Sepi Penumpang Imbas Corona, Sopir Bajaj Bergantung Pengertian Sang Pemilik
Marsudi (44) baru saja tiba di pangkalan bajaj di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat. Pendapatannya menurun saat PSBB.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, GROGOL PETAMBURAN - Marsudi (44) baru saja tiba di pangkalan bajaj di Jalan Kyai Tapa, Grogol, Jakarta Barat.
Bajaj berwarna biru yang dikemudikannya terparkir di barisan terdepan.
Ia harus menunggu tujuh bajaj lain yang lebih dulu mengantre untuk kembali mengangkut penumpang.
"Belum tentu bisa dapat penumpang lagi ini," ucap sang sopir bajaj Marsudi yang baru saja mengantar penumpang ke kawasan Tambora sambil turun dari bajajnya, Senin (20/4/2020).
Sebagai penarik bajaj, ia mengakui penghasilannya sangat tergerus akibat adanya pandemi corona.
Dalam sehari, tak jarang ia hanya menarik penumpang kurang dari lima kali.
"Enggak ada corona aja udah sepi, apalagi sekarang nyungsep," katanya mengibaratkan pendapatannya yang tak menentu.
Di saat pandemi corona dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB), Marsudi hanya bergantung dari pengertian pemilik bajaj yang ia gunakan untuk mencari nafkah.
Beruntung, majikannya itu memahami sulitnya situasi saat ini. Uang setoran yang harus diberikan setiap harinya kini hanya setengahnya.
"Sekarang setoran cuma setengahnya aja Rp 40.000. Tapi dapat segitu aja juga susah, yang penting masih ada sisa buat makan juga udah untung," tuturnya.
• Besok Hari Kartini 2020, Berikut Sederet Film Bertema Perempuan yang Cocok Temani Kamu di Rumah Aja
• Masih Banyak Masyarakat Tangerang yang Beraktivitas ke Jakarta saat Penerapan PSBB
Mewakili pekerja informal yang senasib dengannya, yang penghasilannya terdampak akibat pandemi corona, ia tentu berharap corona segera berlalu dan kehidupan kembali normal.
Sebab, untuk pulang ke kampung halaman saat ini juga tak menyelesaikan persoalan.
Selain dilarang, ia juga tak memiliki pemasukan apa pun bila pulang kampung.
"Di kampung juga enggak ada pemasukan, malah pengeluarannya tetap jalan. Ya mau enggak mau tetap disini (Jakarta) aja sambil berdoa ini semoga cepat selesai," harap Marsudi.