Virus Corona di Indonesia
Cari Penghasilan, Begini Siasat Karyawan Hotel yang Dirumahkan Selama Pandemi Corona
Pandemi corona menyebabkan hampir semua masyarakat kehilangan pekerjaannya. Begini siasat karyawan hotel yang dirumahkan.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Pandemi corona menyebabkan hampir semua masyarakat kehilangan pekerjaannya.
Tak sedikit dari mereka yang dirumahkan bahkan di-PHK.
Mencari penghasilan sambilan menjadi salah satu langkah untuk bisa bertahan hidup dalam situasi sulit ini.
Di permukiman padat kawasan Duri Pulo, Jakarta Pusat, Gusfira Hasanah (27) tinggal di sebuah rumah yang dihuni keluarga dan saudaranya.
Jumlahnya cukup banyak yang tinggal di sana. Ada sekitar 12 sampai 15 penghuni di rumah berukuran 5 meter x 10 meter itu.
Salah satu Uwa Gusfira, terlihat sedang memasak ayam goreng di depan rumah yang sekaligus dijadikan tempat jualan.

Aroma ayam goreng menguar ke sekitar jalan setapak itu. Selain jual ayam goreng, pisang goreng atau combro sering dijajakan di depan rumah.
Asap kompor yang sering mengepul menyisakan bercak-bercak noda di dinding.
Semenjak badai pandemi corona, Gusfira turut meletakkan aneka kue di depan rumah.
Ia menjadi salah satu korban yang dirumahkan oleh pihak Hotel tempatnya bekerja.
Bahkan ada banyak temannya di sana terkena pemutusan kerja.
Gusfira masih beruntung tak diputus pihak hotel.
Namun, ia harus merelakan tak mendapatkan gaji untuk bulan Mei sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Tunjangan Hari Raya (THR) belum tentu juga ia peroleh.
Ia harus memikirkan cara bagaimana tetap menghasilkan di tengah situasi sulit ini.
Perempuan yang bekerja sebagai pastry cook itu memilih membuat kue demi menghasilkan uang.
"Sekarang jualan kue-kue kecil. Seperti donat, serabi, pie susu dan kue karamel. Jualannya depan rumah bareng Uwa," ungkap perempuan lulusan D3 Perhotelan kepada TribunJakarta.com di depan rumahnya pada Sabtu (18/4/2020).
Dari menjual donat dan serabi, Gusfira bisa meraup sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu sehari.
Beruntung, lanjutnya, ia belum berkeluarga. Hasil jual kue, ia sisihkan untuk ditabung.
Gusfira dibantu oleh adiknya untuk memasarkan aneka kue lewat online.
"Pasang foto kue yang dijual di status WA," tambahnya.
Kendati sudah berjualan kue, Gusfira tak menampik bahwa ia juga membutuhkan sembako untuk keluarganya.
Ia berharap pembagian sembako benar-benar merata ke seluruh warga di permukimannya.
Retno Jual Masker

Badai corona turut berdampak kepada penghasilan Retno Budiarsih (37). Perempuan asal Boyolali tersebut sama dengan Gusfira. Ia terpaksa dirumahkan dan tak digaji di bulan Mei.
Retno yang bekerja sebagai resepsionis hotel di kawasan Jakarta Selatan itu mau tak mau harus menjual dan menggadaikan sejumlah barang untuk bertahan hidup.
Namun, ia juga tetap harus mencari cara untuk menghasilkan uang selain menjual barang-barang yang dimilikinya.
Apalagi, sang suami yang bekerja sebagai pelatih sepakbola di Ragunan juga sedang tidak ada pemasukan.
"Saya menjual masker, warnanya merah putih. Teman saya yang produksi," ungkapnya kepada TribunJakarta.com di kawasan Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
• Janjian Lewat Instagram, Empat Pemuda Bawa Senjata Tajam Ukuran 1,5 Meter untuk Tawuran
• 1.114 Jenazah Dimakamkan Gunakan Protap Covid-19 di Jakarta
Satu masker ia jual seharga Rp 10 ribu. Dalam sehari, rata-rata Retno bisa meraup Rp 100 ribu.
Hasil penjualan masker cukup untuk biaya makan saja.
"Tapi enggak cukup untuk biaya lain seperti cicilan atau biaya kontrakan," tambahnya.
Selain masker, ia juga membantu menjual produk makanan milik temannya seperti kue dan bakso aci.
"Saya dirumahkan, tidak digaji (bulan Mei) bisa jadi sampai lebaran," keluhnya.
Bila situasi makin sulit, tak ada pilihan buat Retno selain mudik ke kampung halaman tinggal untuk sementara bersama orangtuanya.