Sisi Lain Metropolitan

Tak Bisa Pulang Kampung Karena Covid-19, Cerita Wunta Isi Waktu Dengan Berjualan Layangan

Tak bisa pulang kampung akibat pandemi Covid-19, Wunta (78) isi waktu luang dengan berjual layangan.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Wunta, penjual layangan asal Cirebon di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (27/5/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, CIPAYUNG - Tak bisa pulang kampung akibat pandemi Covid-19, Wunta (78) isi waktu luang dengan berjual layangan.

Di depan pagar rumah warga, Wunta terlihat sedang duduk termenung sambil menunggu pembeli.

Beberapa benang dan layangan terlihat diletakkannya begitu saja dengan alas seadanya.

"Lupa mau bawa kardusnya. Makanya digelar aja dagangannya," ujarnya singkat kepada TribunJakarta.com, Rabu (27/5/2020).

Satpol PP Tertibkan PKL di Kolong Flyover Asemka Jakarta Barat

Wunta menuturkan baru berjualan layangan beberapa bulan belakangan saja.

Sebelumnya, ia merupakan penjual burung, ayam dan bebek keliling.

Sejak kepergian sang istri, Dawi di tahun 2013, Wunta memutuskan menghabiskan waktunya untuk berjualan.

"Ini ma baru, dulu saya jualannya burung, ayam sama bebek. Pokoknya dari pas meninggalnya si ibu (istri), saya jualan buat isi waktu aja. Sebab dari dulu saya sudah biasa sibuk karena urus istri yang sakit. Jadi penginnya ada kesibukan juga," kata bapak 8 anak ini.

Wunta, penjual layangan asal Cirebon di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (27/5/2020).
Wunta, penjual layangan asal Cirebon di kawasan Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (27/5/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA)

Bertambah, Jumlah Pedagang Pasar Perumnas Klender yang Positif Covid-19 Jadi 5 Orang

Pada awal keputusan tersebut, Wunta menceritakan sempat tak disetujui oleh anak-anaknya.

Anak-anak Wunta mengkhawatirkan usianya yang sudah senja dan perlu banyak istirahat.

"Sudah bapak di rumah aja, banyakin istirahat,"

"Bapak nggak usah kerja nanti kelelahan,"

"Seperti itulah kata anak-anak saya. Sebab di Jakarta saya tinggal sama anak bungsu. Semua anak perhatian sama saya. Saya paham mereka nggak mau bapaknya kelelahan. Tapi saya juga enggak betah di rumah aja, cuma duduk aja," katanya.

Terus melakukan diskusi dan musyawarah, akhirnya anak-anak Wunta mengizinkannya untuk berjualan, denhan syarat tak kelelahan.

"Saya bilang bapak pengin tetap bisa olahraga. Daripada keliling naik sepeda enggak jelas atau jalan kaki engga jelas, mendingan sambil jualan. Akhirnya anak paham dan saya anggap jualan itu bagian dari olahraga," ungkapnya.

Sejak saat itu, Wunta berangkat dengan sepeda tuanya tiap pukul 06.00 WIB menuju Prumpung, Jatinegara, Jakarta Timur untuk membeli burung, ayam maupun bebek.

Kemudian pada pukul 11.00 WIB, ia menjajakan jualannya dari Prumpung sampai kawasan Pondok Gede, Kota Bekasi.

"Lumayan pendapatannya. Sebab saya jualan burung, ayam sama bebek itu laku. Dari pasarnya juga murah," katanya.

Ingin habiskan waktu di kampung

Setelah lelah hidup di Jakarta, akhirnya di tahun 2019, Wunta kembali ke Cirebon.

Selama satu tahun, ia menghabiskan waktunya di kampung halaman dengan memelihara kambing dan bebek yang ia miliki.

"Tahun lalu saya pulang. Saya bilang sama anak mau habiskan masa tua di kampung aja. Saya bakal kembali ke Jakarta, sesekali aja," katanya.

Akhirnya pada awal tahun 2020, Wunta kembali ke Jakarta dan menemui anak bungsunya.

Selama beberapa bulan ia memutuskan untuk melepaskan rindu kepada enam anak dan cucunya yang tinggal di Jakarta.

Sayangnya, ketika ia hendak kembali ke Cirebon, terkendala oleh Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Akhirnya Wunta memutuskan untuk kembali berjualan, yakni menjual layang-layang dengan modal yang ia pinta dari anak-anaknya.

Kapolsek Penabrak Rumah Sebabkan 2 Orang Tewas Dicopot: Ini Kata Kapolda Terkait Dugaan Mabuk

"Jadi saya dapat uang dari anak-anak. Saya kumpulin buat beli layangan sama benang kenur dan gelasan ini. Habis mau apalagi kan, di sini mau pulang ngga bisa. Kalau di kampung ya bisa ngangon kambing sama bebek," jelasnya.

Kendati demikian, Wunta mendapatkan hikmah dibalik gagalnya mudik ke kampung halaman.

Hikmah tersebut ialah banyak warga yang berbagi rezeki termasuk memberikan sembako untuknya.

"Tapi alhamdulillahnya ada yang suka kasih rezeki ke saya. Ada juga yang kasih sembako. Jadi suka dukanya ada," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved