Virus Corona di Indonesia
Sempat Dites Nonreaktif, Anak Meninggal 5 Hari Usai Pemakaman Ayahnya Positif Covid-19 di Bogor
Satu keluarga di Kota Bogor positif Covid-19, bahkan ayah dan anaknya meninggal dunia karena penyakit itu.
Penulis: Wahyu Aji Tribun Jakarta | Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNJAKARTA.COM, BOGOR -- Satu keluarga di Kota Bogor positif Covid-19, bahkan ayah dan anaknya meninggal dunia karena penyakit virus corona.
Kasus tersebut bermula ketika ditemukan kasus suspek Covid-19 pada seoarang ayah yang melakukan perjalanan dinas luar kota
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor dr Sri Nowo Retno menjelaskan bahwa seorang ayah melakukan perjalanan dinas selama sekitar 9 hari dari Kota Bogor ke Jawa Timur dari 27 Juni hingga 6 Juli.
Sehari setelah melakukan perjalanan dinas yakni pada 7 Juli 2020 ayah yang juga memiliki comorbit atau penyakit penyerta mengalami sakit dengan gejala demam, panas tinggi batuk, pilek.
Setelah itu sang ayah yang berstatus PDP tersebut menjalani pengobatan dengan mengakses layanan kesehatan di klinik hingga rawat jalan ke rumah sakit swasta hingga sampai dirujuk ke rumah sakit di Jakarta.
Meski belum sempat menjalani swab tes namun dari hasil klinis dan laboratorium gejala yang dialami sudah masuk dalam suspec Covid-19 atau PDP.
"Kemudian ke dokter yang ada di rumah sakit di Kota Bogor dan dirujuk ke rumah sakit Jakarta riwayatnya sepeti itu kemudian meninggal tanggal 14 Juli dimakamkan secara Covid-19 di Jakarta," ujarnya.
Setelah sang ayah dimakamkan dengan tata cara Covid-19 meski belum sempat melakukan swab test, sehari setelah itu anaknya yang merawat ayahnya selama dirawat di rumah sakit mengeluh sakit.
"Anaknya merawat selama bapaknya di rumah sakit begitu setelah pemakaman anaknya panas demam batuk enggak enak badan," katanya.
Kemudian anak yang merawat ayahnya itu melakukan rapid tes di rumah sakit, namun hasilnya non reaktif.
Namun pada pelaksanaan rapid test anak tersebut tidak menceritakan detail gejala dan riwayat kontak erat dirinya dengan PDP.
Karena hasil dari rapid non reaktif anak tersebut dirawat di ruangan non Covid-19.
Namun setelah keadaanya semakin kurang baik anak tersebut menjalani swab test.
"Karena dia tidak menceritakan, dia dirawat diruang non Covid-19, kemudian di swab hasil rontgen dan labnya positif," katanya.
Setelah menjalani perawatatan pada tanggal 16 Juli 2020, anak tersebut meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020 sore.
Dinkes Melakukan Kontak Tracing
Mendapati dua kasus tersebut Dinas Kesehatan Kota Bogor melalui RW Siaga dan Detektiv Covid yang merupakan tim lacak melakukan tracing.
Dari hasil tracing ada 97 orang yang masuk dalam kategori ODP dan kontak erat dengan dua kasus pertama tersebut.
Dari 97 ODP, 95 sudah dilakukan swab dan sudah keluar hasil 31 orang negatif dan delapan orang positif enam warga Kota Bogor dan dua warga Kabupaten Bogor.
"Kita tracing dari 97 yang kita tracing itu yang kontak di rumah dengan siapa saja termasuk nakes (tenaga kesehatan) yg sempat dikunjungi," katanya.
Saat ini orang yang terkonfirmasi positif sudah masuk ke dalam ruang isolasi.
6 ribu orang positif selama 23 hari bulan Juli 2020
Selama 23 hari di bulan Juli 2020 atau pada masa PSBB transisi, total 6.051 warga DKI Jakarta terinfeksi Covid-19.
Jumlah tersebut melonjak dibanding periode yang sama pada Juni 2020.
Hal tersebut diungkap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan lewat akun resmi Instagramnya @aniesbaswedan.
Ia menjelaskan melonjaknya angka positif Covid-19 bukan berarti kasus Covid-19 ikut melonjak.
Namun lebih kepada tim puskesmas yang giat melakukan active case finding atau menelusuri pemeriksaan kasus baru di tengah masyarakat.
"Sepanjang Juli, ada 6.051 orang di Jakarta yang terkonfirmasi positif Covid-19. Tim Puskesmas Jakarta aktif mencari kasus sejak Juni, tak heran kalau angka positif melonjak," tulis Anies seperti dikutip Tribunnews.com, Jumat (24/7/2020).
