Antisipasi Virus Corona di Bekasi
Dituding Tak Transparan Soal Data, Wali Kota Bekasi Ungkap Tren Baru Kasus Covid-19: Sasar Keluarga
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengungkap temuan penularan kasus baru virus corona (Covid-19) masih terjadi.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengungkap temuan penularan kasus baru virus corona (Covid-19) masih terjadi.
Padahal saat ini, Pemerintah Kota (Pemkot) mulai berlakukan adaptasi new normal.
Kasus baru yang belakangan muncul kata dia, penularan virus corona didominasi menyasar lingkungan keluarga.
"Ada kasus baru, satu keluarga itu, terus ini satu keluarga dan satu keluarga itu enggak tanggung-tanggung, ada yang tiga (sekaligus penambahan kasus), ada yang empat, tetapi itu keluarga semua dalam satu rumah," kata Rahmat, Minggu, (7/6/2020).
Rahmat menilai, tren penularan kasus baru di lingkup keluarga ini justru terjadi akibat salah satu anggota keluarga yang kemungkinan masih kerap melakukan aktivitas di luar rumah.
"Sekarang ini diketemukan umpanya ada satu keluarga, dia sudah menjalankan standar (karatina) tapi ada satu anggotanya kemana-mana malah ini yang kena," ungkapnya.
"Terus umpamanya ada 1 (anggota) keluarganya sakit dan diambil positif ( Covid-19, karena ini lingkungannya keluarga ditracking dan ketemu 1, 2 ,3 (anggota keluar lain positif) nah semua kasusnya begitu yang baru-baru ini," tambahnya.
Meski begitu, dia menilai tren penularan ini justru lebih mudah dilakukan penelusuran.
Pihaknya juga secara cepat melacak aktivitas keluarga dan siapa saja yang sempat berinteraksi.
"Kami malah enak mengeleminirnya, ambil tracking (penelusuran), ketemu terus isolasi, awal-awalkan (kasus) brek (cepat/sekaligus) kena semua sekarang enggak lagi," tegas dia.
Seperti kasus di Kelurahan Jatiwaringin, lalu di Kelurahan Pejuang dan Kayuringin, terdapat kasus baru satu keluar terinfeksi virus corona.
Tenaga medis langsung melakukan penelusuran dengan melakukan rapid tes di lingkungan tempat tinggal satu keluarga yang terpapar virus tersebut.
"Tapi sekarang kan tingkat penyebarannya sudah 0 atau di bawah 1, jadi sudah tidak khawatir seperti awal-awal dulu," ucap Rahmat.
"Dia (virus) hanya bisa interaksi ke diri dia (pasien) dan belum tentu (menular ke orang lain), pelemahannya sudah ada. Kenapa (karena) kamren ada yang 6 sampai 7 hari sudah bisa pulang? (Sembuh), karena dia (virus) sudah sangat lemah," paparnya.
Ketua DPRD tuding Pemkot Bekasi tak transparan

Ketua DPRD Kota Bekasi Chairoman Juwono Putro menilai, Pemerintah Kota Bekasi kurang transparan dalam dalam menampilkan data kasus Covid-19 ke publik.
Ia menyoroti soal laman corona.bekasikota.go.id yang hanya menampilkan grafik dan data harian kasus Covid-19.
Dalam laman resmi Pemkot Bekasi itu tak ada grafik perkembangan sebulan atau seminggu kasus Covid-19 di daerah itu.
“Membatasi akses publik terhadap sumber-sumber data itu. Terbatas itu maksudnya, orang yang mau mengetahui ini bagaimana pemetaannya, enggak ada grafil per bulannya,” kata Choiruman, Minggu (7/6/2020).
Menurut Choiruman, Pemkot Bekasi juga seringkali lambat memperbaharui data harian Covid-19 ke situs tersebut.
Hal itu, kata dia, bisa menimbulkan ketidakpercayaan publik atas kinerja Pemkot Bekasi. Ia menyebutkan, Pemkot Bekasi tak pernah memberikan grafik bulanan kasus Covid-19 selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlangsung.
Karena itu ia meminta Pemkot Bekasi lebih transparan dalam memberikan data ke publik soal kasus Covid-19.
Ia juga minta Pemkot gencar sosialiasi penggunaan masker sebagai kebiasaan di masyarakat pada masa PSBB proporsional saat ini.
Hingga hari Minggu kemarin tercatat 331 pasien positif Covid-19 di Kota Bekasi.
Dari data tersebut, 266 pasien telah sembuh dan 32 pasien dirawat.
Sebanyak 33 orang meninggal dunia.
Selain itu, sebanyak 177 pasien suspect atau terduga Covid-19 juga telah meninggal dunia.
10 kasus baru terjadi sejak penerapan new normal
Pemerintah Kota Bekasi resmi menerapkan adaptasi new normal sejak, Jumat, (5/6/2020).
Bertepatan dengan penerapan tersebut, sebanyak 10 kasus baru positif Covid-19 terjadi di wilayah setempat.
Berdasarkan data di situs https://corona.bekasikota.go.id/ milik Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, kasus positif pada Kamis, (4/6/2020) tercatat 321 kasus.
Di hari berikutnya hingga Minggu, (7/6/2020), angka pasien positif Covid-19 di Kota Bekasi mengalami peningkatan sebanyak 10 kasus menjadi 331.
Sedangkan untuk data pasien sembuh hingga kini tercatat sebanyak 266 pasien, pasien yang masih dirawat sebanyak 32 orang dan kasus meninggal dunia sebanyak 33 orang.
Hal yang sama juga terjadi pada data orang dalam pengawasan (ODP), sejak hari pertama penerapan adaptasi new normal, jumlah bertambah dari 3993 orang hingga hari ini menjadi 4009 orang.
Sementara untuk pasien dalam pengawasan (PDP), garfik kenaikan juga terjadi selama tiga hari terakhir, dari yang semula 1160 pasien, kini naik menjadi 1187 orang.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, angka reproduksi penularan virus corona di kotanya sudah di bawah angka satu.
Kasus baru yang terjadi sampai dengan hari ini menurut dia masih dapata tertangani dengan fasilitas alat pengecekan dan ruang perawatan isolasi yang ada.
"Artinya tingkat penyebarannnya kan juga tidak seperti (bulan lalu) udah terjadi pelemahan, ya enggak apa-apa, kan ada (pasien positif) yang enam hari selesai pulang (sembuh)," kata Rahmat.
"Sebenarnya enggak usah dibawa ke RS (rumah sakit), dia aja di rumah, enggak usah ke mana-mana diisolasi (mandiri) sembuh," ucapnya.
Bahkan, dia mengklaim, sejak satu minggu terakhir ini sudah tidak ada kasus pasien positif Covid-19 meninggal dunia.
"Bahkan udah seminggu enggak ada angka kematian, kecuali yang meninggal dianggap penyakit khusus (di luar kasus Covid-19)," jelasnya.
(TribunJakarta.com/Yusuf/Kompas.com/Cynthia Lova)
Sebagian atikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemkot Bekasi Dinilai Kurang Transparan Soal Data Kasus Covid-19"