Sisi Lain Metropolitan
Perkenalkan Rizki Eks Napi yang Kini Jadi Barista, Begini Kisahnya Bangkit dari Keterpurukan
Sempat masuk bui akibat tawuran, Muhammad Rizki Tuhulele (26) ubah pandangan negatif masyarakat dengan bekerja sebagai barista.
Penulis: Nur Indah Farrah Audina | Editor: Ferdinand Waskita Suryacahya
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina
TRIBUNJAKARTA.COM, JATINEGARA - Sempat masuk bui akibat tawuran, Muhammad Rizki Tuhulele (26) ubah pandangan negatif masyarakat dengan bekerja sebagai barista.
Rizki, sapaannya merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
Saat usianya masih belia, Rizki mengatakan sempat terjerumus ke dunia hitam dan membuat hidupnya seketika hancur.
Ketika usianya menginjak 15 tahun, Rizki menceritakan terbawa pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya.
Tawuran, mabuk-mabukan hingga narkoba menjadi hal yang biasa ia lakukan kala itu.
"Saya sekolah cuma sampai kelas X STM aja. Selanjutnya berhenti karena di drop out (DO). Jadi saya terkibat kasus tawuran," ceritanya kepada TribunJakarta.com di Jeera Pascorner, Selasa (8/9/2020).
Berbagai macam nasihat dari keluarga dan orang disekitarnya tak lagi ia dengarkan.
Ia memilih untuk mengikuti apa yang teman-temannya lakukan.

Padahal, teman-temannya itu membawa dirinya merasakan dinginnya dibalik jeruji besi.
"Lepas sekolah semakin liar istilahnya ya. Itu ikut tawuran dan segala macam sampai ditahan di polsek," sambungnya.
Klimaksnya, tepat di tahun 2017, orang tua Rizki lepas tangan terhadap dirinya.
Sementara kondisi saat itu bisa dikatakan genting lantaran Rizki tengah mendekam di balik jeruji besi akibat ulahnya.

"Puncaknya pas 4 kali tawuran ketangkap. Di situ orang rumah sudah lepas tangan. Sebab kan pas tawuran ada korban yang dilarikan ke RS,"
"Keluarganya enggak terima dan buat laporan di Polsek Matraman. Nah jebetulan pas korbannya sadar dia ngenalin saya sama beberapa teman saya pas malam kejadian itu," sambungnya.
Rizki yang terus membantah, membuat keluarganya angkat tangan dan menyerahkan semuanya dengan pasrah, sambil berdoa ada perubahan pada diri Rizki.

Akhirnya segala proses hukum pun diikuti.
Rizki dijatuhi hukuman penjara kurang dari dua tahun.
"Vonis saya 1 tahun 8 bulan. Akhirnya saya mendekam di Rutan Cipinang Blok Kriminal. Tapi alhamdulillah keluarga saya masih besuk. Bukan yang lepas tangan enggak peduli sama sekali gitu," jelasnya.
Selama beberapa bulan mendekam, Rizki tak pernah mengira bila ia akan berada di dalam penjara.
Senakal-nakal dirinya, Rizki tak pernah menduga akan berujung sampai sejauh ini.
Namun, nasi telah menjadi bubur. Rizki hanya bisa meratapi jalan hidupnya saat itu.
Perubahan
Meski begitu, Rizki mengatakan tak pernah terbersit atau berpikir untuk menyerah.
Atas bimbingan dari narapidana lainnya, Rizki kembali ke jalan yang benar.
"Pelan-pelan saya berubah. Alhamdulillah di dalam (bui) bertemu orang yang baik. Dari di luar enggak pernah ke masjid, saya di dalam belajar salat dan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa," jelasnya.
Setelah melihat kemantapan dari Rizki, temannya itu menawarkannya untuk menjadi tahanan pendamping atau tamping.
"Lu mau ikut pelatihan ngga?" tanya rekannya.
"Oh boleh deh, dari pada di blok enggak ada kerjaan," sahut Rizki
"Di situ saya ikut program pelatihan Jeera. Di situ saya jadi barista setelah 8 bulan di dalam," jelasnya.
• Kasus Covid-19 Terus Melonjak, Fraksi NasDem DKI Desak Anies Perketat Lagi PSBB
• Menko PMK Muhadjir Effendy Pimpin Upacara Pemakaman Abdul Malik Fadjar di TMP Kalibata
• Jelang Timnas U-19 Indonesia Vs Kroasia: Prediksi Susunan Pemain hingga Jadwal Siaran Langsung
Layaknya usaha yang tak pernah mengkhianati hasil, Rizki pun dipercaya untuk bekerja di Jeera Coffee yang terletak di kawasan Kota Tua usai bebas.
"Alhamdulillah, saya di dalam cuma 1,5 tahun aja, kehitung kelakuan baik juga kan. Nah pas keluar langsung kerja di Kota Tua. Cuma pas pandemi saya di pindah ke cabang yang di Cipinang ini," jelasnya.
Rizki mengatakan sudah memutuskan untuk berubah dan meninggalkan teman-temannya yang dulu.
Saat ini ia menjadi lebih selektif dalam memilih teman.
"Saat ini saya lebih menjaga jarak aja. Tapi syukur alhamdulillah di lingkungan rumah beberapa tetangga enggak lagi mandang saya sebelah mata. Sebab kan setiap orang punya kesempatan untuk berubah, dan saya buktikan itu ke mereka," tandasnya.