Simak! Ini Tahapan Seleksi PPDB Jalur Bina RW Sekolah
PPDB jalur zonasi bina RW sekolah itu bakal dibuka pada Jumat (4/7/2020) besok, mulai pukul 00.01 WIB hingga 16.00 WIB.
Penulis: Dionisius Arya Bima Suci | Editor: Muhammad Zulfikar
Satu jalur tambahan pada Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB DKI Jakarta yakni jalur Zonasi Bina RW yang dimulai hari Jumat 4 Juli 2020.
Meski akan dimulai lusa, namun sejumlah orangtua murid menilai PPDB DKI Jakarta jalur Zonasi Bina RW juga tidak akan efektif.
PPDB DKI Jakarta jalur Zonasi Bina RW dinilai tidak efektif bagi sejumlah orangtua murid karena tidak semua lingkungan tingkat RW memiliki kesamaan.
Atas dasar itulah, seorang wali murid bertempat tinggal di RW 03 Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama Jakarta Selatan, Echa, menilai, Penerimaan Peserta Didik Baru atau PPDB DKI Jakarta jalur Zonasi Bina RW tidak efektif.
"Di RW saya hanya ada PAUD, masa iya anak saya masuk sana? Sedangkan sekolah lainnya hanya SMA swasta yang saya tidak minat. Ini tidak efektif. Harus banyak sabar," ujar Echa di Jakarta, Kamis (2/7/2020).
Menurut dia, anaknya ingin mendaftarkan diri menjadi siswa SMA negeri.
Echa menyebutkan, hal itu dialami orangtua murid lain yang dikenalnya dan banyak kawasan RW di Jakarta yang tidak memiliki SMP atau SMA negeri.
Echa merasa pesimis anak perempuannya dapat masuk ke SMA negeri pilihannya.
Tak lain, karena sulitnya mencari jalur penerimaan yang tepat untuk anaknya.
Setelah lulus dari SMP Negeri 87, Echa berusia 15 tahun. Penerimaan siswa berdasarkan usia membuatnya tak diterima di sembilan SMA negeri di Jakarta Selatan yang dia daftar.
Padahal, Echa selalu masuk lima besar di sekolahnya. Namun nilainya kalah dengan peserta didik di sekolah swasta Jakarta Selatan yang rata-rata nilai akreditasinya tinggi.
"Mau masuk jalur prestasi, anak saya kembali terpental lantaran akreditasi SMP anak saya 91, kalah dengan sekolah swasta di sini yang akreditasinya 100," ujar Echa.
Sehingga meskipun nilai bagus, jika dikalkulasikan dengan akreditasi sekolah nilai anaknya tidak akan dapat memenuhi syarat jalur prestasi.
Hal itu membuat Echa menyerah dan mendaftarkan anaknya ke SMA swasta.
"Sudah pesimis saja, sudah sembilan SMA negeri ditolak, 'nyakitin' ," ujar dia mengeluh.