Gerakan 30 September
Jenderal Ahmad Yani Dibunuh di Malam Ulang Tahun Istri, Sang Putra Tak Bisa Bicara Ingat Momen Ini
Putra Jenderal Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy A.Yani menceritakan detik-detik saat rumahnya diserbu Pasukan Cakrabirawa.
Penulis: Rr Dewi Kartika H | Editor: Muji Lestari
TRIBUNJAKARTA.COM - Putra Jenderal Ahmad Yani, Irawan Sura Eddy A.Yani menceritakan detik-detik saat rumahnya diserbu Pasukan Cakrabirawa.
Hal tersebut disampaikan Irawan Sura Eddy A.Yani saat menjadi narasumber di acara Kabar Petang TV One, pada Selasa (29/9/2020).
TONTON JUGA
Irawan Sura Eddy A.Yani mengatakan pada 1 Oktober 1965 malam, ia terbangun dari tidurnya dan mencari keberadaan sang ibu.
Kala itu istri Jenderal Ahmad Yani, Yayu Rulia Sutowiryo tengah menjalani tradisi tirakad.
Menurut Irawan Sura Eddy A.Yani, sang ibu melaksanakan tirakad karena keesokan harinya ia akan merayakan ulang tahun.
"Jadi kalau diingat-ingat itu pada waktu itu saya terbangun mencari ibu, karena pada malam itu beliau tirakad, besok ibu mau ulang tahun," ucap Irawan Sura Eddy A.Yani, dikutip TribunJakarta.com dari YouTube TV One, pada Rabu (30/9/2020).
"Mau dirayakan juga rencananya, jadi ibu jam 10 sudah berangkat ke rumah dinas di Taman Suropati," imbuhnya.
• Pamer Cincin dan Gelang Bermata Satu, Ayu Ting Ting Singgung Perlindungan dari Tatapan Jahat
TONTON JUGA
Saat hendak menemui sang ibunda, betapa terkejutnya Irawan Sura Eddy A.Yani melihat rumahnya disatroni Pasukan Cakrabiwara.
"Kemudian saya terbangun jam 4 saya mencari ibu keluar, ke ruangan depan, disitu saya ditemani oleh Mbok Milah," ucap Irawan Sura Eddy A.Yani.
"Sambil menunggu itu kok saya lihat banyak sekali tentara, Cakrabirawa," imbuhnya.
Irawan Sura Eddy A.Yani yang masih kecil kala itu, tak memiliki pikiran macam-macam.
Ia mengira kedatangan Pasukan Cakrabirawa untuk menjaganya dan keluarga.
• Ayu Ting Ting Disebut Tetangga & ART-nya Sedang Liburan, Unggahan di Instastory Ungkap Hal Berbeda
Namun Pasukan Cakrabirawa rupanya mempunya tujuan lain, ia meminta Irawan Sura Eddy A.Yani untuk membangukan Jenderal Ahmad Yani.
Mereka beralasan Jenderal Ahmad Yani dipanggil oleh presiden Soekarno ke Istana.
"Saya pikir waktu itu adalah pergantian penjagaan, tapi tidak lama mereka masuk ke dalam," kata Irawan Sura Eddy A.Yani.
"Mereka menanyakan 'apakah bapak ada;, karena mereka bilang 'bapak dipanggil presiden',"
"Jadi tolong dibangunkan," imbuhnya.
• Ayu Ting Ting Setelah Swab Test Tak Muncul di TV, ART-nya Ungkap Ini dan Buru-buru Tutup Gerbang
Irawan Sura Eddy A.Yani yang tak tahu malam itu adalah momen terakhir bertemu dengan sang ayah, menuruti permintaan Pasukan Cakrabirawa.
"Saya membangunkan bapak, saya bilang saya pegang kaki bapak, saya bilang 'Pak di luar ada Cakrabirwaea, katanya bapak dipanggil presiden'," ucap Irawan Sura Eddy A.Yani.
"Dalam bahasa jawa, 'ada apa toh, kok Cakrabirawa jam segini datang ke rumah'," imbuhnya mengikuti perkataan Jenderal Ahmad Yani.
