Sisi Lain Metropolitan
Cerita Yusuf Saat PSBB di Bekasi: Jual Garam Keliling, Hanya Dapat Uang Rp 20 Ribu Sehari
Sayangnya, semenjak wabah Covid-19 dan PSBB, ia hanya menerima keuntungan bersih maksimal Rp 20 ribu
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Dulunya, ia masih sanggup mengayuh sepeda tuanya. Namun, seiring berjalannya waktu, sepeda tuanya hanya ia tuntun saja.
"Habis subuh sudah berangkat. Garamnya pasti sudah ada dan dibawa dari Tangerang," jelasnya.
Tak miliki langganan
Dijelaskan Yusuf, ia memiliki alasan tersendiri kenapa selalu berangkat selepas subuh.
Hal ini lantaran ia tak memiliki langganan tetap sebagai pembeli garamnya. Untuk itu, ia butuh waktu lebih panjang guna menjual garam dapur yang dibawanya.
"Langganan? Enggak punya. Selama ini jalan aja, tawarin ke orang-orang siapa yang mau. Makanya kalo diketeng harganya jadi Rp 5 ribu," katanya.
Dalam sehari, ia bisa membawa keuntungan bersih sebesar Rp 50 ribu. Sayangnya, semenjak wabah Covid-19 dan PSBB, ia hanya menerima keuntungan bersih maksimal Rp 20 ribu.
"Dulu bisa dapat Rp 50 ribu, itu sudah dikurangi makan. Tapi sekarang cuma Rp 20 ribu. Mau jalan lewat mana juga bingung gara-gara banyak yang ditutup," katanya.
"Karena anak saya cuma satu dan tinggal di kampung, jadi di sini sama sama istri makan seadanya aja. Ada enggak ada uang, ya tetap harus makan. Makanya kadang suka pinjam uang," jelasnya sedih.
Suka Duka
Bertahan hidup dengan penghasilan minim, membuat Yusuf tetap bersyukur.
Sejauh ini ia senang karena masih bisa bekerja dan kuat mendorong sepeda tuanya.
"Kalau di rumah aja enggak punya uang buat makan. Saya masih kuat masih dikasih sehat sama Yang Maha Kuasa, jadi enggak mau minta-minta. Hal itu harus disyukuri jangan disia-siakan," ujarnya.
• Lurah Kebon Pala Pastikan Masjid Jami Nurul Hidayah Tak Gelar Salat Tarawih Selama Ramadan
• Pandemi Covid-19 di Indonesia Diprediksikan Mereda Bulan Juni 2020
• Sejumlah Kebutuhan Pokok Didiskon di Promo Indomaret yang Berlaku Tanggal 22-28 April 2020
Apapun yang ia rasakan selama berjualan selalu diterimanya selama berjualan.
Termasuk harus memutar jalan akibat adanya lockdown lokal di sejumlah jalan lingkungan.
"Paling kalau sekarang sedihnya harus mutar jalan. Biasanya banyak jalanan yang enggak bagus dan kadang menanjak," katanya.
"Ini kaki sakit, pinggang sakit kalau sudah ketemu jalan begitu. Tapi balik lagi harus disyukuri karena saya masih dikasih nikmat sehat dan bisa terus jualan garam," pungkasnya.