Sisi Lain Metropolitan
Cerita Tukang Permak di Halte Mati Sunda Kelapa, Pelangganya Nelayan, Bule Hingga Gilang Dirga
Ini cerita Casmono, tukang permak levis di halte mati Sunda Kelapa, Pademangan. Pelanggannya dari nelayan, bule, polisi, hingga Gilang Dirga.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino | Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Gerald Leonardo Agustino
TRIBUNJAKARTA.COM, PADEMANGAN - Temaram lampu 7 watt memperlihatkan siluet otot-otot kedua lengannya yang tampak besar dan kokoh.
Duduk beralaskan bangku plastik dan muka tertutup masker kain, Casmono tampak luwes menjahit bahan jin dengan mesin jahit tua.
Mesin jahit yang bisa dibongkar pasang itu ia tempatkan di atas meja kayu yang sudah uzur.
"Ini sudah sering kena hujan sampai keropos begini," cerita Casmono kepada TribunJakarta.com pada Rabu (8/7/2020) malam.
"Sebenarnya sudah layak ganti tapi duit lagi susah, jadi untuk kebutuhan lain," sambung pria 38 tahun itu.
Sejak 2009, Casmono menggelar lapak jahitnya di halte bus yang sudah tak beroperasi.
• Punggung Kena Tusuk, Kakek Pengojek Pemberani Ini Lawan Begal di Kalisari
Halte bus tersebut hanya selemparan batu dengan gerbang masuk Pelabuhan Sunda Kelapa, Jalan Krapu, Pademangan, Jakarta Utara.
Siapa menyangka, mesin jahit dan meja kayu seharga Rp 700 ribu itu menjadi saksi bisu Casmono untuk mempermak pakaian pelanggannya.
Seingat Casmono, pelanggannya banyak datang dari kalangan warga Pademangan sampai warga Marunda, bahkan ada juga bule.
Satu kali, Casmono pernah menjahit celana robek milik presenter dan komedian serba bisa Gilang Dirga.
"Saya pernah jahit celana artis. Gilang Dirga kalau nggak salah," kata Casmono.
Ia semakin yakin pelanggannya artis saat diperlihatkan foto Gilang Dirga.
"Iya benar, yang ini," ucap Casmono.
• Sungguh Mulia, Anggota PPSU Ini Setiap Kerja Bawa Ibunya yang Stroke: Tak Tega Ditinggal di Rumah
Seingat Casmono ia menjahit celaka robek Gilang Dirga sekitar 2011.
Kala itu, Gilang Dirga tengah menjalani syuting acara komedi televisi.

Casmono yang sedang di dalam kawasan Sunda Kelapa tiba-tiba dipanggil seseorang yang hendak menjahit celana robek.
Rupanya, orang itu tak lain Gilang Dirga. Saat itu sang aktor sedang syuting dan celananya robek.
"Tolong pak jahitin punya saya. Saya mau pake," ucap Gilang Dirga seperti ditirukan Casmono.
Pernah Jadi Penjahit Keliling
Sewaktu masih menjadi penjahit keliling, Casmono sering masuk keluar kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa untuk mencari pelanggan.
Di sanalah Casmono banyak mendapat langganan, terutama para nelayan yang menyandarkan perahu mereka di Pelabuhan Sunda Kelapa.
"Pelanggan saya ya paling banyak nelayan. Mereka motong celana, celana sobek buat kerja, ganti resleting gitu," cerita Casmono.
Pekerja lainnya yang biasa melintas di Jalan Krapu juga sering mempercayakan jasa Casmono untuk menjahitkan pakaian mereka.
Orang-orang dari Pademangan sampai Marunda pernah singgah di lapak dia.
• Cerita Pemulung di Gunung Sampah Bantargebang, Kadang Dapat Dolar Hingga Emas Batangan
Anggota polisi yang bertugas di Polsek Kawasan Sunda Kelapa pun mejahitkan pakaiannya kepada Casmono.
Casmono kerap kali dipanggil ke kantor polisi untuk sekadar menjahit celana anggota.
Lebih dari itu, turis asing pun kerap kali menjadi pelanggannya.
Terutama saat Casmono membuka usaha permak levisnya di halte di dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.
Halte mati itu berada sejalur dengan jalanan yang biasa dilalui saat para turis saat hendak berwisata ke kawasan Sunda Kelapa.
"Titiknya karena pelabuhan ini langganan saya semua," ucap Casmono.
"Saya nyetop di sini biar orang-orang dari pelabuhan enggak lari ke mana-mana dan masih nanya-nanyain saya, nyari saya," imbuh dia.
Punya banyak langganan, otomatis pendapatan Casmono terbilang cukup untuk menghidupi diri sendiri serta istri dan anaknya di kampung.
Sehari, Casmono bisa meraup pendapatan hingga Rp 300 ribu.
Apalagi jika bulan Ramadan tiba, dirinya bisa meraup hingga Rp 2,5 juta dalam satu malam saja.
• Kisah Nur Iyan, Mantan Sopir Angkot yang Koleksi 400 Judul Film Buat Layar Tancap
Semua itu berubah saat pandemi Covid-19 merebak di Indonesia sejak Maret 2020 lalu.
Lantaran ada pembatasan sosial berskala besar, kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi cukup sepi dari pengunjung.
Dampaknya, pendapatan Casmono ikut-ikutan menurun, utamanya dalam empat bulan belakangan.
"Sekarang Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu palingan satu malam," cerita Casmono.
"Bayangin aja, saya buat rokok sama makan enggak sampe."
"Terkadang kepala pusing, belum untuk kirim yang di rumah, anak-istri," ucap dia.
Halte bus tak terpakai itu sudah ia jadikan lapak permak levis sejak tahun 2009.
Sehari-harinya, pria kelahiran Pekalongan ini mulai membuka lapaknya sekitar pukul 17.00 WIB sampai kelar.
Ia berharap Covid-19 segera berlalu, agar kawasan Sunda Kelapa kembali ramai dan pelanggan kembali datang.
TONTON JUGA: