Pemkot Bekasi Genjot Hasil Produksi Pertanian Dalam Kota
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, distribusi bantuan pompa air dilakukan di kelompok tani di Kelurahan Sumur Batu
Penulis: Yusuf Bachtiar | Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar
TRIBUNJAKARTA.COM, BANTARGEBANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi terus berupaya menggenjot hasil produksi pertanian dalam kota, hal ini dilakukan dengan cara distribusi bantuan pompa air ke sejumlah kelompok tani.
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan, distribusi bantuan pompa air dilakukan di kelompok tani di Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Jumat, (13/11/2020).
"Pemerintah Kota Bekasi melalui program Dinas Pertanian dan Perikanan (Distanika) memberikan bantuan berupa mesin pompa air untuk memudahkan kinerja kelompok tani," kata Tri.
Kota Bekasi kata dia, memiliki lahan sawah seluas 434 hektar yang tersebar di 10 kecamatan, sedangkan lahan kering yang digunakan untuk perkebunan atau ladang seluas 4.285 hektar tersebar di 12 kecamatan.
"Pada tahun 2019 Kota Bekasi menghasilkan produksi hasil pertanian mencapai 4.663,7 ton," ungkap Tri.
Baca juga: Update Data Gabungan Covid-19 di Bekasi, Jumat 13 November 2020 Total Kasus Capai 12.689
Baca juga: Lirik dan Chord Lagu Era 90: I Dont Want To Miss A Thing - Aerosmith
Selain itu, di Kota Bekasi juga terdapat hasil pertanian berupa komoditi palawija seperti jagung seluas 19 hektar dengan produksi mencapai 65,9 ton atau produktivitasnya mencapai 34,7 kwintal per hektar.
"Dari populasi yang ada, sebagian besar warga Kota Bekasi mayoritas memiliki keahlian dibidang pertanian dan peternakan, dari kompetensi yang ada Pemerintah Kota Bekasi akan terus mensuport bagi para kelompok tani untuk lebih produktif lagi," ujarnya.
Tri berharap, kelompok tani dapat terus produktif menghasilkan produksi hasil pertanian, terus meningkatkan kualitas, dan terus berinovasi sebagai bentuk penyesuaian keadaan.
"Dulu petani bertani di ladang, setelah masuk era milenial lahan ladang semakin berkurang, beralih ke urban farming, petani bertani menggunakan metode hidroponik, tidak menutup kemungkinan di era selanjutnya kita masuk ke exotic farming," tutur Tri.