Jenderal Ahmad Yani yang masih mengenakan pakaian tidur akhirnya menemui Pasukan Cakrabirawa.
• Ayu Ting Ting Setelah Swab Test Tak Muncul di TV, ART-nya Ungkap Ini dan Buru-buru Tutup Gerbang
Tiba-tiba Irawan Sura Eddy A.Yani terdiam, ia mengaku tak mampu melanjutkan ceritanya.
"Enggak lama beliau menemui Cakrabirawa, kejadian berikutnya..." ucap Irawan Sura Eddy A.Yani.
Irawan Sura Eddy A.Yani akhirnya meminta saudaranya, Untung Mufreni A.Yani yang melakukan hal tersebut.
Ia mengaku peristiwa saat Jenderal Ahmad Yani menemui Pasukan Cakrabirawa membawa ingatan yang sangat melukai hatinya.
"Biar Pak Untung yang menceritakan karena ini membawa ingatan yang enggak enak buat saya," katanya.
• Ayu Ting Ting Menghilang dari TV Setelah Test Swab, ART-nya & Ivan Gunawan Buka Suara: Eh Keceplosan
Untung Mufreni A.Yani kemudian mengatakan setelah berbincang dan beradu argumen dengan Pasukan Cakrabirawa, terjadilah sebuah peristiwa berdarah.
Jenderal Ahmad Yani ditembak beberapa kali dari belakang oleh Pasukan Cakrabirawa.
Untung Mufreni A.Yani dan Irawan Sura Eddy A.Yani tragedi tersebut terjadi di depan mata mereka sendiri.
Tangisan kedua anak Jenderal Ahmad Yani tersebut sontak pecah malam itu.
"Saya ingin memeluk bapak tapi tak boleh," ucap Untung Mufreni A.Yani.
Pasukan Cakrabirawa
Menurut Soekarno dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2018) karya Cindy Adam, Pasukan Cakrabirawa berkekuatan 3.000 personel yang berasal dari keempat Angkatan Bersenjata.
Setiap anggotanya berasal dari pasukan yang andal.
Susunan Resimen Cakrabirawa, sebagai berikut:
Komandan Cakrabirawa : Letnan Kolonel CPM Sabur
Wakil Komanadan Cakrabirawa : Letnan Kolonel CPM Maulwi Saelan
Kepala staf : Letnan Kolonel Infanteri Maraokeh Santoso
Asisten I Resimen Cakrabirawa : Letnan Kolonel CPM Harun dibantu oleh Kolonel Ali Ebram
Asisten II Resimen Cakrabirawa : Letnan Kolonel Infanteri Sudjanadi dibantu Mayor Sutarjo dan Mayor Suwondo
Asisten III Resimen Cakrabirawa : Letnan Kolonel Infanteri Maraokeh Santoso
Asisten IV Resimen Cakrabirawa : LetnanKolonel KKO Prawoto yang kemudian diganti oleh Letnan Kolonel Infanteri Rifai
Tidak semua pasukan Cakrabirawa sebagai oknum dalam G30S/PKI.
Namun, aksi Letkol Untung dan Lettu Dul Arif yang merupakan motor utama dalam aksi penculikan Jenderal Pahlawan Revolusi, nama Cakrabirawa tercorang dalam pemerintahan Orde Baru.
Setelah dikeluarkannya Surat Perintah II Maret 1966 atau Supersemar, Resimen Cakrabirawa dibekukan atau dibubarkan pada 28 Maret 1966.
Tugas untuk menjamin keselamatan pribadi Presiden beserta keluarganya diserahkan dan digantikan oleh Satgas Pomad (Polisi Militer Angkatan Darat).
Dalam masa pemerintahan Soeharto, pasukan Angkatan Darat kemudian membentuk lagi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang sampai saat ini masih bertugas menjaga Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya.
Hari jadi Paspampres diperingati setiap tanggal 3 Januari.
Penetapan hari jadi ini, diambil dari peristiwa bersejarah.
Di mana Pasukan Pengawal Pribadi Presiden berhasil menyelamatkan presiden dan wapres serta keluarganya dari Jakarta menuju Yogyakarta pada 3 Januari 1946.