Sisi Lain Metropolitan

Kisah Getir Mantan Juru Masak Rumah Makan Padang Hidup Menggelandang, Berakhir di Penampungan

Adrianus Jayali (26) tak ingin pulang ke kampung halamannya sekalipun Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta berakhir.

Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Y Gustaman
TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas
Adrianus Jayali (26) (Baju Biru) tengah berdiri bersama Asep (duduk) di depan pintu masuk GOR Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Selasa (26/5/2020). 

"Karena dia (Adrianus) cukup rajin disuruh apa aja mau, mudah-mudahan nanti ada waktunya. Saya sampaikan ke pimpinan artinya sebagai salah satu kepedulian kita," harap Agus.

Sosok Adrianus Jayali

Adrianus Jayali sudah hampir sebulan tinggal di tempat penampungan sementara di GOR Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Pria asal Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, ini tinggal dengan sesama korban PHK.

Ada juga beberapa pemulung dan pengemis hasil tangkapan Satpol PP dan petugas sosial.

Menjelang sore hari, Adrianus duduk bersama kawan barunya sesama korban PHK, Asep di tangga depan pintu masuk GOR.

Pria berkacamata itu bercerita, baru hitungan bulan datang ke Jakarta untuk bekerja sebagai juru masak di rumah makan Padang di Cipinang, Jakarta Timur.

Sejak Januari, Adrianus mulai bekerja. Malang, pandemi Covid-19 datang beberapa bulan berikutnya.

Hari Ini dan Besok Matahari Tepat di Atas Kabah, Begini 6 Cara Menentukan Kiblat

Impian Adrianus untuk bertahan lebih lama bekerja di sana menyisakan duka. Ia kehilangan pekerjaan setelah dua bulan kerja. 

Sang majikan asal Lampung, ingin lekas pulang kampung sebelum pemerintah menutup jalur pulang kampung bagi warga umum.

Adrianus beserta dua orang karyawan lainnya terpaksa diberhentikan.

Majikannya masih mengizinkan dia tinggal sementara waktu di mess rumah makan sebelum tutup.

Di Ibu Kota, Adrianus tak memiliki sanak saudara. Kenalan pun tak ada lantaran belum lama di Jakarta.

Adrianus sempat mencari pekerjaan lain selepas di-PHK. Tapi, tak ada perusahaan yang membutuhkan karyawan di situasi sulit seperti ini.

Ponselnya terpaksa dijual seharga Rp 1,3 juta. Satu juta dikirimkan kepada anak dan istrinya, sisanya modal untuk bertahan hidup.

Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved