Temuan Benda Cagar Budaya di Stasiun Bekasi Akan Dikubur Atau Diangkat dari Dalam Tanah

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kota Bekasi, Ali Anwar mengatakan, terdapat dua opsi yang nantinya akan dilakukan terhadap temuan benda cagar budaya

Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Wahyu Aji
ISTIMEWA
Temuan benda cagar budaya di Stasiun Bekasi Jalan Ir. H. Juanda, Bekasi Timur, Kota Bekasi. 

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN - Temuan benda cagar budaya di Stasiun Bekasi Jalan Ir. H. Juanda, Bekasi Selatan Kota Bekasi masih perlu didiskusikan setelah proses ekskavasi rampung pada, Kamis, (27/8/2020) kemarin.

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kota Bekasi, Ali Anwar mengatakan, terdapat dua opsi yang nantinya akan dilakukan terhadap temuan benda cagar budaya tersebut.

Dua opsi itu ialah, mempertahankan temuan caga budaya di lokasi aslinya di dalam tanah atau diangkat untuk dimanfaatkan sebagai ornamen heritage penghias bangunan Stasiun Bekasi baru.

"Tentunya akan didiskusikan dulu dengan semua pihak yang terkait, apakah akan dikubur di tempat aslinya atau diangkat ditempat dilokasi khusus di bangunan stasiun baru, " kata Ali saat dikonfirmasi, Jumat, (28/8/2020).

Dia menjelaskan, proses ekskavasi sejauh ini sudah rampung, tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten hingga hari ini tetap berada di lokasi.

"Tetap di lokasi dengan pekerjaan standar arkeologi, pemotretan dari udara menggunakan dron, penggambaran, sampai pelapisan objek penelitian menggunakan plastik cor," terangnya.

Adapun hasil ekskavasi yang dilakukan tim BPCB Banten, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Bekasi, PT KAI, dan Pemerintah Kota Bekasi berhasil menemukan kemajuan.

"Ternyata ada struktur batu bata baru secara horisontal dan vertikal di sebelah selatan dari strukrtur batu bata di sebelah utara. Bentuknya sama, jarak utara-selatan sekitar meter 3 meter," kata Ali.

Ali menjelaskan, struktur batu bata itu merupakan rolag/ropilag lengkung batu bata merah era kolinial Belanda.

"Struktur baru ditemukan pada kedalaman sekitar 30 centimeter dari permukaaan tanah. Lantas digali sampai kedalaman 160 centimeter," terang dia.

Selain itu, temuan lain juga berhasil didapat berupa struktur fondasi bangunan setinggi 160 cm dengan lebar 55 cm. Letaknya di tengah-tengah antara dua rolag/ropilag lengkung.

"Yang jadi pertanyaan kami adalah mengapa struktur rolag/rofilag lengkung utara dengan selatan tanpa sambungan dak. Padahal dugaan semula antara lengkung tersambung oleh dak, sehingga struktur batu bata merah itu menyerupai gorong-gorong," ujarnya.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved