Ratusan Warga Tangerang Utara Kembali Geruduk Kantor ATR/BPN Kabupaten Tangerang
Ratusan warga berunjuk rasa di Kantor ATR/BPN untuk menjelaskan kelanjutan permasalah Nomor Identifikasi Bidang (NIB) tanah di wilayah mereka.
Penulis: Ega Alfreda | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Ega Alfreda
TRIBUNJAKARTA.COM, TIGARAKSA - Kantor Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Negara (ATR/BPN) Kabupaten Tangerang di Jalan Abdul Hamid, Tigaraksa kembali digeruduk ratusan warga, Selasa (27/10/2020).
Warga tersebut mengatasnamakan masyarakat Tangerang Utara.
Ratusan warga berunjuk rasa di Kantor ATR/BPN untuk menjelaskan kelanjutan permasalah Nomor Identifikasi Bidang (NIB) tanah di wilayah mereka.
Aksi kali ini merupakan lanjutan dari unjuk rasa sebelumnya pada Kamis (27/8/2020)
Dalam aksi unjuk rasa dua bulan lalu, pihak BPN meminta waktu 30 hari untuk menyelesaikan permasalahan NIB tersebut.
Namun, setelah 60 hari lebih, masyarakat Tangerang belum juga memperoleh kabar baik dari pihak BPN.
Bahkan warga berencana mengadu permasalahan NIB ini kepada Presiden Joko Widodo apabila tidak menemukan titik terang di Pemerintah Kabupaten Tangerang dan ATR/BPN.
Pengunjuk rasa membentangkan spanduk yang bertuliskan 'Kembalikan NIB Kami.
Terlihat juga spanduk Copot Kepala Kantor BPN.
Setelah kurang lebih satu jam lamanya berorasi, perwakilan warga kemudian diterima oleh pihak BPN.
Seorang pengunjuk rasa, Heri Hermawan mengatakan, masyarakat yang hadir dalam unjuk rasa kali ini berasal dari Kecamatan Teluknaga, Pakuhaji, Sukadiri, Mauk sampai Kosambi.
Dia mengatakan, masyarakat di Tangerang Utara tidak pernah merasa menjual tanah miliknya.
Akan tetapi, ketika hendak menjual status tanahnya telah berubah kepemilikan menjadi nama orang lain.
"Anehnya semua NIB selalu atas nama Vreddy, dari semua bidang tanah yang bermasalah. Apakah setiap orang tidak memiliki batasan maksimum terkait penguasaan bidang tanah," ujar Heri.
Menurut Heri, berdasarkan Permendagri Nomor 18 Tahun 2016, setiap orang hanya boleh menguasai bidang tanah sebanyak 20 hektare sampai dengan 25 hektare lahan kosong.
"Kami semua tidak pernah jual tanah. Tapi kenapa tiba-tiba, NIB kita sudah atas nama orang lain. Dan selalu namanya Vreddy," kata Heri.
"Ratusan hektare bidang tanah ini, bukankan dalam Permendagri Nomor 18 Tahun 2016 itu ada batasan maksimum," tambah dia lagi.
Heri pun meminta, agar pihak BPN menghentikan aktivitas permohonan NIB di lahan yang bermasalah ini.
"Bukannya dihentikan, justru sebagian bidang tanah yang bermasalah ini malah sudah jadi sertifikat hak milik (SHM)," tuturnya.
Lebih jauh Heri mengatakan, untuk penerbitan SHM memerlukan tanda tangan dari kedua belah pihak, antara penjual dan pembeli.
Sementara warga Tangerang Utara tidak pernah melakukan penandatanganan jual beli tanah.
"Kami masyarakat tidak pernah melakukan tanda tangan penjualan kepada siapapun. Tiba-tiba SHM sudah jadi. Kami tidak pernah melakukan tanda tangan. Lalu, pihak BPN ini mendapatkan tanda tangan kami dari siapa?," keluh dia.
Baca juga: Spesifikasi dan Harga Vivo Y20s yang Dijual di Indonesia
Baca juga: Pemkot Jakarta Timur Mulai Kerjakan Proyek Normalisasi Kali Rawa Rengas
Heri menegaskan, agar pihak BPN tidak bertele-tele dalam mengurusi permasalahan NIB Tanah tersebut.
Katanya, masyarakat hanya menginginkan haknya dikembalikan.
Menurutnya, masyarakat sudah mengadu kepada DPRD dan Bupati, namun sampai saat ini tidak ada jawaban dan dukungan dari Bupati dan DPRD Kabupaten Tangerang.
"Kami sudah bosan dengan hearing, dan negosiasi. Tetapi tidak ada bukti nyata," katanya.
Senada, seorang warga Kecamatan Teluknaga, Hasyim yang menjadi korban NIB ganda, mengatakan, akibat tanah nenek moyangnya dirampas mafia tanah.
Ibunya sampai mengalami struk karena syok. Padahal, tanah tersebut akan dijual untuk keperluan pendidikan.
"Ini saya baru aja pulang dari rumah sakit, karena ibu saya struk, setelah mengetahui kabar bahwa tanahnya atas nama orang lain, coba bapak ibu BPN dengar dengan perasaan dan hati nurani," katanya.
Menurutnya, jika BPN serius untuk menuntaskan permasalahan tersebut, pihak BPN segera mengundang pihak pembeli, pihak penjual, Kades, serta Camat.
"Seharusnya diundang semua yang bersangkutan. Jadi nantinya jelas, siapa mafianya. Agar kita tidak menuduh-nuduh. Kan kasihan kalau yang dituduh ternyata tidak melakukan," harapnya.
Di kesempatan yang sama, Kepala ATR/BPN Kabupaten Tangerang Gembong mengaku bahwa pihaknya telah bekerja semaksimal mungkin untuk menuntaskan permasalahan ini.
Gembong juga menyebut akan menghentikan permohonan NIB atas nama oknum tersebut.
Sementara terkait munculnya SHM, pihaknya akan melakukan penyelidikan.
"Kami sudah bekerja selama ini. Kami sudah menghentikan permohonan NIB di Salembaran, milik bapak Heri. Kami juga akan melakukan hal yang sama dilokasi lainnya yang ada masalah," jelas Gembong.
Ia berjanji akan segera menyelesaikan permasalahan NIB tersebut dalam waktu dekat ini
"Kami akan menyelesaikan permasalahan ini, dalam waktu dekat. Akan kami hentikan sementara permohonan NIB ini," kata Gembong mengakhiri.