Dalam tulisannya Anies Baswedan menyebut DKI Jakarta jadi satu - satunya provinsi yang telah memenuhi standar syarat pengetesan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bahkan peningkatan kapasitas tes di ibu kota empat kali lipat dari sebelumnya.
"Jakarta jadi satu-satunya provinsi di Pulau Jawa yang penuhi syarat WHO. Bahkan kapasitas tes Jakarta empat kali lipatnya," ungkap dia.
Diketahui positivity rate yang disyaratkan WHO idealnya kurang dari 5 persen.
Sejauh ini positivity rate di DKI Jakarta berada di angka 5,2 persen per minggu, sedangkan rata-rata nasional 12,1 persen.
Pengetesan yang aktif juga dibarengi dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini mencatat ada 4.556 tempat tidur isolasi, 659 ruang ICU khusus Covid-19 di 67 rumah sakit rujukan di Jakarta.
Dari total kapasitas tersebut, tercatat sejauh ini hanya 41 persen tempat tidur isolasi yang terpakai. Sementara 28 persen terisi untuk ruang ICU.
Sebanyak 41 jaringan laboratorium pemeriksaan PCR Covid-19 juga disiapkan untuk menunjang kecepatan pengetesan sampel.
"Jakarta tidak menangani Covid-19 secara setengah-setengah. Sejak awal kami pilih untuk selalu tangani pandemi ini secara serius, secara totalitas. Ini soal keselamatan, soal nyawa," ungkap dia.
Menurut Anies, dalam kondisi virus yang masih mewabah seperti saat ini maka langkah paling tepat pemerintah adalah menemukan mereka yang terpapar dan mengisolasinya sedini mungkin supaya rantai penyebaran dapat diputus. Hal tersebut yang saat ini aktif dilakukan Pemprov DKI.
"Itulah cara memutus mata rantai, dengan orang tersebut ditemukan dan diisolasi, maka dia bisa mencegah untuk tidak menulari keluarganya, tetangganya ataupun koleganya," kata Anies.
Cara Mencegah Penularan Virus Corona
Penularan virus corona dapat dilakukan tindakan pencegahan agar tidak tertular sebagai berikut:
1. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar sistem imunitas tubuh meningkat.
2. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, atau menggunakan alkohol 70-80% handrub, sesuai langkah-langkah mencuci tangan yang benar.
3. Ketika batuk dan bersin, upayakan menjaga agar lingkungan sekitar tidak tertular.
4. Tutup hidung dan mulut dengan tisu atau dengan lipatan siku tangan bagian dalam, dan gunakan masker.
5. Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.
6. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, karena tangan menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus.
7. Gunakan masker penutup mulut dan hidung ketika sakit atau saat berada di tempat umum.
8. Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah dengan benar, lalu cuci tangan.
9. Menunda perjalanan ke daerah atau negara yang terjangkit virus corona.
10. Hindari bepergian ke luar rumah saat merasa kurang sehat, terutama jika merasa demam, batuk, dan sulit bernapas.
11. Segera hubungi petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan mereka.
12. Ikuti arahan dari petugas kesehatan setempat.
13. Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber resmi dan akurat.

Cara Menggunakan, Melepas, dan Membuang Masker
1. Sebelum menyentuh masker, cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau cairan pembersih berbahan alkohol minimal 60 persen.
2. Ambil masker dan periksa apakah ada sobekan atau lubang.
3. Pastikan arah masker sudah benar (pita logam terletak di sisi atas).
4. Pastikan sisi depan masker (sisi yang berwarna) menghadap depan.
5. Letakkan masker di wajah. Tekan pita logam atau sisi masker yang kaku sampai menempel sempurna ke hidung.
6. Tarik sisi bawah masker sampai menutupi mulut dan dagu.
7. Setelah digunakan, lepas masker, lepas tali elastis dari daun telinga sambil tetap menjauhkan masker dari wajah dan pakaian, untuk menghindari permukaan masker yang mungkin terkontaminasi.
8. Segera buang masker di tempat sampah tertutup setelah digunakan.
9. Bersihkan tangan setelah menyentuh atau membuang masker, dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau cairan pembersih berbahan alkohol minimal 60 persen.
10. Masker sebaiknya hanya digunakan tenaga kesehatan, orang yang merawat orang sakit, dan orang-orang yang memiliki gejala-gejala pernapasan, seperti demam dan batuk. (TribunJakarta/TribunnewsBogor/Lingga Arvian)
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Kronologi Satu Keluarga di Kota Bogor Positif Covid-19, Ayah dan Anak Meninggal Dunia