50 Tahun Jualan Koran, Lansia Ini Tetap Semangat Meski Stroke Ringan
Di seberang perlintasan, terlihat seorang lansia, dengan dibantu tongkat di tangan kanannya, berjalan pelan.
Penulis: Elga Hikari Putra | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Elga Hikari Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, TAMBORA - Suara bunyi perlintasan di depan RPTRA Krendang beradu dengan klakson kereta yang hendak masuk Stasiun Duri, Jakarta Barat.
Ada beberapa motor dan mobil yang antre menunggu lewatnya kereta.
Situasinya memang tak begitu padat seperti di saat sebelum pandemi Covid-19.
Di seberang perlintasan, terlihat seorang lansia, dengan dibantu tongkat di tangan kanannya, berjalan pelan.
Tangan kiri lansia itu menggendong bungkusan di dalam kantong plastik.
Topi coklat menutupi kepalanya dari sinar matahari siang ini yang cukup terik.
Rompi berwarna biru dan kuning dengan logo salah satu surat kabar menjadi pertanda bahwa dirinya adalah penjual koran.
"Nama saya Sulaiman Effendy, umurnya udah 74 tahun," ucap lansia itu memperkenalkan diri saat dihampiri TribunJakarta, Minggu (14/6/2020).
Kendati saat ini media cetak sudah berkurang peminatnya, tak membuat Sulaiman meninggalkan profesi yang telah puluhan tahun dijalaninya.
Tiap hari, lansia itu tetap semangat berjalan kaki mengelilingi wilayah Duri, Tambora, Jakarta Barat untuk menjajakan koran.
Dia bercerita sudah berjualan koran sejak Tahun 1967 atau sudah selama 53 tahun.
"Karena dari koran saya bisa hidup dan enggak cepat pikun karena sering baca," ucapnya ditanyakan mengapa tetap setiap jalani profesinya.
Sulaiman mengatakan, dibanding beberapa tahun silam, jumlah koran yang dibawanya tiap hari memang jauh berkurang.
Bila dulu bisa menjual ratusan koran dala waktu beberapa jam saja, maka kini dia harus berkeliling hingga sore demi jumlah yang jauh berkurang.
Namun, dia mengaku masih beruntung lantaran masih sanggup menjual minimal 50 koran dalam sehari yang membuatnya bisa makan minimal dua kali dalam sehari.
"Sehari bawa 60, alhamdulilah paling sisa cuma berapa biji aja. Kalau yang enggak laku saya tuker lagi ke agennya," kata Sulaiman.
Stroke Ringan dan Enggan Mangkal
Alasan Sulaiman berjalan dibantu tongkat bukan hanya karena faktor usia.
Dia mengidap stroke ringan sejak beberapa tahun terakhir.
Membuat langkahnya sedikit terhambat. Saat ini pun, tiap berjalan sekutar 100 meter, dia selalu berhenti sejenak, sekadar untuk mengatur nafasnya yang cukup kelelahan.
"Tapi masih kuat jalan jauh, cuma sekarang musti lebih banyak berhentinya aja," kata dia.
Setiap harinya sejak selepas adzan Subuh, Cepi sudah berjalan dari tempat tinggalnya di Gang Gerindo RT 3/4 Nomor 46, Kelurahan Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat untuk mengambil jatah koran di sebuah agen yang tak jauh dari rumahnya.
Kemudian, dia berjalan menyusuri jalanan di kawasan Duri hingga jelang Maghrib.
"Kalau mah Maghrib habis enggak habis saya pulang," ujarnya.
Di tengah keterbatasan fisiknya, Sulaiman tetap memilih berjualan koran keliling dan tak mau mangkal di suatu tempat.
Soal pilihannya itu, Sulaiman mengaku punya alasan.
"Kalau mangkal orang cuma baca doang, enggak beli. Yang ada koran saya jadinya acak-acakan," tuturnya.
• Jordi Onsu Tanggapi Melamar Jadi Manajer dan Tempatkan Karyawan demi Curi Resep I Am Geprek Bensu
• PSBB Transisi, Inilah Syarat Pembelian Tiket Kereta Api Jarak Jauh
• Peluk Nikita Mirzani saat Nangis, Sikap Nagita Rela Duduk di Lantai Jadi Perbincangan Netizen
Di Duri Selatan, Sulaiman tinggal bersama beberapa keponakannya.
Sebab, sudah sejak Tahun 1990 istri tercintanya meninggal dunia tanpa dikaruniai keturunan.
Ditanya soal sampai kapan akan berjualan koran, dia mengatakan akan terus melakukan selama fisiknya masih mampu.
"Ya akan terus jualan karena ini sudah puluhan tahun saya jalani. Namanya rezeki kan sudah ada yang atur, pasti ada aja," tuturnya.