Ramadan 2020

Hindari Kesalahan dalam Membuat Buat Kolak Saat Ramadan

Beberapa hari lagi, umat muslim akan segera menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Menu yang tak pernah ketinggalan yakni kolak.

Kolak Pacar Cina
Kolak Pacar Cina 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR - Beberapa hari lagi, umat muslim akan segera menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

Salah satu menu makanan yang tak pernah ketinggalan, adalah kolak.

Makanan dari campuran pisang, ubi, dan kolang kaling ini hampir tak pernah absen sepanjang Ramadan.

Meski menu ini sangat terkenal di Indonesia, ternyata masih banyak kesalahan yang sering kali dilakukan dalam membuat kolak lho.

Chef Stefu Santoso mengatakan, salah satu kesalahan yang seringkali dilakukan orang dalam membuat kolak adalah proses penyajiannya.

Kolak yang disajikan secara tidak tepat, biasanya membuat kolak tak bisa bertahan lebih lama. Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan santan dalam kolak, yang bersifat sangat sensitif.

"Cara masak takjil katakanlah kolak, itu hampir semua orang di Indonesia tau cara bikin kolak. Tapi yang paling penting adalah waktu penyajian, karena di dalamnya ada unsur santan," ujar Chef Stefu pada TribunJakarta.com, Senin (20/4/2020).

Untuk menjaga kualitas dari makanan yang mengandung santan, menurut Chef Stefu sebaiknya makanan tersebut segera dikonsumsi dalam waktu kurang dari 4 jam.

Sebab, jika didiamkan terlalu lama makanan yang mengandung santan akan beresiko cepat basi.

Apalagi jika pengolahan santan yang digunakan untuk campuran makanan tidak menggunakan prosedur yang benar.

Seperti menggunakan air bersih, hingga memperhatikan kebersihan parutan kelapa yang digunakan.

"Lebih dari itu (4 jam) ada banyak kemungkinan. Mungkin aja selamat, mungkin engga. Tapi kalau gak basi gakpapa, cuma yang jadi masalah sebenernya gini.. santan ini sensitif," kata dia.

"Masalahnya santen dibuat itu parutan kelapanya bagus apa engga, kemudian pakai airnya apa? mateng apa mentah? titik krusialnya disitu," paparnya.

Menurut Chef Stefu, santan dengan kualitas yang baik bisa dibuat dengan cara memperhatikan tingkat kebersihan dalam pengolahannya.

Seperti menggunakan parutan kelapa yang sudah dibersihkan sebelumnya, serta disarankan untuk menggunakan air yang sudah matang saat diperas.

Selain itu, teknik dalam memasak isian dari kolak itu sendiri juga perlu diperhatikan lho. Khususnya dalam memasak kolak pisang yang dicampur dengan ubi.

"Misalnya kolak pisang, di situ ada dicampurkan dengan ubi, dengan buah atep, teksturnya bagaimana? Tidak lembut semua ada yang keras. Ini permasalahan ya dari proses," ungkapnya.

Buah pisang yang dimasak secara bersamaan dengan ubi, akan membuat tekstur kolak menjadi tidak merata.

Arman Depari Tinggalkan BNN, Gembong Narkoba Dikhawatirkan Merajalela

Tak Bisa Dikaitkan Napi dengan Tindak Kejahatan, Menkumham Diminta Lanjutkan Asimilasi Warga Binaan

Buah pisang yang bersifat lembut akan mudah hancur ketika direbus bersama dengan ubi yang keras.

Karena itu, Chef Stefu menyarankan agar sebaiknya dalam membuat kolak pisang yang disertai dengan ubi keduanya harus dikukus secara terpisah.

"Kalau dimasak barengan, pasti salah satu bonyok. Pisangnya bonyok, ubinya belum mateng. Maka sebaiknya kalau saya masaknyaitu kukus sendiri-sendiri. Pisang kukus sendiri, ubi sendiri. Baru setelah itu kita satukan," paparnya.

"Karena secara teknis dasarnya antara ubi dan pisang punya tekstur yang berbeda, lama mateng juga berbeda. Jadi sebaiknya dipisahkan, kan ada juga orang yang masaknya udah cemplungin aja, itu aja," pungkas dia.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved