Viral di Medsos
Kisah Dibalik Viral Gadis di Serpong Jual Bansos Via Medsos: Putus Sekolah, Ibu Sakit dan Ayah Pergi
Nama Novi Rahmadani (16) menjadi perhatian warganet semenjak dirinya menjual bantuan sosial (bansos) secara online. Ada kisah haru dibalik viral itu.
Penulis: Ferdinand Waskita | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM, SERPONG - Nama Novi Rahmadani (16) menjadi perhatian warganet semenjak dirinya menjual bantuan sosial ( bansos) secara online.
Bansos berupa sembako itu dijualnya melalui media sosial Facebook.
Namanya viral saat akun Facebooknya di-capture dan diposting akun Instagram @lambe_turah dan mendapat ribuan komentar.
Komentar yang diterima Novi Rahmadani pun beragam.
Tidak sedikit warganet yang membully Novi karena menjual bansos dari pemerintah saat pandemi Covid-19.
Novi membantah bansos tersebut berasal dari pemerintah melainkan dari atasannya.
Ternyata dibalik viral sembako, terdapat kisah menyedihkan yang dialami Novi Rahmadani.

Ia harus membiayai ibunya yang sakit-sakitan.
Sementara ayahnya meninggalkan ibunya dan dirinya sejak usia empat tahun.
Novi juga putus sekolah pada kelas VIII SMP sejak ibunya mulai sakit dan tinggal di kampung, Semarang, Jawa Tengah.
Novi lalu menjelaskan perihal menjual bantuan sosial yang membuat namanya menjadi viral
Novi menjelaskan bahwa bansos yang diterimanya bukan dari pemerintah, melainkan dari bosnya dan warga sekitar komplek yang mengenal ibunya.
Ia tidak bisa menerima bansos pemerintah karena orang tuanya nikah siri dan tidak memiliki dokumen kependudukan.
"Yang pertama dapat dari ibu-ibu komplek yang saya kerjakan tempatnya karena dia bagikan untuk asisten rumah tangga. Yang satu lagi dapat dari orang komplek yang kenal sama ibu saya.
Karena jumlah sembakonya cukup banyak dan berlebihan untuk dirinya yang tinggal seorang diri di Serpong, Novi memutuskan untuk menjualnya.

Sembako yang laku seharga Rp 130 ribu itu buat dikirimkan ke ibunya di kampung.
"Jadi karena saya sendirian saya butuh uang buat transfer ibu saya yasudah saya jual. Karena memang enggak habis juga saya makan sendiri. Dari pada mubadzir dan saya butuh uang buat ibu saya," ujarnya.
Sempat merasa tertekan, Novi berharap para netizen tidak salah paham dan bisa mengerti kondisi dirinya.
"Saya cuma mau minta maaf saja mungkinkan ada kesalahpahaman karena mereka kira saya dapat dari pemerintah dan sebanyak itu ternyata mau dijual sama saya, padahal kenyataan tidak seperti itu," ujarnya.
Putus Sekolah
Novi Rahmadani nama lengkapnya, sejak setahun lalu ia tinggal seorang diri di rumah kontrakan di bilangan Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
Gadis belia yang baru berusia 16 tahun itu putus sekolah pada kelas VIII SMP sejak ibunya mulai sakit dan tinggal di kampung, Semarang, Jawa Tengah.
"Sekolah dari kelas 2 SMP berhenti karena orang tua, ibu, sudah sakit sakitan," ujar Novi saat dihubungi TribunJakarta.com, Jumat (29/5/2020).
Sementara sang ayah sudah meninggalkan Novi dan ibunya tanpa kejelasan, sejak usianya empat tahun.
Bekerja Sebagai ART
Saat ini Novi menjadi asisten rumah tangga (ART) untuk bertahan hidup. Enam hari seminggu ia bekerja dari pagi sampai petang.
Gaji bulanannya yang hanya Rp 1,4 juta pun harus dibagi untuk dikirim ke ibunya di kampung.
Itupun belum dikurangi sewa kontrakannya sebesar Rp 600 ribu.
"Pendapatan Rp 1,4 juta satu bulan, itupun harus dibagi-bagi ngirim ke ibu, sama bayar kontrakan Rp 600 ribu," ujarnya.
Sedangkan untuk makan sehari-hari Novi biasa masak sendiri menggunakan sisa gajinya, ataupun disediakan bosnya.
"Kalau makan sih kadang dikasih sama bos, kadang beli sendiri kadang masak sendiri," ujarnya.
Reaksi Warganet

