Sisi Lain Metropolitan
Cerita Penjaga Pintu Perlintasan di Kebon Baru: Lalai, Pengendara Motor Tewas Tersambar KRL
Penjaga kereta itu sempat diberhentikan oleh ketua pos perlintasan. Namun, direkrut kembali lantaran telah berkeluarga.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas | Editor: Erik Sinaga
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNJAKARTA.COM, TEBET - Penjaga pintu perlintasan kereta, Rustam (38) mengatakan rekannya pernah lalai menjaga pos perlintasan.
Akibatnya, seorang pengendara motor tewas seketika tersambar kereta rel listrik (KRL).
Pria yang sudah 10 tahun menjaga palang pintu itu menceritakan, kecelakaan maut itu menyebabkan pengendara motor terpental jauh sekira 10 meter.
"Pengendara motor itu tewas tersambar kereta. Motor dan pengendaranya terpental sejauh 10 meter, sekitar 8 bulan yang lalu lah kejadiannya. Waktu itu sempat ramai, banyak polisi di sini,"ceritanya kepada TribunJakarta.com pada Senin (16/11/2020).
Penjaga kereta itu sempat diberhentikan oleh ketua pos perlintasan. Namun, direkrut kembali lantaran telah berkeluarga.
"Dia diwanti-wanti jangan sampai kejadian lagi," tambahnya.
Hujan deras dan kabut

Mencari sesuap nasi sebagai penjaga pintu perlintasan kereta rel listrik tak bisa tanggung-tanggung.
Pasalnya, seorang penjaga pintu bertanggung jawab bukan hanya diri sendiri melainkan orang lain. Apalagi bila pintu perlintasan yang dijaga tidak resmi.
Tidak ada palang pintu yang tertutup secara otomatis ataupun bunyi sirine tanda kereta hendak melintas.
Sebagai penjaga pintu tak resmi di kawasan Kebon Baru, Irman (39), tak boleh lengah saat menjaga pintu kereta.
Kedua matanya harus terus awas melihat jalur kereta dari dua arah, arah Stasiun Cawang dan Stasiun Tebet.
Bila dari kejauhan kereta rel listrik sudah tampak, ia langsung memutar tuas di pos.
Kedua palang pintu yang berada di antara wilayah permukiman padat Kebon Baru RT 007 RW 005 dan perumahan Tebet Timur itu lalu tertutup bersamaan.
Para penjaga boleh saling bercanda atau sembari makan dan minum asalkan mata mereka selalu waspada melihat arah kereta.
Sebanyak 10 orang bertugas menjaga pos itu secara bergantian yang dibagi ke dalam tiga shift, pagi, siang dan malam. Tiap shift dijaga oleh dua orang.
Siang itu, Irman dan Doni sedang berjaga.
Irman bertugas sebagai pengendali portal sedangkan Doni berada di luar pos sembari melihat kereta dari kejauhan.
Menjaga pintu perlintasan sebenanya tak sulit lantaran jalur kereta lurus tak berbelok. Dari kejauhan, kereta yang datang pasti terlihat.
Namun, para penjaga pintu perlintasan akan mengalami kendala bila cuaca berubah hujan deras disertai kabut.
Jarak pandang mereka menjadi terbatas. Kereta pun dari kejauhan sulit terlihat.
"Kalau hujan mendingan kita tutup sementara sampai reda. Karena hujan sedikit, jarak pandang jadi enggak jauh," ucap Irman yang sesekali membantu mendorong gerobak pedagan melintas.
Petaka pernah nyaris menimpa seorang pengendara motor yang hendak melintas saat hujan deras.
Pengendara motor itu tak sabar untuk melintasi pintu perlintasan kereta.
"Pernah kita tutup, ada seorang ibu buru-buru mau menyebrang. Kita bilang, ibu lebih baik tunggu sampai reda. Tapi ibu itu memaksa sampai marah-marah. Ketika melintas, tiba-tiba ada kereta datang. Akhirnya kita dorong motor ibu itu biar lebih cepat," cerita Irman.
Kendati sederhana, pos perlintasan di Kebon Baru ini berguna bagi pengguna jalan ataupun warga sekitar.
Jalur perlintasan hasil swadaya warga itu tak pernah sepi terutama di jam sibuk sebelum pandemi.
Banyak pengguna jalan melewati pintu perlintasan ini setiap hari sebagai alternatif demi memangkas jarak dan waktu tempuh.
Hasil Swadaya Warga
Palang pintu perlintasan kereta api ini bukan resmi dari PT KAI.
Irman mengatakan sejumlah warga berinisiatif untuk membangun sendiri palang pintu perlintasan kereta api dengan hasil swadaya sekira tahun 2006.
Sebab, sering terjadi kecelakaan bagi para pejalan kaki yang hendak menyeberang di rel itu sebelum dibangun pos perlintasan.
Selain itu, adanya pintu perlintasan ini memudahkan pengendara untuk memangkas jarak.
Mereka pun izin dengan pihak kelurahan setempat dan pihak PJ KA yang kini berubah menjadi PT KAI.
Tidak terlihat palang pintu yang secara otomatis tertutup ataupun bunyi sirine tanda kereta hendak melintas.
Kedua palang pintu itu terbuat dari besi panjang layaknya sebuah portal. Palang pintu yang berada di wilayah Tebet Timur sebagai pengendali palang pintu di seberangnya.
Saat kereta melintas, Irman yang siang itu bertugas sebagai pengendali langsung memutar tuas pemutar untuk menutup palang pintu.
Agar motor ataupun gerobak milik pedagang bisa melintas, rel kereta dipasang balok-balok kayu.
Irman menceritakan, awalnya rel itu sempat dicor untuk memudahkan pengendara melintas.
"PT KAI kasih tahu ke kita, kalau dicor enggak bisa karena bantalan rel harus rutin dikontrol. Akhirnya kita bongkar dan kita ganti dengan kayu. Alasannya, biar bisa diangkat lagi kalau ada pengontrolan," jelas Irman kepada TribunJakarta.com sembari sesekali melirik spion di depannya.
Di sepanjang rel kereta api antara Stasiun Cawang dan Stasiun Tebet banyak ditemukan pintu perlintasan dari swadaya warga.
Pantauan TribunJakarta.com, sekira ada 6 pintu perlintasan. Namun, hanya tiga pintu perlintasan yang kerapkali dilalui pengendara motor, pejalan kaki, ataupun pedagang kaki lima.
Namun, hanya pos perlintasan yang dijaga Irman dan Doni saja yang menggunakan spion dan tuas pemutar.
Baca juga: BERITA FOTO Menengok Aktivitas di Perlintasan Sederhana di Kebon Baru dan Tebet Timur
Baca juga: Pemerintah Kota Jakarta Pusat Berikan Internet Gratis kepada Siswa di Kelurahan Karet Tengsin
Baca juga: Cerita Penjaga Pintu Kereta di Kebon Baru: Palang Ditutup Bila Hujan Berkabut, Ini Alasannya
Pos yang lainnya ditutup secara manual oleh para penjaga pintu perlintasan.
Keberadaan pintu perlintasan hasil swadaya warga ini membantu para pengendara untuk memangkas jarak.
Selain itu, menjadi sumber penghasilan bagi warga setempat yang menganggur.