Virus Corona di Indonesia

Apa Benar Pembuktian WHO Soal Covid-19 Bisa Menular Melalui Udara? Begini Video Animasinya

Kabar bahwa virus corona atau Covid-19 bisa menular lewat udara seperti yang diungkapkan WHO masih jadi perbincangan.

Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Suharno
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Virus Corona 

TRIBUNJAKARTA.COM - Kabar bahwa virus corona atau Covid-19 bisa menular lewat udara seperti yang diungkapkan WHO masih jadi perbincangan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengaku memiliki bukti yang muncul bahwa virus corona atau Covid-19 dapat disebarkan oleh partikel-partikel kecil yang melayang di udara.

Adanya hal tersebut penularan melalui udara tidak dapat dikesampingkan, kata seorang pejabat.

Jika bukti dikonfirmasi benar, ini dapat mempengaruhi pedoman bagaimana masyarakat bersosialisasi hingga beraktifitas dalam ruangan selama Pandemi Covid-19.

Seperti diketahui sebelumnya selama berbulan-bulan, WHO bersikeras bahwa Covid-19 ditularkan melalui tetesan atau droplet yang dikeluarkan ketika orang batuk atau bersin

Tetesan yang tidak melekat di udara, tetapi jatuh ke permukaan, itu sebabnya mencuci tangan telah diidentifikasi sebagai langkah pencegahan utama.

Namun 239 ilmuwan dari 32 negara tidak setuju, mereka mengatakan ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus ini juga dapat menyebar di udara.

Yakni melalui partikel yang jauh lebih kecil yang mengapung berjam-jam setelah orang berbicara, atau bernapas. 

Sebuah surat terbuka dari ratusan ilmuwan tersebut menuduh WHO meremehkan kemungkinan penularan melalui udara.

WHO sejauh ini mengatakan bahwa virus ditularkan melalui tetesan (droplet) ketika orang yang positif batuk atau bersin.

"Kami ingin mereka mengakui bukti," Jose Jimenez, seorang ahli kimia di University of Colorado, dilansir Tribunnews.com dari BBC, Kamis (9/7/2020).

Coronavirus: Penyebab, Gejala hingga Cara Pencegahan Coronavirus
Coronavirus: Penyebab, Gejala hingga Cara Pencegahan Coronavirus (boldsky.com)

"Ini jelas bukan serangan terhadap WHO. Ini debat ilmiah, tetapi kami merasa kami harus mengumumkannya kepada publik karena mereka menolak untuk mendengar bukti setelah banyak percakapan dengan mereka," katanya.

Peneliti lainnya Profesor Benjamin Cowling dari Universitas Hong Kong  mengatakan kepada BBC bahwa temuan itu memiliki implikasi penting.

"Dalam pengaturan layanan kesehatan, jika penularan aerosol menimbulkan risiko maka kami memahami petugas layanan kesehatan harus benar-benar mengenakan peralatan pencegahan terbaik," ujarnya.

"Dan sebenarnya WHO mengatakan bahwa salah satu alasan mereka tidak tertarik untuk berbicara tentang penularan aerosol dari Covid-19 lantaran tidak ada cukup jenis masker khusus untuk pencegahannya, "katanya.

"Dan di masyarakat, jika kita berpikir tentang transmisi aerosol menjadi risiko tertentu, maka kita perlu berpikir tentang bagaimana mencegah peristiwa penyebaran super yang lebih besar, wabah yang lebih besar dan yang terjadi di lingkungan dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk, hingga berkepanjangan kontak jarak dekat."

Pejabat WHO telah memperingatkan bahwa bukti tersebut adalah awal dan memerlukan penilaian lebih lanjut.

Benedetta Allegranzi, pimpinan teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, mengatakan bahwa bukti yang muncul dari penularan koronavirus melalui udara di lingkungan padat penduduk, ruangan tertutup, berventilasi buruk yang telah dijelaskan, tidak dapat dikesampingkan".

Adanya WHO yang mengakui ada bukti yang menunjukkan bahwa ini mungkin dilakukan di pengaturan tertentu, seperti ruang tertutup dan ramai.

Bukti itu harus dievaluasi secara menyeluruh, tetapi jika dikonfirmasi, saran tentang bagaimana mencegah penyebaran virus mungkin harus berubah.

Dan dapat menyebabkan penggunaan masker yang lebih luas, dan jarak yang lebih ketat, terutama di bar, restoran, dan pada transportasi umum.

Video Animasi Penyebaran Virus Corona di Udara dalam Ruangan

Diberitakan sebelumnya, sebuah video animasi menunjukkan simulasi bagaimana partikel-partikel virus corona (covid-19) yang keluar dari batuk seseorang yang positif.

Tampak dalam video tersebut partikel virus corona dapat bertahan di udara beberapa saat dan menyebar ke area, hingga akhirnya menginfeksi inangnya.