Novi Rahmadani (16), seorang remaja asal Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) viral di media sosial lantaran menjual bantuan sosial (bansos) berupa sembako secara online melalui akun Facebooknya.
Foto tangkapan gambar akun Facebook Novi yang bergambar paket sembako diposting ulang akun Instagram @lambe_turah dan dikomentari 3.000 lebih netizen dalam waktu kurang dari lima jam pada Jumat (29/5/2020).
Tidak sedikit netizen yang merundung Novi lewat komentarnya.
"Ga dikasih minta, dikasih malah dijual," tulis netizen.
Asal Bansos
TribunJakarta.com pun menghubungi Novi untuk meminta keterangan terkait penjualan bansos yang ramai mendapat tanggapan itu.
Novi mengatakan, bansos yang diterimanya bukan dari pemerintah, melainkan warga kompleks sekitar rumahnya.
Ia mendapat dua paket sembako dan merasa terlalu banyak, karena hanya tinggal seorang diri.
Ibunya tinggal di kampung sejak setahun lalu, sedangkan ayahnya pergi meninggalkannya entah kemana.
Novi pun akhirnya memilih menjual bansos yang didapat agar uangnya bisa dikirimkan ke sang ibu di kampung yang sudah sakit-sakitan.
"Jadi karena saya sendirian saya butuh uang buat transfer ibu saya yasudah saya jual. Karena memang enggak habis juga saya makan sendiri. Dari pada mubadzir dan saya butuh uang buat ibu saya," ujar Novi melalui sambungan telepon.
Dua bansos yang dipecahnya menjadi tiga paket sembako itupun laku terjual seharga Rp 130 ribu.
Novi sudah tidak ingat siapa pembelinya, namun ia bersyukur karena masih bisa mengirim uang ke ibunya di saat sulit pandemi Covid-19 ini.
"Lakunya cuma Rp 130 ribu ditawar. Tapi itu lumayan buat transfer orang tua buat tambah-tambahan," ujarnya.
Novi sudah putus sekolah pada kelas VIII SMP sejak ibunya sakit, kini ia bekerja sebagai asisten rumah tangga.
• Perkembangan Covid-19 di Kota Depok: Perpanjangan PSBB dan Masa Tanggap Darurat
• Puskesmas Cikuya Gelar Rapid Test Massal di Pasar Cikuya karena Jadi Biang Keramaian
• Berharap Warga Disiplin Saat New Normal, Pelatih Kiper Persita: Agar Kami Bisa Mencari Rezeki
• Tak Bisa Perlihatkan SIKM, 166 Kendaraan Dilarang Masuk Jakarta Utara
• Lari Telanjang Keluar Hotel, Pria di Medan Diperas Waria dan Wanita: Tolong Saya, Bang
Ia bertahan di Tangsel yang notabene kota metropolitan itu dengan gaji hanya sebesar Rp 1,4 juta, belum dipotong biaya kontrakannya sebesar Rp 600 ribu.
Banyaknya komentar negatif netizen membuat Novi sempat merasa tertekan.
"Iya saya kaget saja sebenarnya viral. Nggak menyangka. Banyak tanggapan ada yang dukung ada yang bully. Tapi banyak yang bully," ujarnya.
Ia sampai meminta maaf karena menganggap para netizen yang merundungnya lewat komentar itu hanya salah paham.
"Saya cuma mau minta maaf saja mungkinkan ada kesalahpahaman karena mereka kira saya dapat dari pemerintah dan sebanyak itu ternyata mau dijual sama saya padahal kenyataan tidak seperti itu. (TribunJakarta.com/Jaisy Rahman Tohir)