Virus Corona di Indonesia
Upaya Kelompok Marginal Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Bagi orang dengan disabilitas, akses terhadap informasi dan bantuan sosial menjadi permasalahan selama pandemi.
TRIBUNJAKARTA.COM - Kelompok marginal merasakan dampak pandemi dengan adanya kerentanan ganda.
Namun, berkat upaya mendorong terciptanya inklusivitas sejak lama, kelompok marginal justru mampu bertahan dan kreatif mencari alternatif selama masa pandemi ini.
Sandra Hamid, Country Representative Indonesia The Asia Foundation mengatakan, pusat dan pinggir dalam konteks masyarakat marginal tidak selalu identik dengan dikotomi ‘pusat’ dan ‘daerah’ dalam konteks politis dan geografis.
"Proses yang dialami kelompok marginal membuat kita berpikir ulang soal pinggir dan pusat. Mereka yang terpinggirkan bisa saja berada di tempat yang selama ini dianggap sebagai pusat. Dari mereka kita mesti belajar bagaimana mereka siap menghadapi pandemi, juga gerakan yang mereka lakukan dalam menghadapi tantangan di masa mendatang. Hal inilah yang dinamakan ‘Menengahkan Mereka yang Terpinggirkan," ujarnya.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan berbagai contoh praktik baik yang telah dilakukan dan dibagikan dalam webinar oleh Hasna, Sekretaris Desa Mataue, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah sebagai perwakilan dari komunitas adat; Cindy Purnama Fitri, kader anak dari pekerja migran di Desa Pandanwangi, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat; Edy Supriyanto, Ketua SEHATI di Sukoharjo, Jawa Tengah sebagai perwakilan dari orang dengan disabilitas; dan Berby Gita, pegiat Srikandi Pasundan di Jawa Barat sebagai perwakilan dari komunitas transpuan atau waria.
• Kasus Corona Klaster Perkantoran Meningkat, Yuk Cek Sederet Tips agar Kantormu Aman
Kondisi pandemi mengharuskan para murid belajar jarak jauh, ketimpangan akses pun semakin nyata terlihat.
Cindy Purnama Fitry, kader anak dari pekerja migran yang juga aktif dalam forum anak di desanya tidak lantas tinggal diam.
Menurut Cindy, dulu ia adalah anak yang pendiam dan pemalu sebagai anak dari pekerja migran yang sering mendapatkan perundungan.
Kini di Forum Anak Desa Pandanwangi, ia mendampingi anak-anak lainnya untuk belajar.
“Kami membantu anak-anak TK hingga SMP belajar secara daring dan luring di rumah baca dan pusat belajar forum anak. Kami juga mengajarkan Bahasa Inggris,” terang Cindy dalam webinar yang juga didukung oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Kedutaan Besar Australia (DFAT) melalui Program Peduli ini.
Tidak hanya itu, mereka juga mengajak anak-anak bermain permainan tradisional agar mereka tidak stres, tentunya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Tak hanya itu, Cindy juga aktif melakukan advokasi untuk mencegah pernikahan anak yang banyak terjadi di desanya.
• Panggilan Beda Dul ke Irwan Mussry dan Mulan Jameela, Alasan Putra Ahmad Dhani Buat Feni Rose Ngakak
Bagi orang dengan disabilitas, akses terhadap informasi dan bantuan sosial menjadi permasalahan selama pandemi.
Kabupaten Sukoharjo menjadi salah satu dari 5 kabupaten yang terdampak COVID-19 paling besar di Jawa Tengah.
Organisasi SEHATI yang didukung oleh Program Peduli telah berhasil menginisiasi 60 desa inklusi dan membentuk 70 kelompok difabel desa. Inilah yang menjadi modalitas mereka dalam menghadapi pandemi.
Edy Supriyanto, Ketua SEHATI mengatakan, posko khusus didirikan untuk membantu kelompok marginal seperti lansia, disabilitas, anak, perempuan, dan kelompok rentan lainnya.