Antisipasi Virus Corona di Bekasi
Fakta Warga Isolasi Mandiri di Bekasi Minim Pengawasan, Keluar Rumah Hingga Buat Warga Resah
Warga positif Covid-19 di Kelurahan Jakasetia, RT05/RW11, Kota Bekasi kebingungan saat melakukan isolasi mandiri di kediamannya.
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Wahyu Aji
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN - Warga positif Covid-19 di Kelurahan Jakasetia, RT05/RW11, Kota Bekasi kebingungan saat melakukan isolasi mandiri di kediamannya.
Kondisi ini sempat membuat warga sekitar ketakutan akibat pasien kerap keluar rumah untuk mencari makan.
Relawan Oscar Kemanusiaan Tejo yang membantu penanganan Covid-19 mengatakan, pasien tersebut bernama Erna, dia tinggal di rumah kontrakan bersama satu orang anaknya.
"Jadi ibu ini informasinya dinyatakan positif saat test swab di rumah sakit Hermina," kata Tejo saat dikonfirmasi, Selasa, (15/9/2020).
Dari rumah sakit, pasien positif Covid-19 ini lalu disarankan untuk melapor ke Puskesmas setempat agar ditangani.
Namun, karena pasien tersebut dikategorikan sebagai orang tanpa gejala (OTG), ia lantas diperintahkan melakukan isolasi mandiri.
"Sama puskesmas dia disuruh isolasi mandiri, tapi karena yang bersangkutan ini orang awam, dia kebingungan, sementara kalau dia butuh makan dia cari keluar," terangnya.
Dari situ kata dia, warga setempat mulai ketakutan karena pasien positif bernama Erna ini kerap keluar rumah membeli makan di warung.
"Dia belum ada kepastian kapan dijemput buat diisolasi dari Puskesmas, makanmya dia kebingungan harus gimana," terang dia.
Di lingkungan tempat tinfgalnya, pasien positif Covid-19 tidak mendapatkan bantuan sama sekali dari warga sekitar.
Mereka bahkan cenderung menjauhi karena takut tertular, alhasil kondisi ini makin memperburuk situasi dan menbuar sang pasien kebingungan.
"Dia enggak ada yang bantu warga situ juga ketakutan intinya, terus dari puskesmas juga belum ada kejelasan kapan pasien ini ditangani gitu," tuturnya.
Awal Mula Tertular
Relawan Oscar Kemanusiaan bernama Tejo mengatakan, pihaknya sudah menyambangi lokasi dan bertemu ketua RT dan warga setempat.
Kondisi pasien kata dia, merupakan orang tanpa gejala (OTG) yang tinggal di rumah kontrakan bersama satu orang anaknya.
"Intinya dia (warga positif Covid-19) ini orang awam, dia kebingungan saat dinyatakan positif terus lapor ke puskesmas disuruh isolasi mandiri," kata Tejo.
Awal mula Erna terkonfirmasi positif, diketahui setelah hasil swab test di Rumah Sakit Hermina Bekasi.
Wanita yang sehari-hari bekerja sebagai juru masak di salah satu rumah makan di kawasan Galaxy Bekasi ini tertular usai ibunya meninggal dunia 40 hari lalu.
"Jadi orangtuanya baru meninggal, nah pas sebelum meninggal itu probable tapi hasilnya belum keluar, makanya Ibu Erna ini disuruh swab test juga," terangnya.
Adapun selama masa isolasi mandiri di rumah kontrakannya, Erna diketahui kerap keluar rumah untuk membeli makan.
Hal ini membuat warga sekitar resah, sebab selama ini lingkungan setempat tidak mengorganisir penanganan Covid-19 secara gotong royong.
"Enggak ada yang bantu kasi makan, makanya dia kalau mau butuh makan harus keluar, jadi warga setempat malah makin takut," tuturnya.
Menurut dia, warga sekitar mengira penanganan Covid-19 diserahkan langsung ke petugas puskesmas.
Mereka berharap, saat ada salah satu warga terkonfirmasi positif Covid-19 dapat langsung ditangani dengan dibawa ke rumah sakit.
"Karena warga sini belum tahu, enggak ada kejelasan kapan pasien ini dibawa ke rumah sakit untuk isolasi, padahal dia disuruh isolasi mandiri tapi justru kebingungan karena orang awam," tegasnya.
Warga Khawatir Penyakit Penularan Meluas
Ketua RT05/RW11, Kelurahan Jakasetia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi bernama Amin mengaku, sangat khawatir penularan Covid-19 semakin meluas di lingkungan tempat tinggalnya.
Hal ini menyusul, satu orang warganya bernama Erna, dinyatakan positif Covid-19 dan harus menjalankan isolasi mandiri di kediamannya.
Warga tersebut tinggal di rumah kontrakan bersama satu orang anaknya di lingkungan RT05/11, Kelurahan Jakasetia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
Namun saat menjalani isolasi mandiri, ia terpaksa keluar rumah untuk membeli makan karena tidak memahami betul prosedur isolasi mandiri dan minimnya pengawasan puskesmas setempat.
Ditambah, lingkungan tempat tinggalnya kurang mendukung ketersediaan pasokan makanan karena kurang terkordinir RT/RW setempat.
Amin mengatakan, pihaknya sudah mengadukan adanya pasien Covid-19 berkeliaran di lingkungan tempat tinggalnya melalui perangkat keluarahan setempat.
"Pemerintah Kota Bekasi supaya aduan masyarakat dapat segera ditangani secara cepat dan serius, dari puskesmas atau kelurahan," kata Amin, Selasa, (15/9/2020).
Dia khawatir, isolasi mandiri yang dijalankan pasien positif Covid-19 di lingkungan justru malah menularkan ke warga lain.
Hal ini kata dia, justru malah akan memperbanyak kasus klaster keluarga yang muncul di lingkungan Kelurahan Jakasetia.
"Karena klaster keluarga sudah makin marak, saya mohon kalau ada warga yang positif segera ditangani," terangnya.
Dia meminta, setiap pasien positif Covid-19 agar segera dilakukan penanganan dengan cara isolasi di rumah sakit atau di tempat khusus.
"Agar dipindah ke tempat isolasi yang laik, atau ke rumah sakit, karena kalau di sini tidak ada pengawasan," tegas dia.
Minim Pengawasan

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi membenarkan terdapat warga positif Covid-19 di Kelurahan Jakasetia, Bekasi Selatan, keluyuran saat menjalankan isolasi mandiri di rumah.
Rahmat mengatakan, kondisi ini terjadi akibat kurangnya pengawasan dan kerja sama di tingkat RT/RW serta puskesmas.
"Nah kalau yang berkeliaran itu ditanya sama RT/RW nya sama di puskesmas juga
Tadi kita rapat tidak ada boleh lagi kejadian seperti itu," kata Rahmat, Selasa, (15/9/2020).
Dia menjelaskan, faktor lain terjadinya kejadian warga positif Covid-19 keluruyan juga disebabkan tempat isolasi mandiri yang tidak representatif.
Diketahui, warga positif Covid-19 yang kedapatan keluyuran bernama Erna, ia tinggal di rumah kontrakan bersama satu orang anaknya.
"Benar terjadi (warga positif Covid-19 keluyuran), karena tempatnya tidak representatif dan yang bersangkutan memang tertularnya dari luar," ucapnya.
Adapun, pihaknya sejuah ini sudah melakukan penanganan terhadap pasien isolasi mandiri tersebut.
Dia memastikan, mulai besok pasien tersebut akan dipindah ke Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi.
"Orang itu positif teridentifikasi OTG (orang tanpa gejala), rumahnya tidak representatif kita pindah ke sini (Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot)," tegasnya.
Wali Kota Larang Isolasi Mandiri
• Wali Kota Bekasi Larang Isolasi Mandiri Bagi Warga yang Rumahnya Kurang Representatif
• Warga Positif Covid-19 di Bekasi Keluyuran, Begini Awal Mula Tertularnya
• Pasien Covid-19 di Kota Bekasi Bingung Isolasi Mandiri, Keluar Rumah Cari Makan Bikin Takut Warga
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi memastikan, pihaknya mulai sekarang melarang warga melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing jika tempatnya dianggap kurang representatif.
Rahmat mengatakan, pihaknya telah belajar dari pengalaman kasus warga positif Covid-19 yang kedapatan keluyuran saat menjalankan isolasi mandiri.
Warga tersebut tinggal di rumah kontrakan bersama satu orang anaknya di lingkungan RT05/11, Kelurahan Jakasetia, Bekasi Selatan, Kota Bekasi.
Ia terpaksa keluar rumah untuk membeli makan karena tidak memahami betul prosedur isolasi mandiri dan minimnya pengawasan puskesmas setempat.
Ditambah, lingkungan tempat tinggalnya kurang mendukung ketersediaan pasokan makanan karena kurang terkordinir RT/RW setempat.
"Bagi pasien isolasi yang kita lakukan di rumah ini belajar dari pengalaman yang satu keluarga itu, karena di rumahnya kecil, terus penderita Covid nya ada beberapa, dan tidak resprentatif maka kita pindahkan kesini (rumah sakit darurat)," kata Rahmat, Rabu, (15/9/2020).
Dia menjelaskan, isolasi mandiri mulai sekarang hanya akan diperuntukkan bagi warga yang rumah atau kondisinya memumingkinkan.
"Bukan tidak dianjurkan yang punya dan representatif silahkan, tapi kalau rumahnya kecil lalu menularnya dua atau tiga anggota keluarga ya kita pindahkan ke sini (rumah sakit darurat)," tegasnya.
Menurut dia, tim medis baik dari rumah sakit dan puskesmas akan memutuskan pasien positif Covid-19 laik atau tidak melakukan isolasi mandiri di rumah.
"Tentunya kalau pasien itu tidak ada penyakit jantung, riwayat penyakit gulanya atau penyakit penyerta bisa di bawa ke sini (rumah sakit darurat stadion)," terangnya.
"Tapi kalau di rumahnya bagus di rumahnya enak, ya tim puskesmas itu datang ke pasien ke rumahnya," tambahnya.
Sedangkan untuk pasien dengan komorbid atau penyakit penyerta, pihaknya tetap akan melakukan penanganan di rumah sakit rujukan seperti RSUD Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi.
Adapun untuk Rumah Sakit Darurat Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, Pemkot Bekasi menyiapkan 100 kapasitas tempat tidur.
Tetapi mulai besok, sebanyak 57 tempat tidur sudah siap digunakan dengan fasilitas standar seperti pendingin ruangan, hepafilter dan tabung oksigen.
Di rumah sakit darurat, Pemkot Bekasi juga menyaipkan fasilitas instalasi gawat darurat (IGD) dan tim medis dokter spesialis yang berjaga.