PMI Jakarta Selatan Siap Jemput Pendonor yang Takut Keluar Rumah Karena Corona
Humas PMI Jakarta Selatan Dedet Haryadi mengatakan, pendonor hanya perlu menghubungi nomor telepon atau hotline PMI Jakarta Selatan
Penulis: Annas Furqon Hakim | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU - Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Selatan menyatakan kesiapannya untuk melakukan sistem jemput bola bagi pendonor yang takut keluar rumah karena pandemi Corona.
Humas PMI Jakarta Selatan Dedet Haryadi mengatakan, pendonor hanya perlu menghubungi nomor telepon atau hotline PMI Jakarta Selatan.
"Bisa hubungi 0831-5132-8327, itu nomor hotline kami," kata Dedet saat dikonfirmasi, Jumat (3/4/2020).
Dalam hal ini, PMI Jakarta Selatan juga memberlakukan sistem kuota grup.
"Maksimal enam orang karena kendaraan juga kita sesuaikan dengan social distancing," jelas dia.
Setelah menghubungi hotline dan memenuhi persyaratan kuota grup, PMI Jakarta Selatan akan menjemput pendonor.
Saat ini, stok darah di PMI Jakarta Selatan masih tergolong minim. Dedet mengatakan, hanya tersisa lima kantong darah per Jumat (3/4/2020).
"Untuk golongan darah A sisa satu kantong, golongan B dua kantong, golongan AB nol, dan golongan O sisa dua kantong darah," ujar Dedet.
• Petugas Puskesmas yang Kontak Erat dengan Pasien Covid-19 Diharuskan Rapid Test Ulang
• Cerita Fitri Tetap Jualan Minuman Ditengah Wabah Corona, Kerap Diomeli Warga dan Berjuang Demi Anak
"Untuk jumlah pendonor masih kurang dari jumlah permintaan, sehingga keluarga pasien diminta untuk donor langsung ke PMI Kramat," tambahnya.
Kendati demikian, Dedet menyebut jumlah tersebut masih lebih banyak dibandingkan sebelumnya.
"Sekarang sudah mulai normal, karena kemarin satu hari sempat kosong," ujar dia.
Ia menjelaskan, DKI Jakarta membutuhkan 2.000 kantong darah setiap harinya.
"Untuk sehari kita bisa mencapai 2.000 kantong darah, se-DKI ya. Kalau di Jakarta Selatan sih kita hanya dropping saja, sesuai permintaan dari rumah sakit," ucap Dedet.
Dampak terburuk dari situasi ini, kata Dedet, masyarakat akan sangat sulit mendapatkan darah.
"Yang pasti masyarakat sulit mendapatkan kebutuhan darah, itu yang paling buruk. Banyak masyarakat yang butuh transfusi. Sekarang untuk golongan AB sudah sangat sulit," tutur dia.