Kisah Ipda Tolib, Anggota Tim Gegana Korbrimob Kehilangan Tangan Kiri Saat Konflik Lawan GAM
Enam bulan sejak kehilangan tangan kiri dan anak dalam kandungan istrinya, ia pun mengalami minder akut
Penulis: Dwi Putra Kesuma | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNJAKARTA.COM, CIMANGGIS - 24 tahun sudah Ipda Tolib mengabdi sebagai Pasukan Gegana Korps Brimob Kepolisian Republik Indonesia.
Saat ini, ia tengah mengenyam pendidikan di Sekolah Inspektur Polisi, dan tergabung dalam angkatan ke-49.
Selama pengabdiannya, terselip sebuah kisah heroik yang membanggakan, dan patut dijadikan teladan bagi para anggota Polri lainnya.
Tahun 2000 silam, Tolib harus merelakan kehilangan tangan kirinya akibat menjinakkan bom rakitan di Tanah Rencong.
"Jadi waktu itu saat saya bertugas di Aceh dalam rangka Operasi Sada Rencong III tahun 2000, kami melaksanakan patroli dalam rangka pengejaran anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM)," kata Tolib di Mako Brimob Kelapa Dua, Cimanggis, Kota Depok, Kamis (3/9/2020).
Masih kuat di dalam ingatan Tolib, ketika itu timnya sedang berpatorli ke daerah Karung Cabai, Meulaboh, Aceh Barat, pihaknya terlibat kontak senjata dengan sejumlah anggota GAM.
"Setelah itu (kontak senjata) situasi bisa kami kuasai, korban meninggal empat orang dari pihak GAM dan alhamdulillah kami selamat semua," ujarnya.
Meski berhasil bertahan dalam kontak senjata, perjuangan Tolib belum belum selesai lantaran ada barang bukti berupa sejumlah bom rakitan yang ada di lokasi.
"Setelah itu kami mendapatkan barang bukti beberapa bom rakitan yang ada di TKP, salah satunya yang dijinakan meledak dan mengenai tangan saya," bebernya.
Kilas balik sejenak, Tolib berujar tahun 2000 silam, Aceh merupakan daerah yang sangat rawan dan tinggi potensi konflik senjata.
Bahkan, hampir setiap hari terjadi kontak senjata antara aparat melawan anggota GAM.
Lanjut Tolib, kondisi tangannya yang terkena bom memang sudah tak bisa tertolong lagi.
Hingga akhirnya, pihak Rumah Sakit memutuskan mengamputasi tangan kirinya.
"Jadi saat itu kondisinya tangan saya sudah hancur dan tak tertolong, harus diamputasi. Jadi itu untuk merapihkan kondisi tulang yang sudah hancur," imbuhnya.