Dilansir Tribunnews.com dari The Sun, (9/4/2020), para ilmuwan membuat simulasi komputer untuk mempelajari sejauh mana virus dapat melakukan perjalanan di dalam ruangan.

Hingga meneliti bagaimana awal tetesan ludah atau droplet akan menginfeksi orang lain bahkan setelah orang yang sakit pergi.

Sebuah video simulasi menunjukkan awan partikel virus corona yang melintas di seberang lorongĀ di supermarket.
Sebuah video simulasi menunjukkan awan partikel virus corona yang melintas di seberang lorong di supermarket. (Credit: Aalto University / Via The Sun)

Dari video simulasi tersebut, par ilmuwan mengatakan bahaya ketika seseorang yang idap Covid-19 batuk, dan virusnya menyebar di dalam ruangan.

Para ilmuwan yang terlibat mengatakan bahwa cara terbaik untuk menghindari penularan virus adalah dengan menjauh dari ruang publikseperti toko dan stasiun.

Profesor Ville Vuorinen dari Universitas Aalto di Finlandia mengatakan kepada BBC:

"Jika Anda pergi ke sana (tempat umum), batasi bepergian tersebut sesedikit mungkin. dan sesingkat mungkin."

Dalam sebuah pernyataan yang menyertai video tersebut, para peneliti mengatakan:

"Hasil awal menunjukkan bahwa partikel aerosol yang membawa virus dapat tetap berada di udara lebih lama dari yang diperkirakan, sehingga penting untuk menghindari ruang publik yang sibuk di dalam ruangan."

"Ini juga mengurangi risiko infeksi droplet, yang tetap menjadi jalur utama penularan virus corona."

Studi ini dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Aalto Finlandia, Institut Meteorologi Finlandia, Pusat Penelitian Teknis VTT Finlandia, dan Universitas Finlandia.

Para ahli meneliti bagaimana partikel aerosol udara kecil diangkut di udara ketika dipancarkan dari saluran pernapasan ketika bersin, batuk atau bahkan berbicara.

Dalam situasi yang sedang diselidiki, awan aerosol yang mengandung droplet covid-19 menyebar di luar sekitar orang yang batuk.

"Partikel yang sangat kecil dengan ukuran ini tidak tenggelam di lantai, tetapi sebaliknya, bergerak mengikuti arus udara atau tetap mengambang di tempat yang sama."

Video Klik di Sini

Profesor Vuorinen juga mengatakan: "Seseorang yang terinfeksi oleh virus corona dapat batuk dan pergi, tetapi kemudian meninggalkan partikel aerosol yang sangat kecil yang membawa virus corona."

"Partikel-partikel ini kemudian bisa berakhir di saluran pernapasan orang lain di sekitarnya," pungkasnya.

Perlu penelitian lebih lanjut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi adanya bukti virus corona bisa menular lewat udara atau airbone.

Hal ini diungkapkan WHO setelah menerima surat dari para ilmuwan yang meyakini virus corona bisa menular melalui airbone.

Pada Senin (6/7/2020), 239 ilmuwan dari 32 negara berbeda menjabarkan bukti yang menunjukkan partikel virus yang lebih kecil bisa menginfeksi manusia dalam surat terbuka untuk WHO.

 

Lambang World Health Organization (WHO). Australia berencana memberikan dana bantuan Rp61 miliar kepada WHO untuk membantu Indonesia menangani Covid-19
Lambang World Health Organization (WHO). 

Mereka mengimbau WHO untuk merevisi klaim penularan Covid-19 via droplet.

Rencananya para pakar atau ilmuwan ini akan menerbitkan bukti airbone dalam jurnal ilmiah minggu depan.

Di depan awak pers Selasa (7/7/2020), Pimpinan Teknis WHO untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Benedetta Alleganzi, mengatakan WHO telah membahas dan bekerja sama dengan banyak ilmuwan terkait klaim airbone ini.

"Kami mengakui bahwa ada bukti yang muncul di bidang ini, sebagaimana hal lain berkaitan dengan Covid-19 dan pandemi."

"Oleh karena itu kami percaya bahwa kami harus terbuka terhadap bukti ini dan memahami implikasinya mengenai cara penularan dan juga mengenai tindakan pencegahan yang perlu diambil," kata Alleganzi, dikutip dari CNN

Ketua Tim Teknis Penanganan Pandemi Covid-19 WHO, Van Kerkhove, mengatakan surat dari para ilmuwan telah menambah pengetahuan tentang pentingnya sirkulasi udara dalam hal penularan corona.

"Kami telah berdikusi tentang kemungkinan transmisi udara dan transmisi aerosol sebagai salah satu mode transmisi Covid-19, serta droplet."

"Kami telah melihat fomites. Kami telah melihat fecal oral. Kami telah melihat dari ibu ke anak. Kami sudah melihat binatang ke manusia," kata Van Kerkove.

