Sisi Lain Metropolitan

Curhat Hendra Penjual Jaket di KRL yang Viral di Medsos: Ditinggal Istri Besarkan Anak Seorang Diri

Sadar fisiknya tak normal akibat kecelakaan dan kesulitan berjalan, Hendra hanya bisa pasrah dan mengikhlaskan kepergian sang istri.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Wahyu Aji
Istimewa
Hendra saat sedang berjualan di kawasan Jakarta Selatan 

Tiap kali Raka sakit, Hendra selalu memberikan kabar kepada istrinya. Entah dibalas atau tidak, Hendra hanya ingin sang istri mengetahui tumbuh kembang Raka.

Sayangnya, maksud baik darinya tak diterima dengan baik oleh sang istri. Klimaksnya kata-kata menyayat hati keluar dari sang istri.

"Hidup dan mati Raka, saya enggak mau tahu lagi,"

"Nanti kalau sudah pisah saya enggak akan kasih apa-apa lagi buat Raka," ucap istrinya saat itu.

"Dari situ saya putuskan untuk tak berikan kabar. Sebab kalau masih berikan kabar saya yang sakit karena dia juga enggak mau tahu. Alhamdulillahnya Allah kasih saya petunjuk dari sebelum istri saya pergi. Saya mimpi kalau istri saya pergi dari rumah dan ternyata kejadian," jelasnya.

Akhirnya, sejak saat itu, ia menutup rapat semua kenangan bersama istrinya dan fokus pada tumbuh kembang Raka.

Setiap hari ia selalu berangkat dari rumah dan berjualan menggunakan Commuter Line jurusan Bogor-Jakarta Kota.

"Saya tetap jualan jaket untuk nafkahi Raka. Saya selalu berjualan di kereta. Namun karena enggak boleh, saya jualan di stasiun," katanya.

"Setiap pagi sudah berangkat dengan tongkat dan tas ransel ini. Saya jajakan jaket yang memang saya ambil di orang untuk kehidupan saya sama Raka," lanjutnya.

Dalam satu hari, biasanya 7-9 jaket pasti terjual dan Hendra hanya mengambil keuntungan sekira Rp 15 ribu perjaketnya.

"Rumah saya jauh dari jalan raya. Makanya sehari itu ongkos PP plus makan Rp 60 ribu. Makanya saya ambil untung maksimal Rp 15 ribu aja perjaketnya. Alhamdulillah 7 jaket pasti laku, kalau ramai bisa 9 jaket," jelasnya.

Beralih ke online

Seperti diketahui, sejak wabah Covid-19, sejumlah penjagaan pada layanan publik mulai diperketat.

Satu diantaranya di stasiun. Adanya pengecekan suhu tubuh selalu menjadi momok yang menakutkan bagi Hendra.

Pasalnya, ia takut begitu dicek, suhunya tak stabil.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved