Bedakan Gaya Komunikasi Jokowi & SBY, M Qodari Akui Pemimpin Punya Bakatnya Masing-masing

Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari membedakan gaya komunikasi Presiden ke-7 RI Jokowi dengan pemimpin sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono.

Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Siti Nawiroh
Youtube/Kompas TV
Bedakan Gaya Komunikasi Jokowi & SBY, M Qodari Akui Pemimpin Punya Bakatnya Masing-masing 

TRIBUNJAKARTA.COM - Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari membedakan gaya komunikasi Presiden ke-7 RI Jokowi dengan pemimpin sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Hal itu diungkapkan M Qodari saat hadir menjadi narasumber di acara Rosi Kompas Tv pada Kamis malam (29/5/2020).

Dalam acara tersebut membahas berbagai gaya komunikasi Jokowi dalam mengambil kebijakan di tengah pandemi covid-19.

TONTON JUGA:

Pasalnya kebijakan tersebut kerap kali menuai pro kontra dan ada juga yang dianggap membuat bingung.

Hal itu tak lepas dengan kebijakan yang dianggap bolak balik, sebentar bilang “A”, lalu diralat menjadi “B”.

Satu diantara kebijakan yang dibahas mengenai larangan mudik.

Ibunda Zuraida Hanum Bungkam Diperlihatkan Foto Mesum Anak, Hakim Beri Reaksi Menohok di Persidangan

Pembawa acara Rosi menuturkan, terdapat konteks di pernyataan Jokowi mengenai larangan mudik di lebaran dan penggunaan transportasi untuk mengangkut makanan, logistik dan sebagainya.

"Artinya dimana missing-nya sehingga ditangkap berbeda oleh publik?" tanya Rosi.

FOLLOW JUGA:

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Prof. Ibnu Hamad menjelaskan, jika dalam pernyataan Jokowi tersebut sebenarnya hanya perlu ditambahkan kata 'kecuali'.

"Jadinya mudik tak diperbolehkan selama PSBB, kecuali transportasi diperbolehkan dan sebagainya sesuai dengan aturan. Ini yang dimaksud skill komunikasi pejabat," jelas Prof Ibnu Hamad.

Ketegaran Ammar Zoni & Irish Bella Saat Kehilangan Bayi Kembar, Persiapkan Bekal di Kehidupan Abadi

Prof Ibnu Hamad menilai, setiap pejabat seharusnya memikirkan dampak yang muncul akibat pernyataannya.

Mendengar hal tersebut, M Qodari lantas mengapresiasi Prof Ibnu Hamad.

"Saya mau apresiasi ya dengan pakai kata kecuali," aku M Qodari.

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kanan) meninjau progres persiapan pembangunan Ibu Kota baru di kawasan Kelurahan Pemaluan, Sepaku, Penajam Paser Utara, Selasa (17/12/2019). Hari ini Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya Tol Balikpapan-Samarinda yang akan menjadi jalur penghubung utama menuju Ibu Kota baru RI.
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kanan) meninjau progres persiapan pembangunan Ibu Kota baru di kawasan Kelurahan Pemaluan, Sepaku, Penajam Paser Utara, Selasa (17/12/2019). Hari ini Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya Tol Balikpapan-Samarinda yang akan menjadi jalur penghubung utama menuju Ibu Kota baru RI. (TRIBUN/BIRO PERS/AGUS SUPARTO)

Lebih lanjut, M Qodari memaparkan perbedaan gaya komunikasi sosok Jokowi dan SBY.

"Seorang pemimpin punya bakatnya masing-masing, tak bisa membandingkan gaya komunikasinya Pak SBY dan Jokowi. Pak SBY dilepas sendiri tak dibantu Andi Mallarangeng, lancar jaya."