 

Ilustrasi Coronavirus. Setelah 7 karyawan sebuah pusat grosir di Sleman Yogyakarta positif covid-19, pengunjung lakukan tes rapid massal.
Ilustrasi Coronavirus (CNN)

Kini WHO sedang mengerjakan ringkasan ilmiah terkait perkembangan Covid-19 sampai saat ini.

Van Kerkove mengatakan, mungkin ringkasan ini akan siap beberapa minggu ke depan.

Sementara itu, Alleganzi menegaskan penelitian lebih mendalam diperlukan untuk mengungkap mode transmisi virus corona.

"Jadi, ini adalah bidang penelitian yang benar-benar berkembang dan yang ada beberapa bukti muncul tetapi tidak definitif," katanya.

"Kemungkinan penularan melalui udara dalam pengaturan publik, terutama dalam kondisi yang sangat spesifik, padat, tertutup, dan berventilasi buruk yang telah dijelaskan tidak dapat dikesampingkan."

"Namun, bukti perlu dikumpulkan dan ditafsirkan," jelas Alleganzi.

Menyebar melalui tetesan dan airbone hanya terjadi saat tindakan medis

Dikutip dari Science Times, WHO sebelumnya mengatakan virus corona menyebar melalui droplet atau tetesan dari batuk maupun bersin orang terinfeksi.

Selain itu, organisasi kesehatan itu mengatakan virus akan menghilang di udara dengan cepat karena partikelnya besar.

Namun, kini banyak ilmuwan yang meyakini SARS-CoV-2 itu dapat mengudara, artinya partikel virus bisa menetap di udara dan di dalam ruangan.

Menurut The New York Times, kenaikan kasus infeksi baru-baru ini terjadi pascapembukaan perkantoran. 

Ini mengonfirmasi klaim para ilmuwan soal virus corona menular lewat airbone, sejak beberapa bulan silam.

Ruangan bersiklus udara buruk, berkemungkinan besar menjadi pusat penyebaran wabah.

Sehingga masker sangat dibutuhkan untuk mencegah risiko penularan baik di dalam maupun luar ruangan.

 

Warga RSS TNI AL Wonosari, Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, mengikuti rapid tes pada Bakti Sosial Penanggulangan Bencana Non Alam Penyebaran Wabah Covid-19, Rabu (8/7/2020). Bakti sosial itu untuk memutus mata rantai penularan virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang masih berkembang, khususnya di wilayah Kota Surabaya. Dalam kegiatan tersebut didistribusikan 1.000 paket sembako, rapid test untuk 100 KK, pembagian 898 alat cuci tangan, dan 6 unit alat penyemprot disinfektan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga turut membantu dengan menyerahkan sejumlah bantuan seperti pendeteksi sebanyak 5 buah, 15.000 masker, 500 pampers, 26 liter cairan disinfektan, 100 baju hazmat. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Warga RSS TNI AL Wonosari, Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, mengikuti rapid tes pada Bakti Sosial Penanggulangan Bencana Non Alam Penyebaran Wabah Covid-19, Rabu (8/7/2020). Bakti sosial itu untuk memutus mata rantai penularan virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang masih berkembang, khususnya di wilayah Kota Surabaya. Dalam kegiatan tersebut didistribusikan 1.000 paket sembako, rapid test untuk 100 KK, pembagian 898 alat cuci tangan, dan 6 unit alat penyemprot disinfektan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga turut membantu dengan menyerahkan sejumlah bantuan seperti pendeteksi sebanyak 5 buah, 15.000 masker, 500 pampers, 26 liter cairan disinfektan, 100 baju hazmat. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

Tenaga kesehatan pun mungkin membutuhkan masker N95 yang mampu menghadang droplet hingga virus airbone saat merawat pasien Covid-19.

Sistem ventilasi di sekolah, panti jompo, dan perkantoran juga perlu diberi filter yang lebih kuat.

Selain itu, lampu ultraviolet mungkin dibutuhkan untuk membunuh partikel virus yang mengambang di dalam ruangan.

Namun dalam jurnal Covid-19 terbarunya yang dirilis pada 29 Juni lalu, WHO mengatakan penularan melalui udara kemungkinan terjadi bila ada prosedur medis yang menyebabkan virus itu aerosol, atau menjadi partikel kecil yang mengambang di udara (intubasi).

Partikel itu lebih kecil dari 5 mikron, dimana satu mikron sama dengan sepersejuta meter.

Sehingga masker N95 hanya digunakan ketika mengalami keadaan tersebut, menurut WHO.

Di sisi lain, selama ini WHO merekomendasikan cuci tangan untuk menghindari penularan wabah dari permukaan benda.

Nyatanya hanya ada sedikit bukti adanya penularan virus corona melalui permukaan benda, menurut CDC.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Garudea Prabawati)

Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved