Sisi Lain Metropolitan

29 Tahun Jual Kroto di Jakarta, Cerita Wandi Hasilkan Jutaan Rupiah Tiap Bulan: Perkilo Rp 600 ribu

Puluhan tahun jadi pencari kroto, Wandi (35) hasilkan jutaan rupiah tiap bulannya.

Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Suharno
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Wandi penjual kroto sejak tahun 1991, Senin (20/7/2020). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Puluhan tahun jadi pencari kroto, Wandi (35) hasilkan jutaan rupiah tiap bulannya.

Sedari tahun 1991, Wandi sudah merantau dari Malang, Jawa Timur ke Ibu Kota.

Atas ajakan pamannya, Wandi bergegas ke Jakarta dan menjadi tukang kebun di salah satu kampus di Ibu Kota.

Sayangnya, setelah dua bulan bekerja, Wandi memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya.

Bawa Air Soft Gun Hingga Kapak, Bajak Laut yang Diringkus di Pulau Seribu Tak Segan Lukai Nelayan

Tak betah menjadi alasan utamanya kala itu.

"Ya gimana ya, dari awal ke sini niatnya sudah pengin jadi pencari kroto aja. Soalnya di kampung kan kerjanya begitu," katanya kepada TribunJakarta.com, Senin (20/7/2020).

Wandi penjual kroto sejak tahun 1991, Senin (20/7/2020).
Wandi penjual kroto sejak tahun 1991, Senin (20/7/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA)

Selanjutnya, ia pun mulai menjalani apa yang hatinya inginkan.

Diajak Ikut Olah TKP, Sikap Kekasih Yodi Prabowo Jadi Sorotan: Tertawa Lepas dan Tak Ada Kesedihan

Setiap pagi, Wandi mengayuh sepedanya mencari pohon besar yang terdapat banyak semut rangrang, atau ada yang menyebutnya semut api-api akibat gigitannya yang sakit dan panas.

"Waktu dulu masih banyak pohon, enggak terlalu susah. Jadi pas lihat banyak pohon saya pantau lagi ada kroto atau enggak. Kalau ada langsung disengget aja pakai galah dan saringan ini," sambungnya.

Seiring berjalannya waktu dan banyaknya bangunan, membuat keberadaan pohon-pohon besar mulai sedikit.

kroto yang dijual Wandi sejak tahun 1991, Senin (20/7/2020).
kroto yang dijual Wandi sejak tahun 1991, Senin (20/7/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA)

Tak ayal, hal tersebut membuat Wandi harus mengayuh lebih jauh demi mencari kroto dengan kualitas bagus.

Ia pun rela menempuh perjalanan 5 jam lamanya dengan sepeda sampai ke Tangerang.

"Sekarang lagi sulit. Jadi kalau nyari bisa dibilang sudah kemana aja. Sampai ke Tangerang pun sering. Biasanya jalan habis subuh sampai rumah (di Halim) sore," katanya.

Selain itu, alasannya berjalan jauh guna mencari kroto dengan kualitas terbaik.

Ya, rupanya selama ini kroto yang dijual memiliki kualitas yang berbeda-beda.

Bukan karena pepohonannya, melainkan lamanya kroto didiamkan lah yang menjadi penyebab menurunnya kualitas tersebut.

Untuk itu, setiap harinya Wandi selalu menjual kroto di hari yang sama.

2 Pria Berbaju Rapi Terlihat di Malam Terbunuhnya Editor Metro TV, Warga: Saya Tanya Mau Kemana?

"Sekarang gimana maunya kaki mengayuh sepeda aja. Yang penting hari itu dapat, hari itu harus kejual. Soalnya kroto dari pencari sama penjual beda, meskioun bisa bertahan sampai mingguan. Kalau pencari itu langsung masih bagus dan enggak basah karena langsung dijemur," jelasnya.

Penghasilan

Terhitung, sudah ada 29 tahun Wandi menjadi pencari kroto.

Tentunya ia sudah hapal betul perihal resiko selama mencari kroto.

Digigit semut rangrang hingga merah dan bentol atau bintik seperti sarapan baginya.

"Kan sudah lama juga ya, jadi sudah biasa aja. Digigitin semut ya sudah biasa aja. Waktu awalnya panas, perih tapi sekarang kayak kebal," jelasnya.

"Memang saya pantang buat pakai obat gitu pas nyari kroto. Buat saya digigit itu kan resiko. Makanya sekarang jadi biasa aja," tambahnya.

Kendati begitu, Wandi menjelaskan mencari kroto merupakan pekerjaan yang menjanjikan.

Setiap hari ia pasti selalu bekerja keliling.

Bahkan saat ini ia memiliki banyak langganan yang biasa memesan melalui WhatsApp 081211736747.

"Kalau sekarang banyak langganan. Mereka tahu kualitas kroto yang saya jual. Biasanya kalau saya cari banyak karena langganan sudah telepon dulu minta sekian kilogram," katanya.

Saat ini, perkilogram kroto dihargai Rp 600 ribu.

"Kalau dulu itu Rp 25 ribu perkilo. Kalau sekarang Rp 600 ribu perkilogramnya. Jadi sebulan dapat UMR ya pasti. Kalau lagi rezeki dan miliknya sebulan bisa di atas Rp 4,2 juta itu," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved