Sisi Lain Metropolitan
Kisah Sireng Tetap Berjualan di Usia Senja Demi Pergi Umrah: ke Jakarta Sejak 1975
Sayangnya, rencana umrah tersebut terancam gagal akibat saudaranya meninggal dunia.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Usia senja tak membatasi ruang gerak Sireng (69) tetap berjualan.
Meski sebagian tubuh Sireng tampak tertutup oleh lebarnya payung, kedua tangannya masih sibuk membawa peyek dan kacang jualannya.
Sireng mengatakan sudah bercerai dari suaminya pada tahun 1975 silam. Sementara kedua anaknya meninggal saat usia 6 bulan dan 1,5 tahun.
"Sejak saat itu, saya ikut saudara dari mantan suami saya ke Jakarta. Saya ikut mereka jualan daging," katanya kepada TribunJakarta.com, Sabtu (30/5/2020).
Selama di Jakarta, Sireng berjualan daging dan mengambil keuntungan sendiri dan profesi tersebut bertahan hingga tahun 2000-an.
"Saya ambil terus ambil untung sendiri. Jualannya juga dipinggir jalan aja kayak biasa," lanjutnya.
Namun, setelah saudaranya tutup usia, ia segera mencari pekerjaan lain. Hingga akhirnya pada tahun 2015 lalu, ia mulai mencoba jualan peyek dan kacang keliling Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
Sireng mengatakan peyek dan kacang tersebut tidak dibuatnya sendiri, melainkan dibelinya dari orang lain.
Tenaga yang tak seberapa membuatnya enggan untuk membuat peyek dan kacang sendiri.
Untuk peyek, setiap sorenya selalu diantarkan oleh saudaranya ke rumahnya. Sementara kacang ia beli dalam bentuk kiloan dan dibungkus kembali.
"Saya sekarang tinggal sama keponakan. Jadi peyek diantar ke rumah, kalau kacang saya bungkusin jadi seperempat. Perbungkus itu keuntungan saya maksimal Rp 3 ribu rupiah. Sebab kadang saya jualnya suka Rp 14 ribu karena ditawar dan bukan Rp 15 ribu," jelasnya.
Perhatian keponakan dan ingin umrah

Melihat usia senja dan langkah yang perlahan membuat keponakannya begitu perhatian padanya.
Sireng menyebut jika keponakannya itu selalu melarangnya berjualan.