Cerita Kakak di Jaktim Soal Adiknya Nyaris Jadi Korban Pelecehan Iming-iming Diamond Game Online

Anggota keluarganya hampir jadi korban pelecehan seksual, TA (26) bagikan kisahnya. TA merupakan kakak pertama dari tiga bersaudara di Jaktim.

Kompas.com
Ilustrasi pelecehan seksual 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA - Anggota keluarganya hampir jadi korban pelecehan seksual, TA (26) bagikan kisahnya.

TA merupakan kakak pertama dari tiga bersaudara yang tinggal di wilayah Jakarta Timur.

Sebagai seorang kakak, ia juga bertanggung jawab terhadap adik-adiknya.

Disela kesibukannya, ia selalu menyempatkan untuk mengurus dan memperhatikan kondisi kedua adiknya.

Apalagi adik terakhirnya masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD).

Oleh sebab itu, ia sempat mengetahui perubahan yang terjadi pada diri GR (9).

Diceritakannya semua bermula ketika akhir bulan lalu gelagat sang adik mulai berubah.

Tangkap layar percakapan menyimpang dari orang tak dikenal dengan iming-iming diamond untuk game online.
Tangkap layar percakapan menyimpang dari orang tak dikenal dengan iming-iming diamond untuk game online. (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

Kala itu, GR menerima video call dan langsung berlari ke kamarnya.

Merasa curiga, TA mengikuti sang adik dan menguping pembicaraan mereka.

Dengan nada suara yang tak terlalu terdengar, TA berusaha menguping guna mengetahui pembicaraan apa yang sedang berlangsung.

"Waktu itu tepatnya malam takbiran pas tanggal 30 Juli 2020. Adikku dapat vcall. Anehnya kok dia tumben masuk kamar. Padahal enggak biasanya begitu," kata TA kepada TribunJakarta.com, Selasa (4/8/2020).

Nikita Willy Tak Tahu Honor dari Sinetron Meski Punya Banyak Bisnis, Jordi Onsu: Nomor 1 di PH itu!

Selanjutnya TA mendengan pembicaraan keduanya dengan jelas.

"Enggak ah nggak mau kalau begitu ih," ujar TA menirukan suara adiknya saat itu.

Merasa geram terhadap perkataan adiknya, ia pun merebut telepon genggam tersebut dan segera melihat siapa yang menghubungi adiknya itu.

Sayangnya, yang terpampang hanyalah gambar lantai dan langsung dimatikan.

Tangkap layar percakapan menyimpang dari orang tak dikenal dengan iming-iming diamond untuk game online.
Tangkap layar percakapan menyimpang dari orang tak dikenal dengan iming-iming diamond untuk game online. (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

"Jadi adikku memang diberikan handphone untuk tunjungan dia belajar dari rumah. Tapi enggak menutup kemungkinan juga dia bermain game online," jelas TA.

Coba menyikapi dengan bijak dan mengatur emosional, TA bertanya kepada GR tentang si penelpon.

"Dek itu siapa yang telepon?" tanyanya.

"Enggak tahu kak," balas GR polos.

"Kalau enggak tahu, kamu dapat nomornya dari mana?," tanya TA kembali.

Prediksi Cuaca dari BMKG, Rabu 5 Agustus 2020: Berikut Qilayah yang Berpotensi Terjadi Cuaca Ekstrem

"Dia menyebutkan nama temannya. Saya sama ibu saya segera ke rumah teman yang dimaksud itu. Kata yang bersangkutan dia enggak tahu juga nomor itu dari mana, tapi dia minta nomor teman-teman dari game," jelas TA.

Selanjutnya TA dan orang tuanya segera melihat isi percakapan GR dengan si penelpon tadi.

Kaget, kesal dan gelisah menjadi kondisi yang bisa diutarakan olehnya saat itu.

Sebab, melalui isi percakapan via WhatsApp tersebut, ia mendapati sang adik hampir menjadi korban pelecehan seksual.

Penelpon memanfaatkan kepolosan sang adik dan memintanya membuka celana, dengan iming-iming diamond untuk permainan online.

"Akhirnya mulai dari situ ibu saya yang juga merupakan guru PAUD memberikan pendidikan seks sejak dini atau sex education untuk adik saya. Hal ini guna menghindari kasus serupa terjadi kembali."

"Kami juga sempat melaporkan ke Komnas Perlindungan Anak dan Kepolisian. Namun belum secara tertulis aduannya sebab GR statusnya belum menjadi korban karena dia enggak pernah sampai melakukan yang disuruh si penelpon itu," jelasnya.

Harapan

Kejadian tersebut tentunya memilukan dan keluarga TA cukup merasa terpukul.

Syukurnya, TA segera mengetahui hal tersebut sebelum kejadian.

Namun, ia tetap berharap tak ada korban lainnya dan mengimbau tiap orang tua maupun keluarga untuk mengawasi anak mereka.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pendidikan anak usia dini memang sangat diperlukan.

Sehingga ketika ada kejadian serupa anak-anak bisa memahami dengan cepat bahwa hal tersebut sejatinya sangan privasi.

"Tujuan aku share ke kakak si biar ngak ada lagi korban. Biar orang tua bisa memberikan edukasi seks sejak dini juga anak-anak," ungkap TA.

"Selanjutnya emoga dipandemi ini dan di masa anak-anak belajar secara online, nggak ada predator yang menyalah gunakan, dan orang tua atau wali lebih mendapingi atau memantau," tambahnua.

TA juga mengimbau kepada masyarakat khususnya para orang tua agar mensosialisasikan penggunaan media untuk anak-anak mereka.

"Selain itu eukasi penggunaan HP untuk anak juga penring. Sehingga jika ada telepon atau chat dari nomor yang nggak dikenal jangan diangkat. Serta mengawasi penggunaan HP pada anak," tandasnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved