Sisi Lain Metropolitan

Bantu Anak Putus Sekolah dan Korban Pandemi Covid-19, Ini 4 Program Yayasan ABI

Bantu masyarakat, Yayasan Aku Badut Indonesia (ABI) hadirkan empat program. Pendiri ABI, Dedy Rachmanto (52) membuat terobosan baru.

Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Suasana di ruang kerja Yayasan ABI, Jatiasih, Kota Bekasi 

"Saya ingin menghapus paradigma masyarakat soal badut. Mulai dari kostum hingga atraksinya saya ubah dan disajikan dalam bentuk yang kekinian. Maka terbentuklah ABI ini," jelasnya.

Dengan menggandeng dokter gigi, ABI memberikan hiburan sekaligus edukasi soal kebersihan gigi dan mulut dari satu sekolah ke sekolah lainnya.

Sementara untuk tiap atraksinya, ABI selalu menyisihkan donasi untuk diberikan ke sejumlah yayasan kanker di Indonesia.

Pemprov DKI Angkat Bicara Soal Beredar Foto Jakarta Masuk Zona Hitam Covid-19

Viral Pencurian Tas Modus Minta Tolong Bocah di Masjid Tebet Jakarta Selatan

Minta Anies Tak Tanggapi Airlangga Soal IHSG Anjlok, Ketua DPRD DKI: Terpenting Kerja

Selain itu, ABI juga menghadirkan inovasi dalam hal kostum dan sepatu badut.

Tentunya, inovasi ini dilirik oleh seniman di berbagai dunia seperti Amerika dan Belanda.

"Lalu kami juga membuat terbosan baru pada sepatu badut. Jadi dimana keuntungannya ini kami sumbangkan ke yayasan kanker."

"Sehingga ABI hadir bukan sekedar menghibur, tapi juga dibekali kemampuan mempuni. Selain itu, keuntungan yang kami hasilkan juga digunakan untuk berbagi," jelasnya.

Selain itu, ABI turut membantu anak-anak penderita kanker melalui penjualan kostum dan sepatu badut yang mereka jual.

Keuntungan dari penjualan tersebut diserahkan untuk yayasan kanker di sejumlah daerah.

Tak sampai di situ, ketika melakukan aksi sosial, ABI bukan hanya menghibur dengan atraksi, pantomim maupun aksi lainnya.

Tapi turut memberikan sumbangan seperti baju dan buku bekas.

Di mana barang-barang ini didapatkan dari sumbangan para siswa sekolah.

"Kami punya gerakan anti mubazir. Jadi kami mendatangi sekolah bilang ingin menghibur dengan anak-anak. Kami enggak minta bayaran, tetapi kami minta tolong untuk para siswa mengumpulkan baju maupun buku bekas untuk disumbangkan kembali. Jadi kami sedekah profesi," tandasnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved