Iduladha 2020
Hewan yang Stres dan Keahlian Jagal Pengaruhi Kualitas Daging Kurban
Kondisi kejiwaan hewan kurban ikut mempengaruhi kualitas daging yang dibagikan ke para mustahik (penerima daging kurban).
Penulis: Bima Putra | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNJAKARTA.COM, MATRAMAN - Kondisi kejiwaan hewan kurban ikut mempengaruhi kualitas daging yang dibagikan ke para mustahik (penerima daging kurban).
Kasi Peternakan dan Kesehatan Hewan Sudin KPKP Jakarta Timur, Irma Budiany mengatakan stres atau tidaknya hewan terlihat saat pemeriksaan postmortem.
Yakni pemeriksaan setelah kematian yang dilakukan terhadap organ hati, paru, limpa, dan jantung hewan kurban guna memastikan daging layak konsumsi.

"Kalau sebelum hewannya dipotong stres bagian jantung dan parunya itu terdapat banyak darah. Terlihat ada bercak-bercak meranya," kata Irma di Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (1/8/2020).
Sisa darah pada organ paru dan jantung ini memang tak lantas membuat daging menjadi tidak layak konsumsi karena bisa dibersihkan.
Namun bila sisa darah tak dikeluarkan lebih dulu sebelum diamasak maka warga tak ubahnya mengkonsumsi marus (darah binatang).
"Persoalannya belum banyak yang tahu kalau sisa darah harus dikeluarkan. Kalau dokter hewan pasti tahu, makannya kita lakukan pemeriksaan postmortem," ujarnya.
Selain kejiwaan hewan, Irma menuturkan kelihaian tukang jagal saat menyembelih hewan kurban ikut memengaruhi kualitas daging hewan.
• Sehari Berlalu, Jasad Bocah Tenggelam Ditemukan 20 Meter dari Lokasi Awal
• Dirawat di RS Pusat Otak Nasional, Remaja Peretas Situs NASA Terluka Parah di Bagian Kepala
Seperti stres, penyembelihan hewan kurban yang kurang tepat membuat organ jantung dan paru hewan kurban dipenuhi darah.
"Kalau tukang jagalnya sudah berpengalaman pasti paru dan jantungnya enggak banyak sisa darah. Kalau banyak darah nanti pas dimakan seperti marus," tuturnya.