Sisi Lain Metropolitan
Cerita Yusuf Saat PSBB di Bekasi: Jual Garam Keliling, Hanya Dapat Uang Rp 20 Ribu Sehari
Sayangnya, semenjak wabah Covid-19 dan PSBB, ia hanya menerima keuntungan bersih maksimal Rp 20 ribu
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, PONDOK MELATI - Di tengah kondisi jalan yang sepi, Yusuf Asmani (84) terlihat menuntun sepeda tuanya.
Usia senja membuat geraknya menjadi perlahan. Terlebih ia membawa beban yang cukup berat di dalam keranjang karungnya.
Sambil memperhatikan kondisi sekitar, Yusuf selalu berhenti ketika melihat seseorang dan menjajakan garam dapur yang dijualnya.
"Pak/Bu garamnya mau?," ucapnya terdengar kurang jelas.
Kehadiran seseorang menjadi hal yang sangat ditunggunya, dan membuat matanya berbinar saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Bekasi.

Meskipun lebih sering dibalas dengan gelengan kepala, Yusuf tetap gigih dan tak menyerah.
Diceritakannya, sejak 20 tahun lalu, Yusuf memutuskan merantau dari Pati, Jawa Tengah ke Kota Bekasi.
Yusuf mantap merantau karena tidak ada pekerjaan di kampung.
"Dulu kerja di kampung, tapi ya sudah sulit. Engga ada kerjaan lagi. Jadi tukang (semacam kuli bangunan) juga sudah enggak laku. Akhirnya ke Bekasi berdua Sujianti," ceritanya kepada TribunJakarta.com, Kamis (23/4/2020).
Selama di Bekasi, Yusuf langsung berjualan garam mengikuti seseorang yang disebutnya sebagai bos.
Ia pun difasilitasi sebuah rumah kontrakan oleh bosnya di sekitar Jalan Raya Hankam, Kota Bekasi.
"Selama di sini ngontrak sama istri. Tapi kontrakan yang bayarin bos garam ini," lanjutnya.
Jualan lepas salat subuh
Selepas salat subuh, Yusuf sudah bersiap dan berkeliling jualan.