Alami Kecelakaan Tunggal di Tengah Ancaman Pembunuhan, Yunarto Wijaya: Orang Menyimpulkan Kayak Aneh
Yunarto Wijaya mengaku, cerita kecelakaan tunggal di tengah ancaman pembunuhan itu belum pernah diungkapnya kepada publik.
Penulis: Kurniawati Hasjanah | Editor: Wahyu Aji
Tak hanya sekedar hasil quick count, Yunarto berharap ancaman pembunuhan tersebut bukan karena perbedaan pendapat atau hak menyampaikan suara.
"Saya berharap bukan karena sebuah perbedaan pendapat, saya berharap bukan karena pelantangan bersuara, saya tidak berharap karena hal itu," lanjut Yunarto.
Yunarto menilai ancaman yang dilontarkan padanya dan empat tokoh nasional bukan sekedar mengenai keselamatan pihak tersebut, melainkan menjadi bentuk pencemaran demokrasi.
"Tetapi balik lagi, poinnya sih menurut saya yang penting ini bukan tentang keselamatan saya atau misalnya ada 4 orang lain. Saya lebih melihat bagaimana ada yang berusaha mencemarkan demokrasi. Ini kan ada yang berusaha 'ingin membunuh perbedaan', 'ingin melukai keberagaman', 'ingin menyelesaikan proses sebuah kompetisi dengan cara yang tidak konstitusional'," terangnya.
Nama Kivlan Zen diduga sebagai orang yang memerintahkan rencana permbunuhan terhadapnya.
Menanggapi hal itu, Yunarto singgung soal rekam jejak pihak-pihak terlibat yang menurutnya tidak cukup baik.
"Ternyata dilakukan oleh orang-orang lama yang dulu juga punya track record yang tidak cukup baik, misalnya di tahun 1998," kata Yunarto.
Meski demikian, Yunarto mengaku telah memaafkan dan tak menaruh rasa dendam.
"Ini yang saya sesalkan dan menurut saya kita tidak usah mengutuk, saya sendiri dan keluarga sudah memaafkan secara pribadi, walaupun sempat syok.
Karena saya pikir sudah terlalu lama, terutama menjelang pemilu kita terjebak dalam kebencian," ujarnya.
Yunarto pun sampaikan harapannya mengenai konstetasi Pilpres yang hendaknya tak didasari dengan kebencian.
"Saya berharap proses hukum tetap berjalan tetapi itu pun tidak perlu ditekan melalui kebencian, kemurkaan terhadap suatu kelompok. Hukum tetap dijalankan sesuai dengan apa yang memang menjadi kewenangannya. Dan kita juga biarkan dia bekerja sendiri tanpa mendorongnya dengan kebencian. Sepertinya bangsa ini sudah terlalu lama membicarakan menang kalah dengan kebencian dan kemurkaan," katanya.