Ungkap 4 Sosok Berlaga di Pilpres 2024, Yunarto Wijaya: Biasanya Yang Mengejutkan Itu Jadi Pemenang

"Tetapi kalau Pak Jokowi tak dibantu, misalnya oleh Ibnu Hamad, ternyata bikin persoalan baru. Saya terima kasih Prof, anda menyelesaikan persoalan ini dengan sederhana. Pakai kata kecuali," aku M Qodari.

ini videonya:

Mendengar hal tersebut, mantan juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng menuturkan komuniskasi merupakan bagian dari kepemimpinan.

"Komunikasi adalah bagian dari leadership karena kita masuk di era demokrasi. Publik itu punya hak diwakilkan wartawan misalnya untuk mendapatkan informasi tentang kebijakan pemerintah, dari situ baru mereka bereaksi mendukung atau lainnya," jelas Andi Mallarangeng.

9 Amalan Sunnah di Hari Jumat Agar Makin Berkah, Perbanyak Dzikir dan Baca Surat Al Kahfi

Pemerintah siapkan skenario

 Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengatakan, pemerintah saat ini sedang mempersiapkan skenario agar masyarakat bisa kembali produktif dalam sektor ekonomi dan pendidikan.

"Bukan hanya di bidang ekonomi, tetapi juga kita kembali lagi mulai memikirkan bagaimana proses pendidikan pembelajaran di sekolah, di kampus, sudah mulai harus kita hidupkan kembali, kita jalankan kembali,” jelas Yurianto sebagaimana dikutip dari keterangan pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Kamis (28/5/2020).

Kemudian pemerintah juga mempersiapkan agar kegiatan keagamaan di rumah ibadah dapat berjalan seperti sedia kala. 

"Tetapi dengan memperhatikan beberapa ketentuan pencegahan penularan Covid-19," lanjut Yurianto.

\Harus ada kajian epidemologi daerah
Dalam hal ini, Yuri memastikan bahwa semua itu tergantung pada kondisi epidemologi di tiap-tiap wilayah.

Sebab, kondisi masing-masing daerah tidak sama.

"Oleh karena itu, tentunya kajian harus komprehensif di masing-masing daerah, karena tujuannya adalah pengendalian epidemologi Covid-19 di daerah itu,” imbuhnya.

Sementara itu, berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 hingga Kamis (28/5/2020) terdapat dinamika kasus Covid-19 yang berbeda pada tiap wilayah.

Jatim terbanyak Kasus Covid-19 baru

Sebagai contoh jumlah kasus terkonfirmasi positif yang barupaling banyak adalah di Jawa Timur sebanyak 171 kasus, kemudian Kalimantan Selatan ada 116 kasus, DKI Jakarta bertambah 105 kasus, Sulawesi Selatan ada 46 kasus dan Sumatera Utara bertambah 30 kasus.

Dari data itu, mayoritas penambahan kasus di DKI Jakarta adalah dari para Warga Negara Indonesia (WNI) repatriasi atau yang pulang dari luar negeri. 

Menurut Yurianto, para WNI yang terkonfirmasi positif Covid-19 itu telah dirawat secara intensif di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran.

Kasus nihil Covid-19

Kemudian ada pula wilayah yang nihil penambahan kasusnya, meliputi Bangka Belitung, DI Yogyakarta, Jambi, Kalimantan Utara, Lampung, Riau, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Kemudian untuk wilayah yang tercatat ada satu penambahan kasus adalah Aceh, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

"Adanya kasus nihil tersebut sekaligus menjadi tantangan terbesar bagi masing-masing wilayah untuk mempertahankannya," ungkap Yuri.

Pasien sembuh dan meninggal

Adapun berdasarkan rincian data secara akumulatf nasional hingga Kamis, ada penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 687 orang.

Sehingga totalnya saat ini ada 24.538 kasus positif Covid-19 di Indonesia.

Sedangkan pasien sembuh menjadi 6.240 orang setelah ada penambahan 183 orang. Adapun kasus meninggal menjadi 1.496 orang dengan penambahan 23 orang.

Sumber: Tribun Jakarta
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved