dilakukan pada lima simpang yang menuju arah pusat kota, yaitu simpang Baranangsiang, simpang Empang, simpang Jembatan Merah, simpang Air Mancur, dan simpang Pangrango.
Jika situasi berubah, maka pemerintah daerah akan menerapkan skema kedua dengan mengkarantina seluruh wilayah Kota Bogor.
Ada sembilan titik yang akan ditutup pada tahap ini, yaitu simpang Baranangsiang, simpang Empang, simpang Gunung Batu, simpang RSUD, simpang Air Mancur, simpang tol Bogor Outer Ring Road (BORR), simpang Marwan, simpang Ekalokasari, dan putaran balik Polsek Bogor Timur.
Dedie menegaskan, Pemkot Bogor pada dasarnya telah siap untuk melakukan karantina wilayah atau local lockdown untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"Kami (Pemkot Bogor) intinya siap untuk itu (lockdown). Mau sebulan, dua bulan, kita siap. Tapi itu tidak akan ada artinya kalau DKI tidak melakukan pembatasan-pembatasan yang signifikan," tuturnya.
Ia tak memungkiri, tingkat ketergantungan Kota dan Kabupaten Bogor dengan DKI Jakarta memang sangat tinggi.

Hal itu, sambung dia, terlihat dari koneksi antar warga di wilayah Jabodetabek termasuk kepadatan arus lalu lintasnya.
Ia menjelaskan, yang menjadi catatan penting adalah DKI saat ini menjadi episentrum penyebaran atau perluasan Covid-19.
Sebab itu, lanjut dia, pemerintah dirasa perlu untuk melakukan pembatasan atau mengkarantina wilayah Jakarta.
"Jadi, saya dengan Ibu Bupati sepakat episentrumnya dulu diberesin. Kota dan Kabupaten Bogor akan menyesuaikan. Artinya, semua langkah harus terpadu semuanya, harus betul-betul kita koordinasikan dengan baik," kata dia.
Wali Kota Bekasi: kalau Jakarta ditutup selesai sudah
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menegaskan, pihaknya tidak akan melakukan lockdown atau karantina wilayah demi memutus rantai penyeberan virus corona.
Sebab kata Rahmat, kebijakan lockdown merupakan wewenang pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Joko Widodo.
"Kayanya enggak pakai kata lockdown, karena kalau lockdown itu negara, masuknya dari pelabuhan, masuknya dari airport," kata Rahmat, Minggu, (29/3/2020) kemarin.
Pria yang akrab disapa Pepen ini mengaku, istilah atau kebijakan yang diambil dalam mencegah penyebaran Covid-19 ialah isolasi kemanusiaan.
"Bukan lockdown, isolasi kemanusiaan, menghimbau, meminta, dan dengan kerendahan hati bahwa ini harus kita lakukan bersama," tegas dia.
Isolasi kemanusiaan lanjut Pepen, berupa kebijakan surar edaran berisi himbauan warga agar tidak keluar rumah selama masa inkubasi 14 hari.
"Mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Bekasi saya namankan isolasi kemanusiaan," kata Pepen.
"Isolasi kemanusiaan itu kita proteksi dari lingkungan RW, lingkungan RT terus juga dari pembatasan kegiatan-kegiatan," tambahnya.
Pepen menjelaskan, penyebaran virus corona di wilayahnya memang bisa dikatakan cukup cepat terjadi.
Sebagai kota yang bebatasan langsung dengan DKI Jakarta selaku episemtrum penyebaran Covid-19, dia mengaku cukup khawatir dengan aktivitas mobilisasi pekerja yang setiap hari pergi dari Bekasi Ibukota.
"Kan kami copy paste dengan Jakarta. Saat Jakarta bilang sudah tidak usah masuk Jakarta, selesai sebenarnya," tegas dia.
Beberapa waktu lalu, Pepen mengaku sempat melakukan inspeksi mendakak (sidak) di Terminal Induk Bekasi serta di Stasiun Bekasi. Mobilisasi warga kata dia masih cukup tinggi yang beraktivitas kerja ke Jakarta.
Dia menilai, saat ini masih ada puluhan ribu warganya yang masih bolak-balik Bekasi Jakarta dan dikhawatirkan membawa penyebaran virus dari Ibukota ke Kota Bekasi.
"Kalau di Jakarta sama Gubernur sudah dihimbau ya kantor-kantornya tutup berarti orang Bekasi (pekerja) kan enggak ke Jakarta hanya pada saat saya sidak ke terminal dan stasiun frekuensinya masih tinggi masih 70.000an yang ke Jakarta," jelas dia.
"Kalau 70.000 itu, 20 persennya bawa dapat (virus) dari Jakarta dibawa ke Bekasi interkasi lagi ke Bekasi wah kan celaka kita," ujarnya. (KOMPAS.com/Kontributor Bogor, Ramdhan Triyadi Bempah/TribunJakarta/Yusuf)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kota Bogor Bersiap Hadapi Kemungkinan Local Lockdown"