Liga 1 2020

PSSI dan PT LIB Harus Siapkan Peraturan Ketat, Gugus Tugas Khawatir Klaster Baru Penyebaran Covid-19

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo khawatir pelaksanaan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 bisa menimbulkan klaster baru.

Penulis: Wahyu Septiana | Editor: Suharno
NDARU GUNTUR/BOLASPORT.COM
Ilustrasi Shopee Liga 1 2020. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Wahyu Septiana

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo khawatir pelaksanaan kompetisi Liga 1 dan Liga 2 bisa menimbulkan klaster baru dalam penyebaran Covid-19.

Saat ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 masih belum memberikan rekomendasi izin kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk menggulirkan lagi kompetisi.

Pihaknya masih mengkaji dan berdiskusi terlebih dahulu dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan rekomendasi kepada PSSI.

Sebelumnya, PSSI memang sudah setuju untuk menggulirkan lagi kompetisi sepak bola Liga 1 dan Liga 2 dalam waktu dekat.

Raffi Ahmad Jadi Wakil Siti Nur Azizah Atau Hanya Endorse, Ini Komentar Pengamat Politik

Kepastian itu turut dibarengi dengan Surat Keputusan (SK) terbaru PSSI Nomor: SKEP/053/VI/2020 perihal Kelanjutan Kompetisi Dalam Keadaaan Luar Biasa Tahun 2020 tertanggal 27 Juni 2020.

Bahkan, PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi, sudah mengeluarkan surat bernomor 244/LIB-COR/VII/2020 berisikan tentang 'Penyampaian Tindak Lanjut Surat Keputusan PSSI SKEP/053/VI/2020'.

Pada poin pertama dari surat PT LIB menyebutkan, kompetisi Liga 1 2020 akan bergulir pada 1 Oktober 2020 dan berakhir bulan Februari 2021.

Selain itu, poin kedua dari surat yang dikeluarkan PT LIB adalah seluruh pertandingan Liga 1 dilaksanakan tanpa penonton.

Peserta Tes SKB CPNS 2019 Wajib Perhatikan Hal Penting Ini Jika Tak Ingin Gagal: Jaga Suhu Tubuh

Beberapa keputusan yang telah dibuat PSSI dan PT LIB tidak langsung membuat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memberikan rekomendasi izin kompetisi bergulir.

Ada kekhawatiran lain yang muncul andai saja kompetisi sepak bola Indonesia tetap dilaksanakan.

Saat dikonfirmasi awak media, Doni menjelaskan, sumber utama pemasukan tim-tim di Indonesia selama ini datangnya dari penonton.

Jika pertandingan dilaksanakan tanpa penonton, maka bisa membuat tim-tim akan kesulitan mendapatkan dana tambahan untuk membayar gaji seluruh personil di tim.

Diduga Tak Kuat Hadapi Penyakit, Seorang Pria di Kalideres Jakarta Barat Nekat Gantung Diri

Kekhawatiran lain yang muncul adalah para suporter akan nekat datang memberikan dukungan langsung kepada tim jagoannya di stadion.

Hal tersebut akan berbahaya jika suporter datang bergerombol dari suatu daerah untuk memberikan dukungan langsung.

Menurut Doni, situasi tersebut bisa saja terjadi di sepak bola Indonesia.

Sebab, fanatisme yang ditunjukan para suporter sepak bola di Indonesia selama ini sangat luar biasa.

Terlebih, belum ada pihak yang menjamin untuk tidak terjadinya hal tersebut pada pelaksanaan kompetisi Liga 1 2020.

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Tagih Janji Anies Cabut PSBB Masa Transisi Bila Kasus Covid-19 Meroket

"Pemasukan tim bola kita paling besar dari penonton. Walau nanti penonton dibatasi, siapa yang menjamin? Tidak ada yang nekat nonton. Fanatisme sepak bola itu luar biasa, ada saja nanti dari daerah yang datang itu yang saya khawatirkan," kata Doni Monardo.

Doni mengatakan, jika PSSI tetap ingin menyelenggarakan kompetisi, maka perlu adanya peraturan serta protokoler kesehatan yang ketat.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 saat ini masih menunggu audiensi dan persentasi yang dilakukan PSSI dan PT LIB.

Jika mampu menerapkan protokoler kesehatan ketat seperti di kompetisi Eropa, Doni memastikan pihaknya tidak akan segan memberikan rekomendasi kompetisi bergulir.

Namun sebaliknya, jika tidak bisa memenuhi standar yang telah ditetapkan, pihaknya tidak akan segan menolak penyelenggaraan kompetisi sepak bola di Indonesia.

Gandeng Reza Rahadian Sambil Pamer Cincin, Prilly Latuconsina: Tidak Pernah Menyangka Secepat Ini

"Jadi persyaratannya sangat ketat. Kalau semua sudah dipenuhi protokol kesehatan, penyelenggara bisa persentasi betul bisa melakukan seperti di Eropa yang sudah jalan, baru kita bisa beri rekomendasi. Kalau tidak bahaya, kasihan nanti," ujar Doni.

Lebih lanjut, Doni menuturkan, akan berbahaya jika protokoler kesehatan yang telah dibuat tidak berjalan dengan baik.

Saat ada satu orang yang positif, maka bisa saja menular dan menyebar ke tim-tim lain di Indonesia.

Hal tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri dan menjadi perhatian pihaknya selama ini.

"Satu saja ada yang positif, seperti OTG (Orang Tanpa Gejala) itu bisa menular ke yang lain. Sayang nanti. Sabar saja dulu. Kalau nggak sabar ya persyaratannya sangat ketat," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved