Klarifikasi Korban Perusakan Rumah di Pulogadung yang Laporkan Kegiatan Tarawih ke Anies
Aselih Asmawi (62), warga Kelurahan Jati korban perusakan rumah puluhan remaja pada Jumat (24/4/2020) angkat bicara
Penulis: Bima Putra | Editor: Wahyu Aji
Saat kejadian sekira pukul 03.00 WIB Aselih mengaku masih terlelap, hanya sang istri dan anaknya yang mengetahui kejadian perusakan.

Beruntung tak ada kerusakan parah akibat ulah sekelompok remaja, hanya sejumlah kabel tis pengait fiber pagar rumah yang rusak.
"Enggak ada yang rusak, cuman pot-pot ada yang patah sedikit, karena pot awalnya di pinggir jalan. Sama tali-talinya (kabel tis pengait fiber) pada putus," sambung dia.
Pada Sabtu (25/4/2020), pihak Kecamatan Pulogadung, jajaran Polrestro dan Kodim 0505 Jakarta Timur menemui Aselih dan pengurus RW.
Mereka mendampingi proses mediasi, hasilnya Aselih setuju insiden yang menimpanya selesai secara kekeluargaan.
"Dari RT/RW sudah bertemu dengan mereka (remaja yang merusak rumahnya). Sudah dikasih penjelasan tidak boleh melakukan tindakan itu lagi. Sudah damai," kata Aselih.
Seperti diketahui, perusakan terhadap satu rumah warga di kawasan Pulogadung, Jakarta Timur itu terjadi pada Jumat (24/4/2020) dini hari.
Dalam video pengrusakan berdurasi 30 detik yang viral di media sosial, tampak jelas puluhan remaja bergantian menendang pagar, melempar petasan.
Merusak pot, hingga mengarahkan toa yang digunakan membangunkan warga sahur tepat ke arah pintu rumah seorang warga secara sengaja.

Camat Pulogadung Bambang Pangestu mengatakan pengrusakan dipicu karena pemilik rumah melaporkan kegiatan Salat Tarawih di satu Masjid tempatnya tinggal.
"Hari Kamis (23/4) pemilik rumah mengambil foto atau video tentang kegiatan Salat Tarawih. Lalu dilaporkan ke Twitter, ditujukan ke Gubernur," kata Bambang saat dikonfirmasi, Minggu (26/4/2020).
Menggunakan akun Twitter anaknya, pemilik rumah melaporkan kegiatan Tarawih berjemaah dengan tujuan agar petugas segera menindak.
Alasannya dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kegiatan bersifat keagamaan dibatasi guna mencegah penularan Covid-19.
Nahas laporan yang ditujukan langsung ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyulut emosi puluhan remaja warga setempat.
"Remaja yang biasa membangunkan sahur marah. Mereka melakukan di depan rumah, membakar petasan, merusak pot tanaman, dan mendorong-dorong pagar rumah," ujarnya.