Virus Corona di Indonesia
Siswa SMA di Tulungagung Ada yang Tak Lulus Meski Ujian Nasional Ditiadakan, Mengapa Bisa Terjadi?
Meski tak diadakan Ujian Nasional, rupanya ada dua siswa SMA di Tulungagung tak lulus sekolah. Mengapa demikian?
Penulis: Siti Nawiroh | Editor: Rr Dewi Kartika H
TRIBUNJAKARTA.COM - Di tengah pandemi covid-19 atau virus corona, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan.
Salah satunya diputuskan untuk tak diadakannya Ujian Nasional 2020 di semua jenjang pendidikan.
Maka dari itu, kelulusan ditentukan berdasar nilai rapor sejak semester 1 hingga semester 6 untuk setingkat SMA dan SMK.
Meski tak diadakan Ujian Nasional, rupanya ada dua siswa SMA di Tulungagung tak lulus setelah mendapat pengumuman kelulusan pada, Sabtu (2/5/2020), mengapa bisa demikian?
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Tulungagung dan Trenggalek, Solikin mengatakan, dua siswa yang tidak lulus berasal dari SMA.
"Kalau untuk SMK, semuanya lulus," terang Solikin dilansir dari Surya, Senin (4/5/2020).
• Diberi Uang Jutaan oleh Baim Wong, Nelayan Korban PHK Takut Ditanya Keluarga: Dikira Hasil Mencuri
Dua siswa SMA yang tidak lulus berasal dari SMAN 1 Rejotangan dan SMA Sunan Gunung Jati Ngunut.
Rupanya, dari data masing-masing sekolah kedua siswa tersebut tak mengikuti ujian sementer 5 dan 6.
"Karena itu pihak sekolah menetapkan mereka tidak lulus sekolah," sambung Solikin.
Di Tulungagung terdapat 25 lembaga SMA dengan jumlah siswa 4.208.
Sedangkan SMK sejumlah 35 lembaga dengan jumlah siswa sebanyak 7.182.
• Ditanya Tempat Pertama Kencan Bareng Paula, Jawaban Baim Wong Buat Raffi Ngakak: Parah Itu Siapa?
Pengumuman kelulusan dilakukan dengan mengirimkan pesan langsung lewat Whatsapp.
Solikin menegaskan, pihaknya menggandeng Polres Tulungagung untuk mengawasi siswa yang melakukan aksi corat-coret dan konvoi.
Jika ditemukan siswa yang melakukan konvoi, polisi diminta untuk melakukan pembinaan.
"Dan alhamdulillah, sejak Sabtu belum ditemukan siswa yang konvoi di jalanan," ucap Solikin.
UN Ditiadakan, Nadien Makarim: Yang Penting Kesehatan Siswa
Ujian Nasional 2020 ditidakan untuk seluruh jenjang pendidikan.
Mendikbud Nadiem Makarim mengutamakan keamanan dan keselamatan 8 juta siswa.
Hal ini disampaikan Nadiem Makarim dalam sebuah video.
Menurutnya, alasan utama peniadaan Ujian Nasional mengacu pada prinsip keamanan dan kesehatan siswa.
Tak hanya siswa, Nadiem menyebut, keamanan dan kesehatan keluarga siswa juga menjadi perhatian.
"Alasan nomor satu adalah prinsip dasar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terpenting itu adalah keamanan dan kesehatan daripada siswa dan tentunya keluarga mereka," katanya, dilansir dari YouTube Kompas TV, Selasa (24/3/2020).
Lebih lanjut, risiko kesehatan yang sangat besar akan muncul apabila pihaknya nekat melanjutkan pelaksanaan Ujian Nasional.
Hal ini lantaran dalam pelaksanaan Ujian Nasional, siswa harus berkumpul dalam satu ruangan.
Sementara saat ini, pemerintah tengah menggalakan program physical distancing.
• Imbas Virus Corona, Ujian Nasional Siswa di DKI Jakarta Tertunda
Masyarakat dilarang untuk mengadakan perkumpulan dan terus diimbau menghindari kerumunan.
Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
"Kalaupun kita melaksanan Ujian Nasional di tempat pengujian yang harus dikumpulkan, bisa meninimbulkan risiko kesehatan yang sangat besar."
"Bukan hanya siswa tapi juga keluarga dan kakek nenek siswa tersebut," tambah Nadiem.
Nadiem menyebut jumlah siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional begitu besar.
Setidaknya ada 8 juta siswa dari SD hingga SMA di seluruh satuan pendidikan di Indonesia yang rencananya akan mengikuti Ujian Nasional.
"Ada 8 juta siswa yg tadinya akan ikut Ujian Nasional," katanya.

Nadiem Makarim menegaskan, tak ada yang lebih penting dari pada keamanan dan kesehatan siswa serta keluarganya.
"Tak ada yg lebih penting dari keamanan dan kesehatan siswa dan kelaurga. Karena itu un dibatalkan," katanya.
Nadiem juga menyinggung soal Ujian Nasional yang bukan menjadi syarat kelulusan ataupun seleksi masuk pendidikan yang lebih tinggi.
"Setelah kami pertimbangkan, lebih banyak risiko untuk melanjutkan Ujian Nasional," katanya.
(Tribunjakarta/Tribunnews/Surya)