Ramadan 2020
Pandemi Covid-19, Pedagang Takjil Mengeluh Omzet Turun Hingga 50 Persen
Banyaknya perusahaan dan tempat usaha yang meminta pegawainya bekerja di rumah jadi sebab pembeli takjil menurun
Penulis: Bima Putra | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, PULOGADUNG - Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan guna mencegah penularan Covid-19 tampaknya mempengaruhi pemasukan pedagang takjil.
Reva Sepriyanti (31), satu pedagang takjil di kawasan Rawamangun mengaku pemasukannya anjlok nyaris 50 persen karena jumlah pembeli berkurang.
"Kalau dibanding Ramadan tahun lalu menurun hampir 50 persen, jumlah pembeli kehitung. Dagangan juga enggak habis, sisa terus," kata Reva di Pulogadung, Jakarta Timur, Jumat (8/5/2020).
Banyaknya perusahaan dan tempat usaha yang meminta pegawainya bekerja di rumah jadi sebab pembeli takjil menurun.
Dia mencontohkan hanya segelintir pengguna jalan berbuka puasa di perjalanan, beda dengan tahun lalu saat Covid-19 belum jadi wabah.
"Kalau dulu kan macet, banyak orang buka di jalan. Sekarang orang banyak di rumah, keluar rumah saja takut. Paling yang beli cuman tetangga doang," ujarnya.
Yeni (34), pedagang takjil lainnya juga mengeluhkan penurunan omzet dagang yang berlangsung sejak awal Ramadan 1441 Hijriah.
Meski di pekan pertama Ramadan sempat optimis karena penurunan belum signifikan, kini dia pesimis bisa meraup untung.
"Sekitar 40 persen lah tuturnya, makin dekat lebaran ya makin sepi. Sepertinya sekarang banyak orang masak di rumah, pada takut keluar," tutur Yeni.
Menurutnya warga cenderung mengurangi konsumsi karena khawatir pandemi Covid-19 berlangsung lama dan pengeluaran meningkat.
• Polisi Buru Provokator Tawuran Maut di Cisalak Sukmajaya Kota Depok
• Sempat Kabur, Satu DPO Pembakar Hidup-hidup Transgender di Cilincing Ditangkap
• Cerita Raissa Saat Soal Ayahnya Bekerja dari Office Boy hingga General Manager di McDonalds Sarinah
Terlebih nyaris semua sektor ekonomi terdampak pandemi Covid-19 sehingga memengaruhi pemasukan warga dan tingkat pengeluaran.
"Pegawai kantoran saja bingung karena masalah THR-nya dapat atau enggak, jadi banyak orang pada ngirit. Belum lagi banyak pegawai yang kena PHK," lanjut dia.