Menteri KKP Edhy Prabowo Diciduk KPK, Kakak Kandung: Kami Yakin Bowo Bisa Melewatinya
Dikatakan Ani, pihaknya hingga kini masih terus mengikuti perkembangan terkait masalah tersebut lewat internet.
TRIBUNJAKARTA.COM - Kakak kandung Menteri Kelautan dan Perikanan, Ani Yulia Lestari mengaku baru mengetahui jika sang adik diamankan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kami dapat kabar dari keluarga yang di Jakarta, tapi kami belum tahu secara pasti duduk permasalahannya seperti apa," katanya.
Dikatakan Ani, pihaknya hingga kini masih terus mengikuti perkembangan terkait masalah tersebut lewat internet.
TONTON JUGA:
"Kita pantau saja perkembangannya seperti apa, kami terus memantaunya lewat internet dan doakan pak bowo semoga bisa melalui ini dengan kuat,"katanya.
Sebagai Kakak kandung, dirinya mengaku tentu saja merasakan ada rasa khawatir terhadap adiknya tersebut.
"Tapi kami serahkan itu pada yang di atas saja, dan kami yakin bowo bisa melewatinya, karena kami tahu betul bowo itu seperti apa," katanya.
Dikatakannya bahwa hingga kini, keluarga yang di Tanjung Enim belum ada yang bisa berkomunikasi langsung dengan Edhy Prabowo.
"Yang kami tahu, bowo itu baru pulang dari Amerika, dan tahu-tahu dapat kabar seperti itu, mohon doanya saja untuk adik kami Bowo, semoga adik kami diberi kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi ini," pungkasnya.
Penangkapan Menteri Perikanan dan Kelautan Edhy Prabowo, dibenarkan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Ali Fikri di Jakarta.
Menurut Ali Fikri, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak hanya mengamankan EP tetapi juga sejumlah pihak keluarga dini hari tadi di Jakarta.
"Saat ini, sedang dilakukan pemeriksaan oleh penyelidik KPK. Penyidik KPK punya waktu 1 x 24 jam untuk menentukan sikap," kata Ali Fikri.
Ketika disinggung mengenai kasus penangkapan Edhy Prabowo yang berasal dari Partai Gerindra ini, Ali Fikri belum bisa memberikan konfirmasi lebih lanjut.
"Perkembangannya nanti kami informasikan lebih lanjut," pungkasnya.
Kondisi Rumah Dinas Menteri KKP Edhy Prabowo
- Rumah Dinas Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo, di Jalan Widya Chandra V nomor 26, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, tampak sepi.
Pantauan TribunJakarta.com, Rabu (25/11/2020), tidak terlihat aktivitas apa pun di kediaman Edhy Prabowo.
Hanya sejumlah petugas sekuriti yang mondar-mandir mengawasi kondisi lingkungan sekitar.
Di bagian dalam rumah dinas Edhy Prabowo terdapat sebuah mobil X-Trail.
Selain itu, terdapat dua mobil lainnya yang terparkir di depan teras rumah, berdekatan dengan kendaraan patwal polisi.
Sejumlah sepeda juga terlihat di halaman parkir rumah dinas Edhy Prabowo.
Baca juga: Menteri Edhy Prabowo Ditangkap KPK, Begini Beda Reaksi Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto
Baca juga: Penyidik KPK Geledah Kantor Menteri KKP
Baca juga: Intip Gaya Iis Rosita Dewi Istri Edhy Prabowo yang Ikut Ditangkap KPK, Punya Profesi Tak Sembarangan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Edhy ditangkap di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Ia ditangkap setelah kunjungan dari Honolulu, Amerika Serikat. Penangkapan Edhy diduga terkait terkait ekspor benih lobster.
Perjalanan Karier Edhy Prabowo
Edhy Prabowo merupakan kader Partai Gerindra yang juga bagian dari lingkarang orang terdekat Prabowo Subianto.
Namanya masuk sebagai Menteri KKP di Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 setelah Prabowo memututuskan berkoalisi dengan pemerintah.
Edhy yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra bidang Keuangan dan Pembangunan Nasional ini, menggantikan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri KKP periode 2014-2019.
Perjalanan politik Edhy terbilang panjang, dia pernah menjadi anggota dewan tiga periode berturut-turut mewakili kampung halamannya, Dapil I Sumatera Selatan.
Di periode terakhirnya di Senayan, Edhy duduk sebagai Ketua Komisi IV yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan dan pangan, termasuk di dalam KKP.
Meski kini dikenal sebagai politikus ulung, latar belakangnya sebenarnya berasal dari prajurit TNI.
Edhy yang sempat masuk AKABRI angkatan tahun 1991, belakangan dia tak bisa melanjutkan karirnya di militer.
Setelah keluar dari Akabri, Edhy merantau ke Jakarta.
Di sinilah kesuksesannya bermula.
Secara tak sengaja dirinya bertemu dengan Prabowo yang saat itu masih berdinas di TNI AD dengan pangkat Letkol.
Seiring waktu berjalan, Edhy menjadi orang kepercayaan Prabowo.
Sembari bekerja, dia juga melanjutkan pendidikan dengan berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Moestopo.
Edhy jadi orang pertama yang bergabung di Gerindra saat partai itu baru didirikan Prabowo.
Selain sibuk sebagai pengurus partai dan anggota dewan, Edhy diketahui juga memiliki beberapa bisnis.
Lalu berapa harta kekayaan Edhy Prabowo yang kini menjabat sebagai Menteri KKP?
Berdasarkan catatan, Edhy Prabowo teranyar melaporkan harta ke KPK pada akhir 2019.
Dikutip dari laman Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) KPK, Edhy disebutkan memiliki kekayaan Rp7.422.286.613.
Harta yang dilaporkan Edhy naik signifikan selama menjadi wakil rakyat.
Baca juga: Menteri KKP Edhy Prabowo Diringkus KPK, Hashtag Bu Susi Jadi Trending Topik di Twitter
Pada 31 Desember 2018 atau saat sebagai anggota DPR periode 2014-2019 dari Fraksi Partai Gerinda, harta yang dilaporkannya yakni sebesar Rp Rp4.562.804.877.
Dalam dokumen LHKPN KPK yang diterbitkan pada 19 Desember 2019 itu pula disebutkan bila asetnya terbesar dari properti berupa bidang tanah dan bangunan yang nilainya Rp4.349.236.180.
Dari 10 aset properti miliknya, sebanyak 7 bidang tanah berada di Kabupaten Muara Enim, dan tiga properti sisanya berada di Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.
Lalu untuk harta bergerak berupa alat transportasi dan mesin, total yang dimiliki Edhy Prabowo tercatat sebesar Rp890.000.000.

Rinciannya, 2 unit mobil, 2 unit motor, 1 sepeda, dan 1 genset. Kendaraan roda empat paling mahal yang dipunyai Edhy Prabowo yakni Pajero Sport dengan nilai Rp500 juta.
Edhy juga mencantumkan kepemilikan 1 sepeda BMC sport dengan harga Rp65.000.000.
Aset lain yang dilaporkan Edhy yakni berupa harta bergerak lain yang taksiran nilainya mencapai Rp1.926.530.000.
Kemudian aset berupa kas dan setara kas sebesar Rp256.520.433. (*)