Antisipasi Virus Corona di Tangsel
Jelang Ramadan Pedagang Bunga di Pemakaman Menjerit, 2 Hari Layu hingga Omzet Turun Tak Ada Peziarah
Omzet penjualan bunga yang biasa untuk ditaburi di makam oleh para peziarah, kini menurun.
Penulis: Jaisy Rahman Tohir | Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNJAKARTA.COM, PAMULANG - Bak rantai yang saling berkait satu sama lain, berkurangnya jumlah peziarah pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Tangerang Selatan (Tangsel), berimbas pada penjualan bunga di pemakaman.
Omzet penjualan bunga yang biasa untuk ditaburi di makam oleh para peziarah, kini menurun.
Nurlaila (55) dan Farida (49), sudah 15 tahun berjualan bunga saat datang musim ziarah setiap menjelang Bulan Ramadan, di Pemakaman Wakaf Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel).
Nurlaila mengatakan, biasanya, pada musim ziarah, ia bisa meraup omzet sampai Rp 1 juta per hari.
Sedangkan, kali ini, omzet tertingginya hanya Rp 300 ribu.
"Sangat berimbas. Sehari paling Rp 300 ribu. Bisa Rp 500 ribu sampai satu juta Rupiah, bisa klau lagi ramai mah," ujar Nurlaila di lokasi, Senin (20/4/2020).
Nurlaila pasrah, situasi pandemi virus corona atau Covid-19 ini membuatnya gigit jari.
"Ya pasrah saja, mau bagaimana. Harga bunga sama saja, kalau enggak laku ya dibuang," ujarnya.
Farida mengatakan, jika penjualannya tidak bertambah, ia bisa merugi.
Terlebih, bunga hanya mampu bertahan selama dua hari, sebelum layu.
"Modal sendiri belanja ke Rawa Belong. Paling bertahan dua hari, layu. Rugi, dua hari juga layu dibuang," uajarnya.